Mungkin akan ada orang yang berkomentar 'telat gan postingnya" tapi lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali (ngeles mode on )
Kebetulan saya anak seorang guru di salah satu negeri, jadi mau tidak mau saya juga ikut mengobrol tentang pergantian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu bapak Anies Baswedan sehingga tergugah hatiku, seorang SR untuk menulis ini . Yang akan saya tulis bukan mengenai pergantian menteri tetapi tentang bagaimana lika liku guru, dan wali murid. Maklum anak guru. hahaha
Spoiler for Guru:
Sebagai salah satu bentuk penghormatan kita mengenal sebutan pahlawan tanpa tanda jasa.
Menurut Noor Jamaluddin (1978: 1) Guru adalah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu berdiri sendir
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
di sini ane menebalkan tulisan mendidik karena, mendidik dengan mengajar mirip namun memiliki makna yang berbeda. menurut KBBI:
didik : memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran ajar : petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)
dari uraian di atas dapat kita simpulkan tugas guru bukan hanya untuk membuat anak didiknya menjadi cerdas, mendapat nilai baik namun juga menjadi bermoral. Di satu sisi, guru memang mereka diberikan gaji untuk memberikan pendidikan, namun saya yakin, mereka mendidik bukan hanya karena ingin mendapat honor, tetapi karena jiwa mereka sebagai seorang pendidik. Tentu kita ingat tentang cerita guru yang mengajar seorang diri di daerah terpencil dengan gaji seadanya. Banyak juga generasi muda yang mengikuti Indonesia mengajar dan SM3T untuk mengajar di daerah terpencil, susah signal dengan honor yang tak terpikirkan (kalau dipikir juga ga ngaruh) tetapi mereka tetap siap mengabdi untuk Indonesia. Mungkin juga banyak teman sejawat kita yang kuliah mahal, susah menjadi guru honorer dengan gaji sedapatnya.
Mendidik lebih sulit karena juga memperbaiki moral dari siswa tersebut, Bukan hanya nilai semata. Jika ingin anak anda PINTAR silahkan anak anda cukup ke beberapa Bimbel secara bersama (no offense karena tugas mereka memang untuk mengajar dan membantu belajar bukan untuk mendidik). Sekolah dan guru seharusnya mampu meningkatkan moral dan keilmuan anak didiknya. Saya masih ingat jargon ini. "Guru adalah orang tua kedua Kita. "Guru adalah orang tua ketika di sekolah".
Ketika di rumah melihat anaknya ngeyel, tentu bapak ibuk kita akan menegur bahkan mungkin ada atraksi sandal terbang, kungfu sabuk, kemoceng pembelah jiwa sering terjadi. Namun jika di sekolah paling di cubit kalo anaknya sudah kelewatan. Buat agan atau aganwati, yang pernah kena cubitan guru, lebih banyak mana sakitnya atau malunya pada kawan? Malu kan? apalagi di cubit dilihat ma ceng-cengan kita, rasanya ni guru pingin matiin pasaran kita. hahah. Jadi kalo di cubit biar malu trus ga di ulangin. Tapi apa daya, meskipun guru sebagai "orang tua" dia masih "orang tua" kedua, yang tentunya bukan pengendali utama pada anak. Pengendali utama tetap bapak ibu di rumah. Ntar saya banyak ulas di selanjutnya
Spoiler for Wali Murid:
Wali murid yang saya maksud di sini adalah orang tua atau yang memegang kendali penuh atas anak didik, biasanya bapak ibuk. Ketika antara wali murid dan guru memiliki pandangan yang berbeda dengan anak, maka anak cenderung akan mengikuti orang tua. Namun jika antara wali murid dan guru memiliki visi yang sama terhadap anak, maka saya yakin, akan tersebut akan menjadi powerfull.
Nah saat ini, terdapat beberapa pergeseran pandangan wali murid (CMIIW) banyak juga wali murid yang menuntut anaknya mendapat nilai bagus terhada guru karena merasa telah membayar sekolah. Guru akan memberikan penilaian kepada muridnya sesuai dengan apa yang dilakukan siswanya, penilaian adalah cerminan dari anak tersebut.
Saat terima raport ada 2 jenis orang tua macam gini :
Wali murid : Bu kenapa anak saya nilainya jelek? ( pingin anaknya pinter dan bermoral sampe rumah anaknya masih dimarahin)
Wali murid : Bu kenapa anak saya nilai jelek? ga bisa lebih baik pa? (model model minta nilainya dinaikin) kalo di tanya ada kaga jenis wali murid ini, adaaaaa gan, kalo punya temen guru silahkan di tanya. hahaha.
Sekarang guru tugasnya menjadi lebih sulit, ada tipe orang tua murid yang songong. Masih ingat dibenak kita kasus guru dipolisikan oleh wali murid. Ayo, jika ingin anak anda menjadi lebih baik, silahkan samakan pandangan dengan guru. Jangan cuma ingin anaknya dapat nilai bagus tapi yang dimarahi malah gurunya bukan anaknya.
Sehebat-hebatnya guru mendidik, jika orang tua tidak peduli dengan anak, maka akan susah anak untuk menjadi lebih baik
Pesan pribadi TS, untuk Guru, ayo majukan pendidikan Indonesia, semoga guru menjadi lebih profesional dalam mengajar karena saya yakin masih terdapat oknum guru yang tidak sesuai. (Khusus buat anak guru --> kalau orang tua kita (guru) masih juga kurang baik, sebaiknya di tegur agar lebih baik, karena mereka pasti juga sering cerita tentang kondisi kerja di sekolah. iya ga gan? hehe)
Pesan pribadi TS, untuk Wali Murid, jangan langsung percaya pada anak, coba konfirmasi dulu pada orang lain, bisa saja yang salah memang anak ANDA. saya yakin, guru tidak akan membeda-bedakan anak didiknya. Mereka melakukan tindakan karena mereka memang sayang pada anak ANDA. Ingat tugas guru adalah mendidik, jadi moral pun juga akan diperbaiki oleh guru.
-Namun jika guru tersebut memang yang kurang baik setelah konfirmasi sana-sini, silahkan untuk dimusyawarhkan ke guru atau sekolah dengan cara yang baik. Karena jika guru tersebut menjadi lebih baik, maka anda juga termasuk orang yang membantu majunya pendidikan.
Pesan Pribadi TS untuk [B]Murid[/B, ingat, guru adalah orang tua kita, hormati mereka, jasa mereka tak akan tergantikan saat kita sudah menjadi orang. tanpa mereka kita tidak akan menjadi apa-apa. Ga usah sok gaya ngaduin guru ke orang tua, silahkan introspeksi telebih dahulu. Jika ingin cerita ke orang tua, silahkan tapi seutuhnya dan sejujurnya, jangan ambil sudut pandang sendiri. Dulu jaman kita sekolah kalo ngeyel di sekolah dapat cubit telinga kiri, ngadu ke orang tua dapat tambah cubit telinga kanan.