new.laopanAvatar border
TS
new.laopan
Survei Pilkada DKI, Hamdi Muluk Dituding Berbohong
Direktur Sabang Merauke Circle (SMC) Dr. Syahganda Nainggolan menuding Prof Hamdi Muluk melakukan kebohongan ilmiah dalam survei terkait Pilkada DKI 2017.
"Jadi, kami tahu bahwa survei ini merupakan kebohongan ilmiah, dari permainan politik pendukung Jokowi Ahok. Khususnya Professor Hamdi Muluk," kata Syahganda, Kamis (4/8/2016).

Syahganda menilai survei Opinion Leader oleh Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia terkait Pilkada DKI Jakarta 2017 yang diketuai Hamdi Muluk ditungganggi motif politik.

“Secara kasat mata sebenarnya kita sudah tahu bahwa survei ini didasari motif yang tidak netral," katanya.

Survei tersebut menempatkan Yusril Izha Mahendra sebagai "underdog" pada setiap indikator yang disurvei, termasuk dari sisi intelektual.

Menurut Syahganda survei ini memiliki kelemahan ilmiah. Pertama, kesalahan melakukan sampling. Syahganda mempertanyakan 206 pakar yang diambil sebagai sampel tidak jelas mewakili ahli apa.

"Klaim Muluk bahwa 60 persen lebih terdiri dari profesor dan doktor tidak menjawab pertanyaan, siapa populasi yang dituju? Apakah 206 orang tersebut mewakili jumlah 5109 professor atau 23.000 doktor di Indonesia? Apakah responden ini mewakili expert yang tinggal di jakarta? Atau umum? Apakah ekspert ini ahli dibidang kepemerintahan atau malah ahli bedah jantung?," tanya dia.

Kedua, sambung Syahganda, "penilaian ahli" yang diklaim sebagai opinian leader telah menempatkan Yusril pada penilaian intelektualitas terendah dibanding 8 kandidat lainnya. Sementara itu, Ahok ditempatkan sebagai orang yang paling intelektual.

"Tentu hasil ini tidak masuk akal. Sebuah aksioma, bukan hipotetik, kalau Yusril pasti lebih tinggi intelektualnya daripada Ahok, dan mungkin lainnya," ujarnya.

Syahganda beralasan bahwa pertama, Yusril merupakan professor di universitas nomor satu di Indonesia (UI) versi QS, THE, danWebmetricl.

“Dan dia mencapai gelar akademik tertinggi, sebagai doktor. Juga seorang professor. Sedangkan Ahok dari kampus biasa biasa saja. Bukan doktor. Mungkin ini bukan indikator penting menurut Muluk dkk, namun itu sebuah common sense bahwa tingkat intelektualitas tersebut sangat terkait dimana seseorang menimba ilmu,” jelasnya.

Ketiga, tambah dia, hasil survei yang menempatkan Yusril paling tidak direkomendasikan sebagai calon Gubernur DKI bertentangan dengan hasil survei yang sama pada indikator "Jika hanya Ahok, Yusril dan Safri dinilai para ahli tersebut”.

"Pada indikator ini malah Safri yang paling jeblok, 3,8%. Sedang Yusril masih di atas yang abstain, yakni 24,1%," bebernya.

Selain itu, Syahganda mensinyalir bahwa survey tersebut tentu ditujukan juga pada dua hal. Pertama menggertak Mega dan PDIP agar segera mendukung Ahok. Hal ini menjadi jelas dengan uraian Muluk bahwa PDIP akan hancur pada 2019 jika tidak mendukung Ahok. Kedua, Survey ini mendeligitimasi para ulama yang menempatkan Yusril sebagai calon terbaik dari kalangan ummat Islam.

"Gerakan ulama yang mendukung Yusril ini merupakan kekuatan besar, baik dari segi massa aktif, maupun pengaruh elitnya," tandasnya.

Sebelumnya, sebanyak 206 orang pakar yang 60 persen lebih berlatar belakang profesor dan doktor dalam survei ini. Mereka diminta untuk menilai sembilan orang tokoh yang telah dipilih melalui FGD sebelum survei Opinion Leader. Sembilan tokoh itu yakni Basuki Tjahaja Purnama, Djarot Saiful Hidayat, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Suyoto, Sjafrie Sjamsoeddin, Tri Rismaharini, Yoyok Riyo Sudibyo dan Yusril Ihza Mahendra.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok ditempatkan sebagai sosok paling direkomendasikan pakar untuk menjadi gubernur DKI Jakarta.

http://rimanews.com/nasional/politik...ing-Berbohong-
0
5.4K
79
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan