BeritagarIDAvatar border
TS
MOD
BeritagarID
Perang Filipina melawan narkoba, pejabat negara serahkan diri

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, langsung menggebrak dengan kampanye antinarkoba yang dianggap keras.
Bagi Rodrigo Duterte, perang terhadap meluasnya penggunaan serta peredaran narkotika dan obat-obatan terlarang di Filipina tidak bisa setengah hati. "Peduli setan terhadap hak asasi manusia," ujarnya ketika dikecam atas kebijakan tembak di tempat bagi mereka yang tersangkut narkoba. "Warga Filipina mati satu demi satu. Saya berduka atas begitu banyak pemerkosaan terhadap perempuan, orang mati, anak kecil digagahi" karena narkoba, tegas presiden Filipina itu.

Dari lidahnya meluncur instruksi bagi khalayak luas untuk tidak sungkan-sungkan menembak para insan narkoba. Demikian halnya perintah yang ia sampaikan kepada kepolisian. "Bunuh mereka" yang menolak digiring ke kantor polisi dan mengancam warga dengan senjata api atau pisau. "Tembak saja, dan saya akan kasih kamu medali," kata sosok yang dilabeli sebagai 'Donald Trump dari Asia.'

Matinya lebih dari 700 orang pengguna atau wiraniaga narkoba dalam waktu kurang dari tiga bulan membuktikan tuah titahnya. Dan bagi Duterte, darah tumpah itu biasa. "Jika orang tua (para pecandu dan pengedar narkoba) itu diminta membunuh anak-anaknya, itu pasti akan terlalu menyakitkan," ujar pria yang pernah muncul dalam sampul majalah Time dan diberi cap "The Punisher" atau Sang Penghukum.

Berbekal bukti dari kesungguhan ucapannya itu, wajar adanya ketika sang presiden merilis daftar lebih dari 150 hakim, politisi, polisi, dan anggota militer yang diduga terlibat dalam perniagaan narkoba, rasa ciut tidak hanya menjalar di jalanan semata.

"Para bandar narkoba, wali kota, gubernur...jangan dulu berpuas diri. Kalian akan mati," ujar Duterte. "Bukan maksud saya mempermalukan (para hakim)" yang mungkin "akan saya ungkap namanya...Saya tidak mengenal mereka. Ada anggota kepolisian, hakim, anggota Kongres. Tapi, saya punya keharusan untuk memberi tahu bangsa Filipina tentang situasi yang tengah terjadi di negara ini," katanya.

"Bagi semua (personel) militer dan kepolisian yang melekat dengan orang-orang (dalam daftar), kalian punya waktu 24 jam untuk kembali ke markas. Kalau tidak, saya akan habisi kalian. Saya akan pecat kalian," ujar Duterte dilansir CBS News.

Duterte mengklaim daftar yang ia uar-uarkan itu telah diketahui oleh pihak kepolisian dan militer. Dan dalam hematnya, keberadaan orang-orang yang namanya terimbuh di lis merusak bangsa, dan keterlibatan mereka dalam bisnis narkoba serupa dengan pengkhianatan.

Menyusul permakluman susunan nama tersebut, hampir 50 pejabat Filipina--termasuk di antaranya walikota dan petinggi polisi--langsung menyerahkan diri.

Lorna Mupas, seorang hakim sekaligus mantan wali kota Rasmyiah Macabago, adalah salah seorang di antara yang menyerah.

Seorang senator Filipina berpengaruh, Leila de Lima, yang juga seorang mantan menteri kehakiman, mengatakan bahwa "darah tak boleh tumpah" dalam perang terhadap narkoba. "Kita hanya akan menggantikan kecanduan narkoba dengan kecanduan jenis lain yang lebih biadab. Ini adalah tekanan dari banyaknya pembunuhan."

Ketiadaan proses hukum dalam membunuhi orang-orang yang dicurigai sebagai pengedar dan pemakai narkoba pun menjadi sasaran kritik, tentunya dengan jawaban yang terkesan sekenanya dari Duterte.

"Proses hukum tak ada kaitannya dengan (kata-kata yang keluar) dari mulut saya," kata Duterte dikutip The New York Times. "Tidak ada persidangan, tidak ada pengacara."

Dalam sebuah kasus bulan Juli lalu, delapan orang yang disangka menjadi bagian dari bisnis narkoba, termasuk seorang perempuan, ditembak mati menjelang fajar di kota Matalam. Pelakunya polisi. Pada hari yang sama, lansir The Guardian, seorang pria mati dengan kepala terbalut lakban. Tidak hanya itu, pada badannya disandarkan sobekan kardus bertulisan, "I Am A Pusher", atau secara lepas berarti "Saya Pengedar Narkoba".

Istri Michael Siaron--sosok pria yang menurut polisi tewas di tangan kelompok pengadil jalanan atau vigilante--mengaku suaminya itu bukan pengedar narkoba, tapi hanya pecandu. "Saya tidak butuh simpati masyarakat," ujarnya, "pun perhatian presiden." Baginya, hal terpenting adalah "(pihak berwenang) mendapatkan pelaku yang sesungguhnya."



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-serahkan-diri

---

anasabila
anasabila memberi reputasi
1
8.3K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan