Just share pengalaman kemarin ngurus Bapak sakit.
Sebelumnya ane udah daftarin kedua orang tua dan kakak untuk ikut jadi anggota BPJS Mandiri kelas 1, udah sejak 1-2 tahun yang lalu. Kami sekeluarga domisili di Karawang, Jawa Barat.
Spoiler for "cerita":
Sebelumnya sih tau dari Om ane yang nganjurin pakai BPJS karena temennya udah ikutan n berobat bisa gratis, so buat keluarga itu penting banget, terutama karena Bapak ane udah pensiun gan dari kerjaannya.
Bapak ane setelah pensiun dari kerjaannya akhirnya beli angkot gan untuk ngisi waktu luang, sekaligus nyari penghasilan. Selama hidup, Bapak termasuk sehat dan hanya sekali opname karena typus, tetapi awal Februari 2016 Bapak mulai merasa gak enak badan, lemes dan sering pusing. Akhirnya berobat ke RS DS di Karawang dan divonis kena typus. Bapak akhirnya opname selama 7 hari. Selama opname keadaan Bapak malah makin memburuk, awalnya masih bisa jalan ke toilet sendiri, makin lama malah enggak bisa berdiri sendiri, hingga akhirnya keluar RS pun harus dipapah sama ane gan.
Setelah itu ada control pasca rawat inap ke spesialis penyakit dalam, dan ditanya kok malah lemes ke dokternya dijawab kemungkinan karena typusnya sudah parah sehingga menyerang saraf dan dirujuk ke spesialis saraf. Oleh dokter spesialis saraf, di rujuk untuk cek elektrolit, dan hasilnya emang Natrium nya kurang jauh dari standar akhirnya opname lagi selama 10 hari. Selama 10 hari pun tidak ada perkembangan gan, akhire dokter spesialis saraf nya merujuk Bapak ke RS Pusat Otak Nasional (RSPON) Cawang, dengan berbagai pertimbangan termasuk peralatan di Karawang yang kurang lengkap dan di RSPON bisa menggunakan BPJS. Puji Tuhan, dokter spesialis saraf ini juga dokter di RSUD, jadi rujukan nanti langsung dari dia kata dokternya seraya meyakinkan kami untuk mencoba ke RSPON.
Awal April 2016, Bapak kami bawa ke RSPON dengan harapan Bapak bisa sembuh, kami daftar masih dengan status pasien umum, dan dirujuk ke poli saraf umum, setelah itu di cek lab n divonis juga Bapak masih kurang Natrium, akhire Bapak dirujuk ke UGD untuk di infuse dan di opname. Disini kami pun diberi kemudahan oleh petugas RSPON yang menanyakan apakah Bapak termasuk anggota BPJS, saya mengiyakan dan Ia pun meminta kartu BPJS dan KTP Bapak. Dan taraa, Bapak opname tanpa bayar selama 3 hari di RSPON dengan fasilitas kelas 1 sesuai keanggotaan Bapak.
Setelah 3 hari Bapak, memang terlihat lebih segar, tetapi Bapak tetap tidak dapat berdiri kembali, sehingga Bapak dibolehkan pulang.
Awal Mei Bapak control, tetapi beda dokter karena dokter yang biasa tidak hadir. Begitu bertemu dokter, Bapak langsung divonis jika tidak stroke kemungkinan ada tumor di otak beliau.. Dirujukalah untuk MRI dan EEG untuk mengetahui apa yang ada di dalam tubuh Bapak. Akhirnya kami pun melakukan semua itu dan ternyata Bapak memang mengalami tumor otak stadium 3.
Awal Juni 2016, tepatnya tanggal 2 Juni, karena kondisi Bapak yang mengalami penurunan, kami membawa Bapak langsung ke UGD RSPON, dengan membawa rujukan dari RSUD Karawang. . Sampai sana Bapak pun langsung dirawat dan diberikan pertolongan pertama, hingga akhirnya pada pukul 02.00 3 Juni 2016, kami disuruh untuk mencari ruang ICU di RS lain karena ICU di RSPON sedang penuh. Dengan semangat 45 saya mencari ke hampir seluruh RS di Jakarta. Tetapi hingga pagi hari saya tidak dapat menemukan ruangan ICU yang available, karena statusnya penuh semua. Putus asa, saya un kembali ke RSPON, tetapi puji Tuhan, Bapak sudah kembali sadar. Dan akhirnya Bapak diperbolehkan untuk pindah ke ruang rawat biasa. Selama 2 minggu pertama keadaan Bapak sempat membaik bahkan Bapak sempat masuk ruang operasi untuk pengambilan cairan yang ada di kepala beliau, dan operasi kecil ini pun sukses. Tetapi di minggu ke tiga Bapak mulai mengalami penurunan kondisi, ditandai dengan tingkat saturasi oksigennya yang hanya 85-90. Perawat dan para dokter di RSPON pun bertindak cepat dengan cara menjaga asupan kondisi O2 Bapak. Kondisi beliau memang naik turun dan sempat koma beberapa kali, hingga memerlukan transfusi darah karena tingkat Hbnya rendah. Sedikit cerita mengenai transfusi darah ini, pertama ane kira yang namanya ambil darah di PMI itu gratis, ternyata bayar sekitar 500 ribu/bag. Ane kira pun ini buat beli, gak taunya ini buat biaya ganti proses dan kemasan darah yang konon belum bisa diproduksi di dalam negeri. Tetapi, beruntungnya bagi pengguna BPJS, karena nanti kuitansi darah tadi bisa di rembeus dengan uang setelah sebelumnya melakukan klaim ke petugas BPJS di RSPON. Dokter pun sempat memberikan resep albumin (sebotol 100 ml = 2.3 juta) yang tidak dicover BPJS, kenapa tidak dicover ane juga gak tau. Tetapi obat ini sangat penting bagi kondisi pasien yang kritis seperti Bapak.
Singkat cerita (udah gak nahan nulisnya gan, sedih kalo inget) Bapak koma lagi di hari lebaran pertama 6 Juli 2016. Koma mulai pada pukul 14.00, dan stabil pada pukul 20.00. Tetapi Tuhan berkehendak lain, Pada lebaran kedua , 7 Juli 2016, Bapak meninggal pukul 04.39 WIB setelah tepat 5 minggu meninap di RSPON. Selamat jalan Bapak, semoga bahagia selalu di surga…
Btw, selama 5 minggu Bapak opname, Bapak enggak dikenain biaya sama sekali gan, kecuali Albumin itu dan beberapa obat lain yang gk mahal banget.
Itu dia gan, pengalaman ane n keluarga pakai BPJS. Bagi mereka yang belum jadi anggota, ikut aja gan, gak bakal nyesel kok. BPJS ini sifatnya gotong royong, jadi kalo agan gak sakit, ya dana yang agan bayarin tiap bulannya itu digunain buat biayain mereka yang lagi sakit. Gak ada asuransi yang kaya gini gan, gak perlu medical cek sebelumnya kaya asuransi swasta.
O ya tulisan ini beneran review dan pengalaman pribadi loh, BPJS gak kaya yang di tipi2 itu, selama syarat lengkap pasti gampang kok.