- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[KOMBAT MERDEKA] Mendur Bersaudara sosok fotografer paling berjasa diindonesia
TS
.rdflux.
[KOMBAT MERDEKA] Mendur Bersaudara sosok fotografer paling berjasa diindonesia
Quote:
Dalam rangka mengikuti kompetisi membuat trit dengan bertemakan (Kombat Merdeka), maka pada kesempatan kali ini ane akan berbagi informasi tentang seorang jurnalistik fotografer bersejarah diindonesia yaitu Mendur bersaudara. Oke baik gak usah lama-lama ya gan, cekidot!
Spoiler for No Repost gan!:
Quote:
Sebelum mengenal Mendur bersaudara alangkah baiknya kita mengetahui tentang organisasi "IPPHOS"
Sekedar pengetahuan apa sih IPPHOS itu? Waktu zaman sekolah dulu pasti kalian pernah melihat di buku-buku teks sejarah SD-SMA gambar-gambar seperti pengibaran bendera merah putih dan pembacaan teks proklamasi 17 agustus 1945 , pidato Bung Tomo, pelukan Bung Karno dan Jenderal Soedirman setelah kembali dari Gerilya, perobekan bendera Belanda di atas Hotel Yamato, dan masih banyak lagi. Semua foto-foto itu adalah hasil karya fotografer IPPHOS .
Quote:
IPPHOS didirikan tanggal 2 oktober 1946 oleh Mendur bersaudara: Alex dan Frans Mendur, Umbas bersaudara: Justus dan Frans “Nyong” Umbas, kemudian Alex Mamusung, Oscar Ganda, dan Malvin Jacob. Mereka adalah pemuda-pemuda dari Minahasa dan tergabung dalam KRIS (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi), organisasi yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Alex Mendur sebelum mendirikan IPPHOS adalah fotografer harian “Merdeka” dan kantor berita Jepang “Domei”. Sementara Frans adalah fotografer Koran “Asia Raya”. Alex dan Frans juga telah malang melintang di harian “Java Bode” dan majalah berita bergambar “Wereld Nieuws en Sport in Beeld” di tahuan 1930-an.
Quote:
nah kali ini ane akan mengali sejarah dari mendur bersaudara
Quote:
17 Agustus 1945, ketika sebuah negara besar lahir di sebuah ruang kecil, beranda rumah Soekarno, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini, Jakarta.
Peristiwa pada Jumat pagi itu, akan hanya sekali terjadi dan tidak akan terulang selamanya.
Saya ulangi sekali terjadi dan tidak akan terulang selamanya.
Peristiwa pada Jumat pagi itu, akan hanya sekali terjadi dan tidak akan terulang selamanya. Irreversible. Tidak bisa diulang, bagaikan kelahiran manusia.
Sekali keluar dari rahim, ya sudah. Tidak mungkin dan tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam rahim.
Bila peristiwa maha penting itu berlalu, hanya segelintir manusia yang dapat mengenangnya di kepala masing-masing, dengan kekuatan imajinasi visual yang dimilikinya.
Namun sayang, tak semua yang hadir menyaksikan peristiwa 17 Agustus 1945 di rumah Soekarno itu, bisa menuangkannya dalam bentuk sketsa atau lukisan.
Peristiwa pada Jumat pagi itu, akan hanya sekali terjadi dan tidak akan terulang selamanya.
Saya ulangi sekali terjadi dan tidak akan terulang selamanya.
Peristiwa pada Jumat pagi itu, akan hanya sekali terjadi dan tidak akan terulang selamanya. Irreversible. Tidak bisa diulang, bagaikan kelahiran manusia.
Sekali keluar dari rahim, ya sudah. Tidak mungkin dan tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam rahim.
Bila peristiwa maha penting itu berlalu, hanya segelintir manusia yang dapat mengenangnya di kepala masing-masing, dengan kekuatan imajinasi visual yang dimilikinya.
Namun sayang, tak semua yang hadir menyaksikan peristiwa 17 Agustus 1945 di rumah Soekarno itu, bisa menuangkannya dalam bentuk sketsa atau lukisan.
Quote:
lalu Bagaimana dengan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia?
Wooo… jauh dari kesiapan dan seperti sebuah peristiwa yang tak terencanakan meski sudah dijanjikan akan terjadi.
Situasi yang genting dan serba cepat pada hari-hari antara 15 hingga 17 Agustus 1945, mem buat semua kejadian berlangsung begitu cepat dan darurat.
Frans dan Alex Mendur adalah dua fotografer yang hadir pada saat pembacaan naskah proklamasi di rumah Soekarno.
Mereka berdua berhasil mengabadikan peristiwa bersejarah itu dalam berapa frame foto yang kemudian kita kenal sekarang.
Saat Soekarno membacakan proklamasi, saat Soekarno berdoa setelah membacakan proklamasi serta bendera ketika bendera Merah Putih pertama kali dikibarkan di bumi Indonesia.
Semua hasil karya SOEMARTO FRANS Mendur. Lalu kemana karya Alex, sang kakaknya Frans? Dirampas Jepang!
Frans sendiri menyembunyikan hasil pemotretan upacara prokalamasi beberapa lama di bawah pohon di halaman kantor harian Asia Raja.
Kalau tidak, bisa dirampas Jepang dan habislah sudah momen penting itu dari ingatan visual bangsa Indonesia.
Wooo… jauh dari kesiapan dan seperti sebuah peristiwa yang tak terencanakan meski sudah dijanjikan akan terjadi.
Situasi yang genting dan serba cepat pada hari-hari antara 15 hingga 17 Agustus 1945, mem buat semua kejadian berlangsung begitu cepat dan darurat.
Frans dan Alex Mendur adalah dua fotografer yang hadir pada saat pembacaan naskah proklamasi di rumah Soekarno.
Mereka berdua berhasil mengabadikan peristiwa bersejarah itu dalam berapa frame foto yang kemudian kita kenal sekarang.
Saat Soekarno membacakan proklamasi, saat Soekarno berdoa setelah membacakan proklamasi serta bendera ketika bendera Merah Putih pertama kali dikibarkan di bumi Indonesia.
Semua hasil karya SOEMARTO FRANS Mendur. Lalu kemana karya Alex, sang kakaknya Frans? Dirampas Jepang!
Frans sendiri menyembunyikan hasil pemotretan upacara prokalamasi beberapa lama di bawah pohon di halaman kantor harian Asia Raja.
Kalau tidak, bisa dirampas Jepang dan habislah sudah momen penting itu dari ingatan visual bangsa Indonesia.
Quote:
Tidak mengherankan, bila foto upacara pembacaan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, baru muncul di harian Merdeka pada Rabu 20 Februari 1946!
Lalu apa yang didapatkan Alex dan Frans Mendur dari karyanya itu? TIDAK ADA!
Frans dan Alex tidak hanya mengabadikan peristiwa bersejarah 17 Agustus 1945 itu.
Jauh sebelum itu dan sesudahnya, banyak peristiwa dan romantika jalannya revolusi kelahiran bangsa Indonesia, berhasil direkam oleh mereka berdua.
Mereka mengabadikannya bukan dengan kamera semata, tetapi dengan keberanian, ketulusan, kejujuran dan tanpa pamrih!
“Ini gambar foto perjuangan saya bangsa saya. Silahkan Anda bawa ke negeri Anda. Silahkan Anda siarkan di sana”, kata Frans suatu hari kepada siapapun yang dikenalnya,
terutama kepada wartawan asing. Kalau jaman sekarang? Entar dulu….enak aja.. Gue dapat royalty nggak? Emangnya nenek moyang lho yang motret?
Lalu apa yang didapatkan Alex dan Frans Mendur dari karyanya itu? TIDAK ADA!
Frans dan Alex tidak hanya mengabadikan peristiwa bersejarah 17 Agustus 1945 itu.
Jauh sebelum itu dan sesudahnya, banyak peristiwa dan romantika jalannya revolusi kelahiran bangsa Indonesia, berhasil direkam oleh mereka berdua.
Mereka mengabadikannya bukan dengan kamera semata, tetapi dengan keberanian, ketulusan, kejujuran dan tanpa pamrih!
“Ini gambar foto perjuangan saya bangsa saya. Silahkan Anda bawa ke negeri Anda. Silahkan Anda siarkan di sana”, kata Frans suatu hari kepada siapapun yang dikenalnya,
terutama kepada wartawan asing. Kalau jaman sekarang? Entar dulu….enak aja.. Gue dapat royalty nggak? Emangnya nenek moyang lho yang motret?
Quote:
Lihatlah karya monumental Alex Mendur, yang mengabadikan Bung Tomo sedang berorasi di Malang, yang kemudian dimanipulasi oleh kita sendiri,
seolah-olah Bung Tomo sedang mengobarkan semangat rakyat Surabaya jelang peristiwa heroik 10 Nopember 1945!
Quote:
Lihat juga karya monumental Frans Mendur yang mengabadikan Soeharto menjemput Panglima Soedirman pulang dari gerilya.
Foto itu dicetak kembali dengan hasil yang bersih oleh Soeharto dan diperbesar lalu dipasang di ruang kerjanya di Bina Graha.
Dalam gambar itu tampak Sjafruddin Prawiranegara di ujung kiri, namun dicropping oleh Soeharto karena orang itu menentang kekuasaannya.
Apakah Soeharto memberikan sesuatu kepada Frans dan juga Alex Mendur? Rasanya sulit mengatakan iya.
Justru pada Soeharto mereka hidup dalam “kesengsaraan” dan dibiarkan mati tanpa jasa yang selayaknya.
Bahkan seharusnya Frans dan Alex diberikan predikat Bapak Fotografi Indonesia.
Buktinya Hari Musik Nasional dicanangkan Presiden Megawati Soekarnoputri berdasarkan hari lahir WR Soepratman pada 2003.
Quote:
Banyak sekali negatif film berisikan momen-momen penting perjuangan Indonesia hasil karya Alex dan Frans Mendur, yang dibiarkan rusak dan tidak diperhatikan oleh pemerintah secara serius.
Frans yang dahulu pernah menjadi tukang rokok di Surabaya (nama Soemarto adalah nama ayah angkatnya waktu tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur),
wafat dalam kesengsaraan pada 1971 dan Alex meninggal dunia tanpa dihargai pada 1984.
Sebaiknya mulai sekarang, setiap ada penayangan foto upacara proklamasi 17 Agustus 1945, kita WAJIB MENYANTUMKAN dibawah foto tersebut dengan kata-kata sederhana. “Foto oleh IPPHOS/Frans Mendur. (*)
Frans yang dahulu pernah menjadi tukang rokok di Surabaya (nama Soemarto adalah nama ayah angkatnya waktu tinggal di Sidoarjo, Jawa Timur),
wafat dalam kesengsaraan pada 1971 dan Alex meninggal dunia tanpa dihargai pada 1984.
Sebaiknya mulai sekarang, setiap ada penayangan foto upacara proklamasi 17 Agustus 1945, kita WAJIB MENYANTUMKAN dibawah foto tersebut dengan kata-kata sederhana. “Foto oleh IPPHOS/Frans Mendur. (*)
Quote:
Kini anda sudah mengenal mereka…
minimal kita bisa mengenal karya-karya besar mereka dan harusnya mereka layak mendapatkan penghargaan dari pemerintah.Bagaimana misalnya, jika karya besar mereka ,semua negatif film mereka tersebut waktu itu dijual kepada negara asing dan dipatenkan, bisa-bisa setiap peringatan 17 agustus , negara kita mesti membayar royalti kepada negara asing .
…Renungkan itu kawan !!!
“..jangan tanya ,apa yang negara ini berikan kepadamu, tapi tanyalah pada dirimu sendiri, apa yang sudah kamu berikan kepada negara ini..”– bung karno
GooglePedia
Diubah oleh .rdflux. 11-08-2016 16:52
0
4.5K
Kutip
30
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan