Quote:
Pada JULI 2015 terjadi pembakaran tempat ibadah di Tolikara Papua, lalu setahun kemudian pada bulan yang sama JULI 2016, terjadi pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai Sumut. Apakah ini KEBETULAN keduanya di bulan Juli? TIDAK menurut Fahmi Habsyi. Direktur Eksekutif Pusat Kajian Trisakti (lembaga riset) ini menilai ada OPSUS (operasi khusus) oknum intelijen dengan tujuan provokasi konflik horisontal di Indonesia.
Pada Juli 2015 silam, Fahmi mengingatkan bahwa insiden bakar-bakaran di Tolikara Papua ADA DALANG yang mendanai dan menggerakkan. Operasi intelijen seperti ini tukang bakarnya tidak terlihat, tapi asap & bau nya nyata. Ini melibatkan intelijen ASING dan oknum tokoh intelijen masa lalu. Tidak perlu ditunjuk siapa aktor intelektualnya, hanya perlu dipahami oleh masyarakat luas agar JANGAN TERPROVOKASI.
CIRI-CIRI OPSUS:
1. Dilakukan di ujung-ujung batas negara, seperti Papua di ujung Timur, dan Tanjungbalai di ujung Barat. Karena ini memberikan psikologis seolah2 negara "dikepung" oleh situasi rusuh yang diharapkan bisa MENULAR ke tengah.
2. Suka memberikan PETUNJUK yang samar. Seperti dalam kasus ini keduanya dilakukan tepat pada bulan JULI. Karena mereka ingin meninggalkan "Signature" (semacam tanda tangan) untuk kepuasan pribadi.
3. Intensitas TERLALU MASSIF. Total 10 Vihara dan klenteng dibakar, tidak logis untuk ukuran segelintir massa. Atau seperti kerusuhan total di seluruh wilayah Jakarta pada Mei 1998, tidak logis dilakukan oleh warga DKI yang saat itu tidak punya rekam jejak rusuh sebelumnya.
JANGAN TERPANCING. Fahmi menekankan ini lebih serius daripada Ambon dan Poso. Diharapkan agar semua elemen masyarakat tidak mudah terpancing oleh upaya-upaya provokasi konflik horisontal seperti ini. Masyarakat tetap tenang dan selalu waspada.
Mesti ati2,,, jgn kita jadi budak asing yg punya kepentingan merusak kedamain kita gan