- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Umat Buddha Minta Maaf


TS
amop
Umat Buddha Minta Maaf
Quote:
Pasca konflik mengakibatkan sejumlah
rumah ibadah rusak,lintas umat
beragama di Kota Tanjungbalai
berdialog di kantor DPRD dalam satu
bendera perdamaian, Jumat (5/8).
Hadir dalam pertemuan itu kalangan
umat Islam, Buddha, Konghucu,
Kristen, Katolik, Forum Kerukunan
Ummat Beragama (FKUB), Wali
KotaTanjungbalai M Syahrial, Ketua
DPRD Bambang Lobo, Kapolres AKBP
Ayep Wahyu Gunawan,Dandim
0208/AS Letkol Inf Enjang, seluruh
anggota dewan, elemen masyarakat,
OKP, tokoh agama,dan tokoh
masyarakat.
Dalam pertemuan itu semua kalangan umat beragama mengungkapkan harapan ingin Tanjungbalai yang lebih damai pasca konflik. Semua pihak berharap tidak ada lagi kerusuhan dan perpecahan di antara masyarakat.Hasan dari Ummat Konghucu datang ke forum tersebut berharap masyarakat Kota Tanjungbalai bisa hidup berdampingan secara rukun dan damai.
Selama ini, tuturnya, dia selalu dekat
dengan masyara-kat di sekitar
rumahnya baik itu Buddha, Kristen,
maupun Islam. “Saat peristiwa itu,
saya hanya bisa menangis, tetapi
semua sudah terjadi, sekarang saya
ingin kedamaian, dan itu saya
buktikan dengan membubuhkan
tanda tangan agar anak bawah umur
yang jadi tersangka bisa dibebaskan
dan bisa bersekolah kembali,”ujar
Hasan.
Sementara, Akun mewakili ummat
Buddha mengaku sangat
menyesalkan perbuatan Meiliani
(pemicu kerusuhan) yang telah
mencemarkan nama baik umat
Islam. Pengurus Vihara Tri Ratna ini
menegaskan pada dasarnya etnis
Tionghoa dan Buddha tidak
menyukai sifat intoleran yang
dilakukan Meiliani.
“Kami umat Buddha meminta maaf
kepada saudara kami umat Islam
secara keseluruhan karena saudari
kami Meiliani telah mencemarkannama baik Islam. Kami tidak sependapat dengan perbuatan Meiliani dan menilainya sudah berada di luar batas wajar,” ujar Akun.
Akun mengilustrasikan,bila
seseorang ingin mendirikan rumah
dan tinggal di dekat rel kereta api,
maka dia harus siap mendengar
kebisingan saat kereta api melintas.
Masyarakat yang tinggal di dekat rel
tersebut, katanya, tidak layak
memarahi dan protes terhadap
kereta api yang melintas. “Seperti itu
pulalah hendaknya Meiliana bisa
memahami bahwa dirinya tinggal
ditengah-tengah saudara kita
muslim,” pungkas Akun.
Gustami, Ketua PD Al Washliyah
Tanjungbalai mengatakan, saat ini
tidak perlu lagi mencari siapa salah
dan siapa benar. Menurutnya,
kejadian itulah spontanitas, untuk itu
Gustami mengajak bergandengan
tangan duduk bersama
menyelesaikan konflik ini dengan
musyawarah untuk mufakat.
“Bahwa penerapan UUNo.7 Tahun
2012 tentang Penyelesaian Konflik
Sosial adalah jalan keluarnya, mari
sama bermusyawarah untuk
mencapai mufakat tanpa harus ada
yang mendekam dalam penjara,”
pungkas Gustami.
Tokoh agama Islam, ustadz Taufik
berujar perdamaian sangat baik
untuk anak cucu. Kalau tidak, maka
generasi mendatang akan
mengalami kebobrokan moral. Ketua
FKUB,Haidir menyoroti Surat
Keputusan Bersama Menteri Agama
dan Dalam Negeri tentang pendirian
rumah ibadah.
Dia juga berharap tokoh agama yang
tergabung dalam FKUB
menyampaikan isi kesepakatan
bersama tokoh pasca konflik kepada
umatnya. “Dalam SKB 2 menteri ada
diatur tata cara dan izin
pembangunan rumah ibadah,” ujar
Haidir singkat.
Kapolres Tanjungbalai AKBP Ayep
Wahyu Gunawan menjelaskan
situasi di Tanjungbalai berangsur
membaik. Apalagi pada 30 Juli lalu
paratokoh agama, FKPD, dan seluruh
elemen sudah membuat pernyataan
sikap terkait insiden yang terjadi.
http://beritasore.com/2016/08/06/uma...ha-minta-maaf/
rumah ibadah rusak,lintas umat
beragama di Kota Tanjungbalai
berdialog di kantor DPRD dalam satu
bendera perdamaian, Jumat (5/8).
Hadir dalam pertemuan itu kalangan
umat Islam, Buddha, Konghucu,
Kristen, Katolik, Forum Kerukunan
Ummat Beragama (FKUB), Wali
KotaTanjungbalai M Syahrial, Ketua
DPRD Bambang Lobo, Kapolres AKBP
Ayep Wahyu Gunawan,Dandim
0208/AS Letkol Inf Enjang, seluruh
anggota dewan, elemen masyarakat,
OKP, tokoh agama,dan tokoh
masyarakat.
Dalam pertemuan itu semua kalangan umat beragama mengungkapkan harapan ingin Tanjungbalai yang lebih damai pasca konflik. Semua pihak berharap tidak ada lagi kerusuhan dan perpecahan di antara masyarakat.Hasan dari Ummat Konghucu datang ke forum tersebut berharap masyarakat Kota Tanjungbalai bisa hidup berdampingan secara rukun dan damai.
Selama ini, tuturnya, dia selalu dekat
dengan masyara-kat di sekitar
rumahnya baik itu Buddha, Kristen,
maupun Islam. “Saat peristiwa itu,
saya hanya bisa menangis, tetapi
semua sudah terjadi, sekarang saya
ingin kedamaian, dan itu saya
buktikan dengan membubuhkan
tanda tangan agar anak bawah umur
yang jadi tersangka bisa dibebaskan
dan bisa bersekolah kembali,”ujar
Hasan.
Sementara, Akun mewakili ummat
Buddha mengaku sangat
menyesalkan perbuatan Meiliani
(pemicu kerusuhan) yang telah
mencemarkan nama baik umat
Islam. Pengurus Vihara Tri Ratna ini
menegaskan pada dasarnya etnis
Tionghoa dan Buddha tidak
menyukai sifat intoleran yang
dilakukan Meiliani.
“Kami umat Buddha meminta maaf
kepada saudara kami umat Islam
secara keseluruhan karena saudari
kami Meiliani telah mencemarkannama baik Islam. Kami tidak sependapat dengan perbuatan Meiliani dan menilainya sudah berada di luar batas wajar,” ujar Akun.
Akun mengilustrasikan,bila
seseorang ingin mendirikan rumah
dan tinggal di dekat rel kereta api,
maka dia harus siap mendengar
kebisingan saat kereta api melintas.
Masyarakat yang tinggal di dekat rel
tersebut, katanya, tidak layak
memarahi dan protes terhadap
kereta api yang melintas. “Seperti itu
pulalah hendaknya Meiliana bisa
memahami bahwa dirinya tinggal
ditengah-tengah saudara kita
muslim,” pungkas Akun.
Gustami, Ketua PD Al Washliyah
Tanjungbalai mengatakan, saat ini
tidak perlu lagi mencari siapa salah
dan siapa benar. Menurutnya,
kejadian itulah spontanitas, untuk itu
Gustami mengajak bergandengan
tangan duduk bersama
menyelesaikan konflik ini dengan
musyawarah untuk mufakat.
“Bahwa penerapan UUNo.7 Tahun
2012 tentang Penyelesaian Konflik
Sosial adalah jalan keluarnya, mari
sama bermusyawarah untuk
mencapai mufakat tanpa harus ada
yang mendekam dalam penjara,”
pungkas Gustami.
Tokoh agama Islam, ustadz Taufik
berujar perdamaian sangat baik
untuk anak cucu. Kalau tidak, maka
generasi mendatang akan
mengalami kebobrokan moral. Ketua
FKUB,Haidir menyoroti Surat
Keputusan Bersama Menteri Agama
dan Dalam Negeri tentang pendirian
rumah ibadah.
Dia juga berharap tokoh agama yang
tergabung dalam FKUB
menyampaikan isi kesepakatan
bersama tokoh pasca konflik kepada
umatnya. “Dalam SKB 2 menteri ada
diatur tata cara dan izin
pembangunan rumah ibadah,” ujar
Haidir singkat.
Kapolres Tanjungbalai AKBP Ayep
Wahyu Gunawan menjelaskan
situasi di Tanjungbalai berangsur
membaik. Apalagi pada 30 Juli lalu
paratokoh agama, FKPD, dan seluruh
elemen sudah membuat pernyataan
sikap terkait insiden yang terjadi.
http://beritasore.com/2016/08/06/uma...ha-minta-maaf/



0
25.4K
Kutip
237
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan