- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
]Penerapan Full Day School Ganggu Kegiatan Sekolah Agama


TS
axonkoe
]Penerapan Full Day School Ganggu Kegiatan Sekolah Agama
Penerapan Full Day School Ganggu Kegiatan Sekolah Agama
NUSANTARA SELASA, 09 AGUSTUS 2016 , 18:27:00 WIB
RMOL. Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum menolak rencana penerapan full day school oleh Kementrian Pendidikan. Penerapan itu dinilai hanya akan menganggu pendidikan keagamaan anak-anak.
Menurutnya, full day school juga akan membebani siswa.
Terlebih, lanjut Uu, kegiatan tersebut juga dinilai mengganggu kegiatan sekolah agama yang diwajibkan oleh pemerintah daerah.
"Saya pribadi menolak perepatan full day school ini, karena di Tasikmalaya khususnya siswa diwajibkan sekolah agama setelah sekolah umum," jelas Uu seperti diberitakan RMOLJabar.com.
"Sekolah agama ini penting agar siswa lebih seimbang dalam menerima ilmu.
http://nusantara.rmol.co/read/2016/0...Sekolah-Agama-
Sosiolog: Indonesia Belum Siap Terapkan Full Day School
Selasa, 9 Agustus 2016 − 06:11 WIB
JAKARTA - Indonesia diyakini belum siap menerapkan gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy tentang sekolah sepanjang hari (full day school) untuk SD dan SMP negeri maupun swasta.
Sosiolog Musni Umar menilai, baru di kota-kota besar yang mungkin bisa menjalankan full day school, walaupun persiapan sarana dan prasarana dan guru cukup.
"Kalau di desa-desa, saya tidak setuju diberlakukan. Bukan saja tidak memiliki segala macam kesiapan, tetapi anak masih berfungsi sebagai tenaga perbantuan orangtua untuk ikut menopang kehidupan ekonomi keluarga," ujar Musni kepada Sindonews, Senin (8/8/2016).
Dia berpendapat, gagasan full day school cocok diterapkan di Singapura, Malaysia dan negara lain yang sudah maju. Pertama, lanjut dia, tingkat kesibukan kedua orangtua sangat tinggi, karena keduanya bekerja di luar rumah untuk menopang kehidupan ekonomi keluarga. Sehingga lebih baik kalau anak lebih lama di sekolah ketimbang di rumah yang tidak ditemani oleh siapapun.
Kedua, sambung dia, tingkat kehidupan ekonomi keluarga sudah memadai, sehingga mampu memberi dana yang cukup kepada putera-puterinya jika full day school. Ketiga, segala macam kegiatan ekstrakurikuler disediakan di sekolah, sehingga anak bisa memilih kegiatan yang disukai
"Keempat, fasilitas sekolah dan lingkungannya sangat mendukung," tutur wakil rektor I Universitas Ibnu Chaldun Jakarta ini.
Yang terakhir atau kelima, jumlah guru harus cukup memadai, sehingga mampu melayani dan membimbing anak-anak sekolah. Oleh karena itu, dia menyarankan sebaiknya gagasan full day school dikaji secara mendalam dan jika perlu dilakukan uji coba di DKI Jakarta untuk melihat efektivitasnya. "Di Indonesia belum siap," paparnya.
http://nasional.sindonews.com/read/1...ool-1470664051
Full Day School Menunggu Waktu, Siap-Siap Anak Bisa Stress
Siapkan Pilot Project, Kadisdik Samarinda: Sering Ada Pelajar Kelelahan
Selasa, 09 Agustus 2016 12:12
SAMARINDA - Rencana penerapan sekolah seharian alias full day school tinggal menunggu waktu. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengklaim sudah mendapat restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Jusuf Kalla (JK). Meski begitu, wacana ini direspons minor di daerah. Saat ini saja, berangkat sekolah pukul 07.00 dan pulang pukul 14.00, bagi sebagian pelajar SMP dan SMA cukup memberatkan.
Psikolog anak dari Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) Kaltim, Asih Minarni Cahyaningrum, mengatakan dalam pendidikan tiap anak memiliki kemampuan berbeda. Oleh karena itu, durasi memang sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan anak dan gaya belajar mereka. “Tidak masalah jika anak sendiri yang memilih model sekolah full day seperti itu. Jika dia yang memilih bisa diartikan si anak mampu dan menerima konsekuensi sekolah model full day,” ucapnya.
Meski begitu, ada yang harus dipahami. Anak bukanlah robot. Jadi, tidak bisa dipaksakan. Dia menyebut, angka ideal belajar di sekolah adalah lima jam. Sedangkan, belajar di rumah satu sampai dua jam. Terlalu banyak belajar, anak bisa stres. Hal ini ditandai dengan anak mulai menolak belajar. Menjadi sensitif, mudah terlihat lelah, dan tidak semangat. Terkadang dia menjadi pemarah. Bisa juga mengeluh sakit kepala, berkurang nafsu makan, atau sakit perut. Untuk perilaku, si anak mulai malas pergi ke sekolah dengan berbagai alasan. Bisa jadi dia berangkat sekolah namun pergi ke tempat lain.
Durasi sekolah hingga 7 jam seperti saat ini bisa berbuah rasa lelah. Apalagi, angka tersebut belum termasuk kegiatan lain mulai dari ekstrakurikuler atau les. Diketahui, tak sedikit orangtua yang cenderung memaksa anak ikut berbagai macam les akademik demi mengejar nilai bagus. “Anak perlu didengar keluh kesah mereka dan mencari solusi yang terbaik karena anak berhak menjadi diri sendiri,” imbuh Asih.
Apalagi anak usia remaja, mereka lebih baik dibimbing daripada dipaksakan yang bukan menjadi keinginan. Jika mereka stres dan tertekan, bisa saja mereka ingin berontak atau justru lari ke hal-hal negatif.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Samarinda Asli Nuryadin mengaku saat ini, di lapangan dia sering menemui pelajar yang kelelahan dengan jam belajar. Sementara, pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Sebab, jam belajar berdasarkan kurikulum yang dibuat pusat. “Kami sih (Disdik Samarinda) sering bilang soal jam sekolah kalau saat rakor (rapat koordinasi). Tapi, kembali lagi ke kebijakan pusat, kami hanya bisa melaksanakan dan menyetujui,” kata Asli.
Dia menyebut, pulang sekitar 13.00 adalah pilihan pas. Jadi, anak-anak masih bisa salat Zuhur di sekolah. Istirahat sebentar, kemudian pulang ke rumah. Dengan begitu, konsep sekolah yang menyenangkan bisa didapatkan. “Kalau di Finlandia, anak sekolah itu kan konsepnya menyenangkan. Jadi, karena mereka senang di sekolah, pembelajaran bisa lebih optimal,” tandasnya.
UJI COBA
Kemarin, usai menemui JK di kantor Wapres, Muhadjir menuturkan, persetujuan full day school bukan berarti programnya akan langsung diterapkan dalam waktu dekat. ’’Beliau (JK) menyarankan ada semacam pilot project dulu, untuk ngetes pasar lah itu istilahnya,’’ ujarnya.
Sebab, menurut Wapres, ide tersebut sebenarnya sudah jamak diterapkan sekolah-sekolah swasta. ’’Presiden mengapresiasi bahkan memberikan contoh-contoh, kemudian Pak Wapres sudah menyetujui,’’ lanjut mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu. Dengan demikian, pihaknya tinggal menyusun program tersebut lebih lanjut.
Muhadjir menjelaskan, pada prinsipnya sistem full day school bakal mengutamakan pendidikan karakter dibanding akademis. Saat itulah, guru akan lebih banyak kesempatan untuk menanamkan karakter kepada siswa. Sehingga, pendidikan tidak akan melulu berbicara mengenai akademis.
Bagi orangtua, terutama di perkotaan, menurut Muhadjir, sistem tersebut akan memberi manfaat lebih, yakni mendekatkan orangtua dan anak. Dengan jam sekolah yang baru berakhir pukul 17.00, orangtua yang umumnya bekerja hingga pukul 16.00 bisa langsung menjemput anak mereka.
Hal itu berbeda dengan kondisi saat ini di mana siswa rata-rata pulang pukul 13.00. Ada jeda waktu di mana anak tidak berada dalam pengawasan sekolah maupun orangtua. Pada jam-jam itulah rawan terjadi penyimpangan dan salah pergaulan. ’’Nanti kompensasinya, mungkin Sabtu bisa kami liburkan,’’ terangnya.
Disinggung mengenai detail programnya, Muhadjir tidak menjelaskan. Dia beralasan, program itu masih dimatangkan. Jadwal pelaksanaannya pun belum ditentukan. Yang jelas, akan ada program pembelajaran sehari penuh baik di dalam maupun di luar kelas. Sebab, secara psikologis, siswa hanya mampu bertahan beberapa jam saja di dalam kelas.
Sementara itu, penerapan full day school di internal Kemendikbud seperti masih menjadi gagasan Mendikbud Muhadjir. Sejumlah pejabat tinggi di kementerian ini belum bersedia berkomentar soal rencana tersebut. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan detail soal full day school sebaiknya digali langsung ke Mendikbud.
Jika nanti sistem full day school itu jadi diterapkan, paling aman dijalankan pada awal tahun ajaran 2017-2018 tahun depan. Kemendikbud bisa saja menerapkan di semester genap tahun ajaran 2016-2017 pada Januari tahun depan, tetapi secara teknis bisa merepotkan sekolah. Di antaranya terkait penyusunan penugasan guru dan jadwal pelajaran yang biasanya dibuat setahun sekali.
Wakil Ketua Komisi X (bidang pendidikan) DPR Ferdiansyah menuturkan untuk menerapkan kebijakan itu banyak sekali aspek yang harus dihitung matang pemerintah. Di antaranya adalah apakah kebijakan ini sudah menghitung kesiapan guru dan infrastruktur sekolah. ’’Di dapil saya, banyak sekolah yang hanya punya bangunan kelas saja. Apakah memungkinkan untuk full day,’’ kata politikus Partai Golkar itu. Kemudian, Kemendikbud juga harus menetapkan kurikulum atau panduan anyar untuk mengisi kegiatan siswa sampai pukul 17.00.
Pertimbangan berikutnya adalah banyak anak yang setelah sekolah ikut membantu keluarga. Baik itu membantu urusan rumah tangga, maupun membantu ekonomi keluarga. Faktor kelelahan dan daya tahan tubuh siswa juga harus dipertimbangkan. Kemudian, urusan hubungan interaksi sosial anak dengan keluarga dan teman bermain di sekitar rumah juga harus dihitung. Jangan sampai si kakak tidak pernah berinteraksi dengan si adik karena lama di sekolah. ’’Pulang di rumah adiknya sudah tidur,’’ jelasnya.
http://kaltim.prokal.co/read/news/27...ak-bisa-stress
------------------------------
Merasa di bully, pak Menteri Dikbud kabarnya akhirnya ngless ... dia bilang bahwa yang disampaikannya itu baru sekedar idea atau wacana. Kalau toh itu sekedar wacana, nggak layaklah seorang pejabat Tinggi Negara se level menteri melemparkan wacana yang kontroversial ke tengah masyarakat. Menteri itu bukan pengamat, sehingga nggak boleh seenak udelnya membuat pernyataan atau wacana ke depan publik, kecuali itu sebuah kebijakan yang sudah pasti dan ada dasar hukumnya/,
NUSANTARA SELASA, 09 AGUSTUS 2016 , 18:27:00 WIB
RMOL. Bupati Tasikmalaya Uu Ruzhanul Ulum menolak rencana penerapan full day school oleh Kementrian Pendidikan. Penerapan itu dinilai hanya akan menganggu pendidikan keagamaan anak-anak.
Menurutnya, full day school juga akan membebani siswa.
Terlebih, lanjut Uu, kegiatan tersebut juga dinilai mengganggu kegiatan sekolah agama yang diwajibkan oleh pemerintah daerah.
"Saya pribadi menolak perepatan full day school ini, karena di Tasikmalaya khususnya siswa diwajibkan sekolah agama setelah sekolah umum," jelas Uu seperti diberitakan RMOLJabar.com.
"Sekolah agama ini penting agar siswa lebih seimbang dalam menerima ilmu.
http://nusantara.rmol.co/read/2016/0...Sekolah-Agama-
Sosiolog: Indonesia Belum Siap Terapkan Full Day School
Selasa, 9 Agustus 2016 − 06:11 WIB
JAKARTA - Indonesia diyakini belum siap menerapkan gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy tentang sekolah sepanjang hari (full day school) untuk SD dan SMP negeri maupun swasta.
Sosiolog Musni Umar menilai, baru di kota-kota besar yang mungkin bisa menjalankan full day school, walaupun persiapan sarana dan prasarana dan guru cukup.
"Kalau di desa-desa, saya tidak setuju diberlakukan. Bukan saja tidak memiliki segala macam kesiapan, tetapi anak masih berfungsi sebagai tenaga perbantuan orangtua untuk ikut menopang kehidupan ekonomi keluarga," ujar Musni kepada Sindonews, Senin (8/8/2016).
Dia berpendapat, gagasan full day school cocok diterapkan di Singapura, Malaysia dan negara lain yang sudah maju. Pertama, lanjut dia, tingkat kesibukan kedua orangtua sangat tinggi, karena keduanya bekerja di luar rumah untuk menopang kehidupan ekonomi keluarga. Sehingga lebih baik kalau anak lebih lama di sekolah ketimbang di rumah yang tidak ditemani oleh siapapun.
Kedua, sambung dia, tingkat kehidupan ekonomi keluarga sudah memadai, sehingga mampu memberi dana yang cukup kepada putera-puterinya jika full day school. Ketiga, segala macam kegiatan ekstrakurikuler disediakan di sekolah, sehingga anak bisa memilih kegiatan yang disukai
"Keempat, fasilitas sekolah dan lingkungannya sangat mendukung," tutur wakil rektor I Universitas Ibnu Chaldun Jakarta ini.
Yang terakhir atau kelima, jumlah guru harus cukup memadai, sehingga mampu melayani dan membimbing anak-anak sekolah. Oleh karena itu, dia menyarankan sebaiknya gagasan full day school dikaji secara mendalam dan jika perlu dilakukan uji coba di DKI Jakarta untuk melihat efektivitasnya. "Di Indonesia belum siap," paparnya.
http://nasional.sindonews.com/read/1...ool-1470664051
Full Day School Menunggu Waktu, Siap-Siap Anak Bisa Stress
Siapkan Pilot Project, Kadisdik Samarinda: Sering Ada Pelajar Kelelahan
Selasa, 09 Agustus 2016 12:12
SAMARINDA - Rencana penerapan sekolah seharian alias full day school tinggal menunggu waktu. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengklaim sudah mendapat restu dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Jusuf Kalla (JK). Meski begitu, wacana ini direspons minor di daerah. Saat ini saja, berangkat sekolah pukul 07.00 dan pulang pukul 14.00, bagi sebagian pelajar SMP dan SMA cukup memberatkan.
Psikolog anak dari Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) Kaltim, Asih Minarni Cahyaningrum, mengatakan dalam pendidikan tiap anak memiliki kemampuan berbeda. Oleh karena itu, durasi memang sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan anak dan gaya belajar mereka. “Tidak masalah jika anak sendiri yang memilih model sekolah full day seperti itu. Jika dia yang memilih bisa diartikan si anak mampu dan menerima konsekuensi sekolah model full day,” ucapnya.
Meski begitu, ada yang harus dipahami. Anak bukanlah robot. Jadi, tidak bisa dipaksakan. Dia menyebut, angka ideal belajar di sekolah adalah lima jam. Sedangkan, belajar di rumah satu sampai dua jam. Terlalu banyak belajar, anak bisa stres. Hal ini ditandai dengan anak mulai menolak belajar. Menjadi sensitif, mudah terlihat lelah, dan tidak semangat. Terkadang dia menjadi pemarah. Bisa juga mengeluh sakit kepala, berkurang nafsu makan, atau sakit perut. Untuk perilaku, si anak mulai malas pergi ke sekolah dengan berbagai alasan. Bisa jadi dia berangkat sekolah namun pergi ke tempat lain.
Durasi sekolah hingga 7 jam seperti saat ini bisa berbuah rasa lelah. Apalagi, angka tersebut belum termasuk kegiatan lain mulai dari ekstrakurikuler atau les. Diketahui, tak sedikit orangtua yang cenderung memaksa anak ikut berbagai macam les akademik demi mengejar nilai bagus. “Anak perlu didengar keluh kesah mereka dan mencari solusi yang terbaik karena anak berhak menjadi diri sendiri,” imbuh Asih.
Apalagi anak usia remaja, mereka lebih baik dibimbing daripada dipaksakan yang bukan menjadi keinginan. Jika mereka stres dan tertekan, bisa saja mereka ingin berontak atau justru lari ke hal-hal negatif.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Samarinda Asli Nuryadin mengaku saat ini, di lapangan dia sering menemui pelajar yang kelelahan dengan jam belajar. Sementara, pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Sebab, jam belajar berdasarkan kurikulum yang dibuat pusat. “Kami sih (Disdik Samarinda) sering bilang soal jam sekolah kalau saat rakor (rapat koordinasi). Tapi, kembali lagi ke kebijakan pusat, kami hanya bisa melaksanakan dan menyetujui,” kata Asli.
Dia menyebut, pulang sekitar 13.00 adalah pilihan pas. Jadi, anak-anak masih bisa salat Zuhur di sekolah. Istirahat sebentar, kemudian pulang ke rumah. Dengan begitu, konsep sekolah yang menyenangkan bisa didapatkan. “Kalau di Finlandia, anak sekolah itu kan konsepnya menyenangkan. Jadi, karena mereka senang di sekolah, pembelajaran bisa lebih optimal,” tandasnya.
UJI COBA
Kemarin, usai menemui JK di kantor Wapres, Muhadjir menuturkan, persetujuan full day school bukan berarti programnya akan langsung diterapkan dalam waktu dekat. ’’Beliau (JK) menyarankan ada semacam pilot project dulu, untuk ngetes pasar lah itu istilahnya,’’ ujarnya.
Sebab, menurut Wapres, ide tersebut sebenarnya sudah jamak diterapkan sekolah-sekolah swasta. ’’Presiden mengapresiasi bahkan memberikan contoh-contoh, kemudian Pak Wapres sudah menyetujui,’’ lanjut mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu. Dengan demikian, pihaknya tinggal menyusun program tersebut lebih lanjut.
Muhadjir menjelaskan, pada prinsipnya sistem full day school bakal mengutamakan pendidikan karakter dibanding akademis. Saat itulah, guru akan lebih banyak kesempatan untuk menanamkan karakter kepada siswa. Sehingga, pendidikan tidak akan melulu berbicara mengenai akademis.
Bagi orangtua, terutama di perkotaan, menurut Muhadjir, sistem tersebut akan memberi manfaat lebih, yakni mendekatkan orangtua dan anak. Dengan jam sekolah yang baru berakhir pukul 17.00, orangtua yang umumnya bekerja hingga pukul 16.00 bisa langsung menjemput anak mereka.
Hal itu berbeda dengan kondisi saat ini di mana siswa rata-rata pulang pukul 13.00. Ada jeda waktu di mana anak tidak berada dalam pengawasan sekolah maupun orangtua. Pada jam-jam itulah rawan terjadi penyimpangan dan salah pergaulan. ’’Nanti kompensasinya, mungkin Sabtu bisa kami liburkan,’’ terangnya.
Disinggung mengenai detail programnya, Muhadjir tidak menjelaskan. Dia beralasan, program itu masih dimatangkan. Jadwal pelaksanaannya pun belum ditentukan. Yang jelas, akan ada program pembelajaran sehari penuh baik di dalam maupun di luar kelas. Sebab, secara psikologis, siswa hanya mampu bertahan beberapa jam saja di dalam kelas.
Sementara itu, penerapan full day school di internal Kemendikbud seperti masih menjadi gagasan Mendikbud Muhadjir. Sejumlah pejabat tinggi di kementerian ini belum bersedia berkomentar soal rencana tersebut. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan detail soal full day school sebaiknya digali langsung ke Mendikbud.
Jika nanti sistem full day school itu jadi diterapkan, paling aman dijalankan pada awal tahun ajaran 2017-2018 tahun depan. Kemendikbud bisa saja menerapkan di semester genap tahun ajaran 2016-2017 pada Januari tahun depan, tetapi secara teknis bisa merepotkan sekolah. Di antaranya terkait penyusunan penugasan guru dan jadwal pelajaran yang biasanya dibuat setahun sekali.
Wakil Ketua Komisi X (bidang pendidikan) DPR Ferdiansyah menuturkan untuk menerapkan kebijakan itu banyak sekali aspek yang harus dihitung matang pemerintah. Di antaranya adalah apakah kebijakan ini sudah menghitung kesiapan guru dan infrastruktur sekolah. ’’Di dapil saya, banyak sekolah yang hanya punya bangunan kelas saja. Apakah memungkinkan untuk full day,’’ kata politikus Partai Golkar itu. Kemudian, Kemendikbud juga harus menetapkan kurikulum atau panduan anyar untuk mengisi kegiatan siswa sampai pukul 17.00.
Pertimbangan berikutnya adalah banyak anak yang setelah sekolah ikut membantu keluarga. Baik itu membantu urusan rumah tangga, maupun membantu ekonomi keluarga. Faktor kelelahan dan daya tahan tubuh siswa juga harus dipertimbangkan. Kemudian, urusan hubungan interaksi sosial anak dengan keluarga dan teman bermain di sekitar rumah juga harus dihitung. Jangan sampai si kakak tidak pernah berinteraksi dengan si adik karena lama di sekolah. ’’Pulang di rumah adiknya sudah tidur,’’ jelasnya.
http://kaltim.prokal.co/read/news/27...ak-bisa-stress
------------------------------
Merasa di bully, pak Menteri Dikbud kabarnya akhirnya ngless ... dia bilang bahwa yang disampaikannya itu baru sekedar idea atau wacana. Kalau toh itu sekedar wacana, nggak layaklah seorang pejabat Tinggi Negara se level menteri melemparkan wacana yang kontroversial ke tengah masyarakat. Menteri itu bukan pengamat, sehingga nggak boleh seenak udelnya membuat pernyataan atau wacana ke depan publik, kecuali itu sebuah kebijakan yang sudah pasti dan ada dasar hukumnya/,
0
2.4K
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan