- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Teken MoU, Pertamina Evaluasi Blok Migas di Iran Selama 6 Bulan


TS
ardisutrisno
Teken MoU, Pertamina Evaluasi Blok Migas di Iran Selama 6 Bulan
PT Pertamina (Persero) akan menandatangani nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (Mou) dengan perusahaan minyak nasional asal Iran, National Iran Oil Company (NIOC) di Teheran, Senin (8/8). Nota kesepahaman ini dalam rangka kerjasama pengelolaan blok minyak dan gas bumi di Iran oleh Pertamina.

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, penandatanganan MoU itu akan berlangsung sekitar pukul 09.30 pagi waktu Teheran. “Pagi ini akan ada penandantanganan antara CEO Pertamina dengan NIOC untuk MoU dan none disclosure agreement (NDA),” kata dia kepada Katadata, Senin (8/8).
Penandatanganan nota kesepahaman itu merupakan langkah awal Pertamina menjajaki blok-blok migas di Iran untuk diakuisisi. Setelah itu, Pertamina dapat segera mengevaluasi blok yang menjadi target akuisisi. Tim dari Upstream Business Development (UBD) Pertamina juga ikut dalam rombongan tersebut, untuk memuluskan seluruh proses evaluasi dan akuisisi.
Rencananya, Pertamina akan mengevaluasi dua blok migas di Iran. Namun, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi ini masih merahasiakan nama blok tersebut. Yang jelas, sesuai isi MoU, evaluasi dua blok ini memakan waktu selama enam bulan.
Selama tahap evaluasi ini, Pertamina akan mengkaji beberapa aspek. Pertama, evaluasi aspek bawah permukaan (geologi). Kedua, model reservoir. Meskipun dari data sekunder yang dimiliki Pertamina, dua blok ini memiliki cadangan minyak (original oil base) sekitar tiga miliar barel minyak.
Ketiga, teknologi yang tepat untuk memproduksi migas. Keempat, aspek keekonomian dan komersial blok tersebut.
Setelah semua proses evaluasi rampung, Pertamina akan segera menyusun rencana pengembangan wilayah (PoD) terhadap lapangan migas itu. “Jadi saat ini masih terlalu dini untuk menyebutkan angka investasinya. Tapi, bottom line, sudah kami siapkan biaya untuk keperluan ini,” kata Syamsu.
Penandatanganan MoU dengan Iran ini sebenarnya telah diagendakan sejak Juni lalu. Namun, rencana itu ditunda karena kedua pimpinan perusahaan migas berbeda negara itu sulit bertemu lantaran jadwal pertemuan yang belum cocok.
Sementara itu pada akhir Mei lalu, Pertamina merajut perjanjian kerjasama dengan NIOC untuk impor gas cair atau Liquified Petroleum Gas (LPG). Dalam perjanjian induk atau Head of Agrement (HoA) itu, Pertamina membeli 600 ribu metrik ton LPG dari Iran. Pengiriman perdana pada kuartal keempat 2016.
Proses pengiriman sebanyak dua kargo dalam tahun ini. Sedangkan tahun depan, pengiriman sebanyak 12 kargo sehingga total volume 600 ribu metrik ton.
Pembelian LPG dari Iran diklaim memiliki harga jual yang lebih ekonomis bagi Pertamina, yakni lebih murah US$ 25 dari harga pasar pada umumnya. Dengan begitu dapat memenuhi kebutuhan LPG dalam negeri, apalagi kebutuhan impor LPG Pertamina hampir 60 persen dan akan terus meningkat setiap tahun.
Di sisi lain, Pertamina dan NIOC sepakat melanjutkan pembicaraan mengenai kebutuhan pasokan minyak mentah untuk kebutuhan Pertamina. Kerjasama dengan Iran tersebut dinilai dapat meningkatkan hubungan bisnis antara Indonesia dan Iran.
Sumber: Katadata

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, penandatanganan MoU itu akan berlangsung sekitar pukul 09.30 pagi waktu Teheran. “Pagi ini akan ada penandantanganan antara CEO Pertamina dengan NIOC untuk MoU dan none disclosure agreement (NDA),” kata dia kepada Katadata, Senin (8/8).
Penandatanganan nota kesepahaman itu merupakan langkah awal Pertamina menjajaki blok-blok migas di Iran untuk diakuisisi. Setelah itu, Pertamina dapat segera mengevaluasi blok yang menjadi target akuisisi. Tim dari Upstream Business Development (UBD) Pertamina juga ikut dalam rombongan tersebut, untuk memuluskan seluruh proses evaluasi dan akuisisi.
Rencananya, Pertamina akan mengevaluasi dua blok migas di Iran. Namun, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) energi ini masih merahasiakan nama blok tersebut. Yang jelas, sesuai isi MoU, evaluasi dua blok ini memakan waktu selama enam bulan.
Selama tahap evaluasi ini, Pertamina akan mengkaji beberapa aspek. Pertama, evaluasi aspek bawah permukaan (geologi). Kedua, model reservoir. Meskipun dari data sekunder yang dimiliki Pertamina, dua blok ini memiliki cadangan minyak (original oil base) sekitar tiga miliar barel minyak.
Ketiga, teknologi yang tepat untuk memproduksi migas. Keempat, aspek keekonomian dan komersial blok tersebut.
Setelah semua proses evaluasi rampung, Pertamina akan segera menyusun rencana pengembangan wilayah (PoD) terhadap lapangan migas itu. “Jadi saat ini masih terlalu dini untuk menyebutkan angka investasinya. Tapi, bottom line, sudah kami siapkan biaya untuk keperluan ini,” kata Syamsu.
Penandatanganan MoU dengan Iran ini sebenarnya telah diagendakan sejak Juni lalu. Namun, rencana itu ditunda karena kedua pimpinan perusahaan migas berbeda negara itu sulit bertemu lantaran jadwal pertemuan yang belum cocok.
Sementara itu pada akhir Mei lalu, Pertamina merajut perjanjian kerjasama dengan NIOC untuk impor gas cair atau Liquified Petroleum Gas (LPG). Dalam perjanjian induk atau Head of Agrement (HoA) itu, Pertamina membeli 600 ribu metrik ton LPG dari Iran. Pengiriman perdana pada kuartal keempat 2016.
Proses pengiriman sebanyak dua kargo dalam tahun ini. Sedangkan tahun depan, pengiriman sebanyak 12 kargo sehingga total volume 600 ribu metrik ton.
Pembelian LPG dari Iran diklaim memiliki harga jual yang lebih ekonomis bagi Pertamina, yakni lebih murah US$ 25 dari harga pasar pada umumnya. Dengan begitu dapat memenuhi kebutuhan LPG dalam negeri, apalagi kebutuhan impor LPG Pertamina hampir 60 persen dan akan terus meningkat setiap tahun.
Di sisi lain, Pertamina dan NIOC sepakat melanjutkan pembicaraan mengenai kebutuhan pasokan minyak mentah untuk kebutuhan Pertamina. Kerjasama dengan Iran tersebut dinilai dapat meningkatkan hubungan bisnis antara Indonesia dan Iran.
Sumber: Katadata
0
882
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan