Quote:
Quote:
NUNUKAN, KOMPAS.com – Warga perbatasan di Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, membutuhkan perjuangan tersendiri untuk sekadar menuju ibukota kabupaten.
Biasanya, warga berangkat menuju Kota Kabupaten Nunukan hanya untuk kepentingan yang sangat penting seperti mengurus administrasi kependudukan atau berkunjung ke sanak keluarga.
Hal ini mengingat selain ongkos yang mahal, karena warga harus mengeluarkan ongkos tranportasi minimal Rp 1 juta atau lebih dari Rp 10 juta jika menyewa perahu sendiri. Warga tidak punya pilihan moda tranportasi. Satu satu jalur transportasi adalah dengan mengarungi giram atau sungai berbatu dengan arus ekstrem.
“Lebih dari 10 giram harus kami lewati dengan kesulitan arus yang beragam,” ujar Yepta Tinus, salah satu warga Kecamatan Lumbis Ogong, Jumat (29/7/2016).
Selain tantangan mengarungi giram, untuk menuju Kota Nunukan, warga juga harus berjibaku dengan minimnya keselamatan selama mengarungi sungai. Selain kebanyakan perahu jungkung tak dilengkapi jaket keselamatan, tak ada perusahaan asuransi yang mau menjamin keselamatan warga perbatasan jika terjadi kecelakaan di sungai.
”Sudah mahal, medan yang sulit, jangan harap ada asuransi bagi kami. Mau bagaimana lagi, itu satu-satunya jalur ke Nunukan,” imbuh Yepta.
Keganasan puluhan giram di sungai Lumbis Ogong sudah tidak asing bagi warga perbatasan. Pada bulan Juni lalu, satu warga meninggal karena perahu jungkung yang ditumpangi rombongan menuju ke Desa Pagalungan Negara Malaysia untuk menghadiri acara adat Kamatan (upacara penen raya ) pecah ketika menabrak batu cadas.
”Mati mesin menghantam batu, pecah itu perahu. Satu meninggal,” tuturYepta.
Quote:
edan ...HIDUP itu keras !
kadang terlupakan ato memang terlupakan !