- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Terima kasih BPJS sudah setia menemaniku berjuang selama hampir dua tahun ini


TS
chunk2
Terima kasih BPJS sudah setia menemaniku berjuang selama hampir dua tahun ini
Halo gan, langsung aja ya gak pake panjang kali lebar dan gak pake basa basi. Kenalin ane seorang cewek, usia 25tahun, cancer survivor jenis kanker limfoma non hodgkin stadium4 sejak hampir 2tahunan ini.
Cerita yang ane tulis dalam thread ini asli nyata. Nggak ane lebih-lebihkan sedikitpun hanya karena ane ikutan program berhadiah BPJS ini. Nggak ada yang ngarang, semua cerita ini ane alami sendiri selama hampir 2tahun ini. Sebelumnya ane mau minta maaf, mungkin thread ini nantinya agak kepanjangan karena ane mau cerita kronologis mulai dari gejala yang muncul hingga ane didiagnosa kanker.
Langsung aja ya gan
Yuk gan ane gak nolak lho ijo2 nya
Makasi ya udah mampir di thread ane
Cerita yang ane tulis dalam thread ini asli nyata. Nggak ane lebih-lebihkan sedikitpun hanya karena ane ikutan program berhadiah BPJS ini. Nggak ada yang ngarang, semua cerita ini ane alami sendiri selama hampir 2tahun ini. Sebelumnya ane mau minta maaf, mungkin thread ini nantinya agak kepanjangan karena ane mau cerita kronologis mulai dari gejala yang muncul hingga ane didiagnosa kanker.
Langsung aja ya gan
Spoiler for cekidot gan!:
Saat itu 2tahunan yang lalu ane sedang merantau di Bali. Suatu malam ane kebangun, karena ane ngerasain kejang otot luar biasa di seluruh tubuh ane. Sakit dan otot rasanya berdenyut semua, gejala yang baru ane rasain seumur-umur hidup ane. Malam itu ane gak bisa tidur, diganggu rasa sakit, ane cuma bisa balurin seluruh tubuh ane sama balsem. Paginya ane putusin ke dokter umum, kata dokter ane terlalu kecapean dan terlalu sering mandi malam, ane pun dibekali obat pereda nyeri saat itu. Setelah ane minum obat nyeri gejala berangsur membaik. Seminggu setelahnya ane batuk2, ane pikir mungkin karena flu biasa, ane pun minum obat batuk biasa yng dijual di pasaran. Tapi 2minggu setelahnya batuk tak kunjung hilang, bahkan ane ngerasain sakit di tulang dada kanan ane, rasanya kayak sampe nusuk ke dalem paru2, diapake tidur miring kananpun rasanya sakiiiit banget. Setelah itu ane jadi sering demam, terutama malam hari, hampir tiap malam ane demam. Kejang otot timbul lagi, disertai nyeri ditulang2 ane, dan lutut kanan yang bengkak dan memerah, serta bibir bawah sebelah kanan yang sering kesemutan dan mati rasa. Sadar ada yang nggak beres, ane putuskan resign dan balik ke kota ane, ane bener2 nggak kuat, ane sendirian di tanah rantau, sakit dan jauh dari saudara, nggak ada siapa2, apalagi saat itu di tempat kerja ane belum ada jaminan kesehatan dalam bentuk apapun karena ane belum genap 3bulan kerja.
Setelah ane balik ke kota ane, Malang, ane putuskan periksa ke poli spesialis urat syaraf (neurologi) di RSU dr. Saiful Anwar, karena ane pikir mungkin ada hubungannya dengan syaraf ane karena ane sering mati rasa di bagian bibir dan kejang otot. Saat diperiksa, dokter menganjurkan untuk menjalani tes darah lengkap dan foto thorax dada juga foto thorax lutut sebelah kanan. Setelah dilihat, ternyata paru2 kanan ane sudah dipenuhi cairan gan sedangkan kondisi lutut ane yang membengkak itu baik2 aja. Dokter akhirnya merujuk ke poli paru untuk pemeriksaan lebih lanjut. Saat itu semua biaya pemeriksaan dan obat ane masih tanggung sendiri, karena ane belum aktifin kembali kartu BPJS lama ane yang ane dapetin dari tempat kerja lama ane sebelum ane kerja di Bali. Sadar, sakit ane bukan sakit biasa dan pasti biaya pemeriksaan dan pengobatan selanjutnya akan semakin menghabiskan banyak uang, nggak pake pikir lama ane pun segera mengurus ke kantor BPJS untuk mengaktifkan kembali kartu BPJS ane yang lama.
Saat ane mulai periksa di poli paru, saat itu ane sudah mulai pakai BPJS. Ane menjalani sedot cairan paru dan pemeriksaan cairan dahak, juga diberi obat sama dokternya dan semua itu gratis. Saat itu ane didiagnosa kena TBC, hasil tes dahak dan pemiksaan lab.cairan paru memang negatif, tapi kata dokter gejala yang ane keluhin itu gejala kena TBC, ane pun disuruh minum OAT (Obat Anti Tuberkulosis) selama 6bulan tanpa putut seharipun.
Oh iya gan, RSU tempat ane berobat itu rumah sakit type “A” jadi digunakan sebagai RS pendidikan juga, jadi ane selama berobat di poli ditangani oleh dokter PPDS, dokter yang masih menjalani pendidikan spesialis bukan dokter spesialis senior langsung.
Selain menjalani pengobatan oral ane juga harus disedot cairan paru2 kanannya secara berkala beberapa sehari untuk mengurangi gejala sesak dan batuk, hal itu ane lakuin sampai paru2 kanan berhenti memproduksi cairan lagi. Selama pengobatan kejang otot ane makin menjadi gan, sendi2 ane kerasa sakiiiiiiiiit banget, bener2 sakit yang nggak tertahankan, ane sampe teriak2 tiap kumat, sendi jadi kaku, susah digerakkan serta bengkak dan memerah. Bayangkan! Itu terjadi pada seluruh persendian ane, bahkan untuk menekuk jari saja susah. Bibir ane jadi tambah sering mati rasa disertai gusi yang membengkak semua, gigi2 ane sampai goyang semua.
Sayangnya, dokter di poli paru hanya mengatakan ini efek minum OAT dan ane hanya dibekali obat pereda nyeri biasa.
Kondisi ane bener2 menyedihkan saat itu, sejak sakit berat badan ane turun 15kg. Berbulan-bulan ane bertahan dalam keadaan seperti itu, ane milih manut aja ke dokter kalau “semua karena ane minum OAT”, ane tetep minum obat yang diberikan meskipun nggak berpengaruh banyak.
Suatu malam, ane kejang otot dan nyeri sendi ane kumat gan. Sakiiiiiiiiit banget, lebih sakit dari sebelumnya! Dibawalah ane ke UGD RSU, di UGD dokter yang jaga pun dokter PPDS. Disana, dokter langsung memberikan pereda sakit dalam bentuk injeksi yang disutikkan lewat infus dan memberi obat oral. Dokter disana pun juga ngotot semua ini karena efek pengaruh OAT yang sedang ane minum. Ane disuruh pulang, dianggap nggak darurat, padahal di ruang UGD ane sampe teriak2 kesakitan. Ane kecewa gan! Ane bener2 nahan sakit yang nggak terkira, sedangkan ane ditelantarin, ane disuruh pulang, rasa sakit yang ane rasain disepelein! Ah, mungkin memang begini memang pelayanan BPJS, mungkin benar kata orang2 selama ini! Semua memang serba gratis, kita hanya perlu membayar iuran yang nggak seberapa sedangkan biaya pengobatan saat sakit bisa sangat jauh melebihi iuran yang kita bayarkan!
Dalam keadaan menahan sakit saat itu ane bingung gan! Nggak mungkin ane pulang dan pasrah di rumah nahan sakit tanpa tau jelas apa penyebabnya. Akhirnya ane pun di bawa ke RS swasta atas bantuan dana dari seseorang yang sudah ane anggap kakak ane sendiri.
Di RS swasta ane langsung ditangani, karena dianggap kondisi ane ane sudah parah maka dokter jaga UGD manyarankan rawat inap. Disana ane ditangani langsung oleh dokter penyakit dalam senior dan dokter penyakit paru senior yang sudah malang melintang selama puuhan tahun di dunia kedokteran, ane sedikit lega, mungkin sumber keluhan ane bisa didagnosa disini, dengan begitu ane bisa menjalani pengobatan yang tepat, karena ane pengen sembuh! Ane pengen terbebas dari rasa sakit! Tentunya, disini nggak pakai BPJS.
Setelah ane balik ke kota ane, Malang, ane putuskan periksa ke poli spesialis urat syaraf (neurologi) di RSU dr. Saiful Anwar, karena ane pikir mungkin ada hubungannya dengan syaraf ane karena ane sering mati rasa di bagian bibir dan kejang otot. Saat diperiksa, dokter menganjurkan untuk menjalani tes darah lengkap dan foto thorax dada juga foto thorax lutut sebelah kanan. Setelah dilihat, ternyata paru2 kanan ane sudah dipenuhi cairan gan sedangkan kondisi lutut ane yang membengkak itu baik2 aja. Dokter akhirnya merujuk ke poli paru untuk pemeriksaan lebih lanjut. Saat itu semua biaya pemeriksaan dan obat ane masih tanggung sendiri, karena ane belum aktifin kembali kartu BPJS lama ane yang ane dapetin dari tempat kerja lama ane sebelum ane kerja di Bali. Sadar, sakit ane bukan sakit biasa dan pasti biaya pemeriksaan dan pengobatan selanjutnya akan semakin menghabiskan banyak uang, nggak pake pikir lama ane pun segera mengurus ke kantor BPJS untuk mengaktifkan kembali kartu BPJS ane yang lama.
Saat ane mulai periksa di poli paru, saat itu ane sudah mulai pakai BPJS. Ane menjalani sedot cairan paru dan pemeriksaan cairan dahak, juga diberi obat sama dokternya dan semua itu gratis. Saat itu ane didiagnosa kena TBC, hasil tes dahak dan pemiksaan lab.cairan paru memang negatif, tapi kata dokter gejala yang ane keluhin itu gejala kena TBC, ane pun disuruh minum OAT (Obat Anti Tuberkulosis) selama 6bulan tanpa putut seharipun.
Oh iya gan, RSU tempat ane berobat itu rumah sakit type “A” jadi digunakan sebagai RS pendidikan juga, jadi ane selama berobat di poli ditangani oleh dokter PPDS, dokter yang masih menjalani pendidikan spesialis bukan dokter spesialis senior langsung.
Selain menjalani pengobatan oral ane juga harus disedot cairan paru2 kanannya secara berkala beberapa sehari untuk mengurangi gejala sesak dan batuk, hal itu ane lakuin sampai paru2 kanan berhenti memproduksi cairan lagi. Selama pengobatan kejang otot ane makin menjadi gan, sendi2 ane kerasa sakiiiiiiiiit banget, bener2 sakit yang nggak tertahankan, ane sampe teriak2 tiap kumat, sendi jadi kaku, susah digerakkan serta bengkak dan memerah. Bayangkan! Itu terjadi pada seluruh persendian ane, bahkan untuk menekuk jari saja susah. Bibir ane jadi tambah sering mati rasa disertai gusi yang membengkak semua, gigi2 ane sampai goyang semua.
Sayangnya, dokter di poli paru hanya mengatakan ini efek minum OAT dan ane hanya dibekali obat pereda nyeri biasa.
Kondisi ane bener2 menyedihkan saat itu, sejak sakit berat badan ane turun 15kg. Berbulan-bulan ane bertahan dalam keadaan seperti itu, ane milih manut aja ke dokter kalau “semua karena ane minum OAT”, ane tetep minum obat yang diberikan meskipun nggak berpengaruh banyak.
Suatu malam, ane kejang otot dan nyeri sendi ane kumat gan. Sakiiiiiiiiit banget, lebih sakit dari sebelumnya! Dibawalah ane ke UGD RSU, di UGD dokter yang jaga pun dokter PPDS. Disana, dokter langsung memberikan pereda sakit dalam bentuk injeksi yang disutikkan lewat infus dan memberi obat oral. Dokter disana pun juga ngotot semua ini karena efek pengaruh OAT yang sedang ane minum. Ane disuruh pulang, dianggap nggak darurat, padahal di ruang UGD ane sampe teriak2 kesakitan. Ane kecewa gan! Ane bener2 nahan sakit yang nggak terkira, sedangkan ane ditelantarin, ane disuruh pulang, rasa sakit yang ane rasain disepelein! Ah, mungkin memang begini memang pelayanan BPJS, mungkin benar kata orang2 selama ini! Semua memang serba gratis, kita hanya perlu membayar iuran yang nggak seberapa sedangkan biaya pengobatan saat sakit bisa sangat jauh melebihi iuran yang kita bayarkan!
Dalam keadaan menahan sakit saat itu ane bingung gan! Nggak mungkin ane pulang dan pasrah di rumah nahan sakit tanpa tau jelas apa penyebabnya. Akhirnya ane pun di bawa ke RS swasta atas bantuan dana dari seseorang yang sudah ane anggap kakak ane sendiri.
Di RS swasta ane langsung ditangani, karena dianggap kondisi ane ane sudah parah maka dokter jaga UGD manyarankan rawat inap. Disana ane ditangani langsung oleh dokter penyakit dalam senior dan dokter penyakit paru senior yang sudah malang melintang selama puuhan tahun di dunia kedokteran, ane sedikit lega, mungkin sumber keluhan ane bisa didagnosa disini, dengan begitu ane bisa menjalani pengobatan yang tepat, karena ane pengen sembuh! Ane pengen terbebas dari rasa sakit! Tentunya, disini nggak pakai BPJS.
Spoiler for Ternyata endingnya begini gan!:
Sayang, kenyataan jauh dari harapan. Dokter nggak bisa mendiagnosa pasti apa penyebab semua keluhan ane. Dokter tetap percaya semua karena TBC. Selama dirawat ane cuma diberi obat2an jenis steroid, pereda nyeri dosis tinggi lewat oral dan infus, serta dosis OAT yang dinaikkan. Untuk keluhan pada gusi yang bengkak semua dan gigi goyang semua ane cuma disaranin sering kumur2 dengan obat kumur, padahal ada gusi ane yang sampai berlubang!
Saat itu pengobatan OAT ane sudah memasuki bulan ke-4, paru kanan ane sudah mulai berhenti memproduksi cairan, tinggal sisanya yang sudah nggak bisa diambil karena sudah di batas minimal. Ane dirawat selama 10 harian disana, memang rasa sakit yang ane rasain sudah sangat jauh bekurang, meskipun lutut kanan ane masih bengkak membesar menyebabkan ane sulit jalan kaki, dan kaku karena nggak bisa di ditekuk. Dokter pun menyarankan ane untuk pulang, karena kondisi ane dirasa sudah lebih baik. Dokter pun membekali obat2an steroid dan penahan nyeri untuk di rumah.
Saat itu yang ane khawatirin, gimana kalo dirumah kumat lagi? Muncul lagi gejala kejang otot dan nyeri hebat lagi? Karena selama ane di RS nggak ada diagnosa pasti dari dokter, nggak dicari sumbernya apa? Pemeriksaan pun terkesan apa adanya, padahal yang menangani ane dokter senior, RS swasta nya pun termasuk salah satu RS yang bagus di kota ane dan ane nggak pake BPJS. Memang ane dibekali obat pereda nyeri, tapi sampai kapan begini terus? Tiap gejala timbul minum obat, trus muncul lagi sakitnya? Harusnya dokter mencari sumbernya!
Apa yang ane khawatirin ternyata nggak salah. Sebulanan ane di rumah, ane mulai kumat lagi gan, kali ini lebih parah, disertai rasa kram di kaki dan tangan ane. Jari2 ane bergerak sendiri lalu diam kaku disertai rasa kesemutan dan sakit yang luar biasa. Benar2 menyiksa! Wajah sampai dada ane juga ngerasain kesemutan luar biasa! Ane pun segera dibawa lagi ke UGD RS swasta. Disana ane ditangani lagi oleh dokter senior spesialis penyakit dalam yang sama dengan sebelumnya. Lutut kanan ane saat itu makin membesar dan memerah. Sendi2 membengkak dan mulai muncul banyak benjolan di badan ane, di payudara, di tulang2.
Dokter mengatakan kalau TBC ane sudah mengenai syaraf, aka dia memberikan obat neurobion dalm bentuk injeksi dan oral untuk menguatkan syaraf.
Tapi ane masih sering ngerasain kram, obat sama sekali nggak berpengaruh apapun, rasa sakit di tulang2 sendi ane juga rasanya makin menjadi, obat2 an pereda nyeri itu rasanya sudah nggak berguna lagi bagi ane. Tapi dokter tetep ngotot kalau yang ane rasain itu memang karena syaraf ane terganggu maka dosisi neurobion pun dinaikkan, bahkan ane sering dimarahin gan sama dokternya, ane dianggap nggak punya semangat buat sembuh, nggak punya motivasi! Karena kerjaan ane cuma tiduran di kasur tanpa ada niat belajar buat gerakkin tubuh ane, buat belajar jalan. Padahal gimana mau gerak tanpa bantuan orang lain, gimana mau belajar jalan, tulang2 ane bener2 sakit dan kaku banget rasanya, rasanya sakiiiit banget, sakit yang nggak terkira, sakit yang baru kali ini ane rasain seumur2 hidup ane dan dokter nggak ikut ngerasain itu. Tapi ane manut aja, ane lebih milih diem gan, ane males berdebat karena ane lagi sakit.
Selama dirawat pun, dokter nggak melakukan pemeriksaan lebih dalam, misalnya mecari tau apa penyebab benjolan2 di tubuh ane.
Tapi, karena saat itu rasa sakit di tulang2 ane makin menjadi dan ane sering banget teriak2 nahan sakit karena obat pereda nyeri apapun sudah nggak berfungsi, maka dokter memutuskan untuk melakukan tes BNP (Bone Narrow Puncture), dokter mulai curiga mungkin ada penyakit lain yang menggerogoti ane. Hasil tes menyatakan bahwa ada sel limfoma dan sungguh disayangkan! Dokter yang nangani ane nggak percaya sama hasil tes tersebut hanya karena nggak ada benjolan yang ditemukan di leher ane! Sungguh nggak masuk akal! Dokter terkesan menyepelekan! Ane kecewa, padahal ane disini bayar! Bukan pasien gratisan! Nggak pakai BPJS! Tapi pelayanan dokternya sugguh mengecewakan. Ane disarankan pulang, dengan tetap diberi bekal obat pereda nyeri dan steroid ditambah neurobion.
Dalam perjalanan pulang kerumah, ane kumat gan, ane kram lagi seluruh tubuh, tangan ane nggak bisa gerak, maka ane dibawa lagi ke UGD. Tapi kali ini balik kucing ke UGD RSU. Karena ane sungkan gan sama kakak angkat ane, selama 2x dirawat di RS swasta tanpa jaminan kesehatan apapun biayanya total sudah 20jutaan, maka nggak ada pilihan lain selain kembali pake BPJS. Pikir ane, kalau ane ditolak lagi dan tetep dianggap nggak darurat kayak dulu saat di RSU nanti, biarlah ane pulang aja ke rumah, ane pasrah kalau harus nahan semuanya sampai ane mati.
Sesampai disana ane ditangani sama dokter PPDS lagi tentunya. Tapi dokter PPDS kali ini lebih care, ane bahkan disarankan rawat inap karena kondisi ane dianggap parah, dokter pun menyuntikkan obat untuk menghentikan kramnya juga membantu menyedot lutut kanan ane yang tenyata sudah banyak cairannya karena peradangan. Saat itu segalanya rasanya dimudahkan, dokter nyuruh ane milih dokter spesialis senior siapa yang nantinya akan merawat ane selama di rawat inap, katanya ane bakal dirawat langsung oleh dokter spesialis senior penyakit dalam dari ahli rheumatologi utnuk mencari tau sakit dan pembengkakan dari sendi ane, karena memang BPJS ane kelas1 jadi berhak untuk ditangani dokter spesialis senior secara langsung saat nantinya rawat inap. Pikiran ane tentang BPJS salah gan! Ane jadi sadar, yang nyuruh ane pulang karena nggak dianggap darurat dulu itu dokternya, bukan BPJS nya. Jadi ane simpulkan, yang salah pasti dokternya, dokter PPDS yang jaga di UGD itu memang gonta ganti nggak cuma 1orang, mungkin saat itu dokter yang lagi piket kebetulan dokter PPDS yang kurang berkompeten, yang kurang pinter.
Selama dirawat, pelayanan RS baik itu perawat dan juga dokter sama sekali nggak ada bedanya dengan pasien umum yang nggak pakai BPJS! Ane rasain sendiri itu. Dokter yang nangani ane juga care banget, bener2 dicari sumber penyebab ane ngerasain sakit di persendian dan penyebab kram. Ternyata ane sering kram karena nggak seimbangna cairan elektrolit dalam darah ane, ane kekurangan kalsium juga kalium, jjadi nggak ada hubungannya sama sekali sama syaraf!
Oh iya, ane juga ditangani oleh dokter spesialis paru yang juga senior.
Berbagai macam tes ane jalani, dokter curiga mungkin ane terkena penyakit autoimun, sayang hasil tes negatif. Nggak mau nyerah, dokter pun memutuskan untuk melakukan operasi open biopsy dengan bius total, semua benjolan yang muncul di badan ane diambil utuk pemeriksaan lab, juga benjolan di lutut dan benjolan di gusi. Karena dokter mulai curiga kalau ane kena kanker, karena obat pereda jenis apapun sudah nggak mempan lagi buat ane, juga merujuk dari hasil tes BNP dari RS sebelumnya.
Sekitar 10harian setelah open biopsy, keluarlah hasil tes yang menunjukkan semua benjolan di badan ane ternyata gan dan ditemukan sel lymphoma non hogkin di dalamnya. Setelah itu ane juga menjalani CT scan kepala, dana dan USG perut untuk mengetahui sampai mana penyebarannya. Dari situ diketahui, bahwa ternyata penyebab paru2 ane dipenuhi cairan karena ada massa di paru kanan ane, kanker sudah menyebar sampai paru2, sedangkan di daerah kepala kanker sudah menyerang rahang ane dan penyebab ane sering ngerasain nyeri sendi dan tulang itu juga karena kanker sudah nyebar ke tulang2 ane . Ane sudah masuk stadium 4! Dan ternyata selama 6 bulan ini ane salah diagnosa! Ane nggak kena TBC!
Saat itu satu2 nya pengobatan menurut dokter cuma kemoterapi, dokter yang nangani ane pun mulai lepas tangan, baik dokter dari ahli rheumatologi dan dokter spesialis paru, karena menurut mereka penyakit ane bukan bidang mereka, maka dokter yang merawat ane pun dialihkan ke dokter senior penyakit dalam ahli onkologi (kanker), pengobatan OAT pun akhirnya dihentikan karena memang sudah masuk bulan ke-6.
Saat itu ane pasrah gan, syukur2 penyakit ane sudah ketauan, dengan begitu ane bisa menjalani pengobatan yang tepat. Masalah salah diagnosa, ane nggak nyalahin siapapun, mungkin emang jalannya begini, dokter juga punya manusia, punya keterbatasan, yang pasti ane nggak nyalahin BPJS lagi, buktinya dokter yang nangani ane saat di RS swasta yang nggak pakai BPJS itu juga pelayanannya nggak kalah buruknya, nggak bisa mendiagnosa juga ane sakit apa dan kurang niat dalam melakukan pemeriksaan. Ane malah berterima kasih banget sama BPJS, selama di rawat kali ini pemeriksaan ane bener2 optimal, ane jalani tes ini itu, jalani operasi open biopsi, obat2 an yang banyak ane minum, sampai akhirnya penyakit ane ditemukan dan ane harus kemoterapi. Tentu semua itu nggak murah, duid dari mana kalau harus bayar sendiri nggak ada BPJS? Saat itu ane dirawat 1,5bulanan sampai selesai kemo untuk yang pertama dan nggak ada sepersenpun yang harus ane bayar, semuanya gratis! Bayangkan, hanya dengan membayar iuran bulanan Rp 59.000,00 (biaya iuran kelas 1 saat itu) ane bisa dapetin pemeriksaan dan pengobatan secara maksimal dengan gratis! Tanpa dibedakan sedikitpun dengan pasien umum yang nggak pakai BPJS, ane lihat dan alamin sendiri hal itu. Penilaian ane tentang BPJS sebelumnya bener2 salah total! BPJS bener2 amat sangat menolong ane.
Sampai saat ini, ane sudah kemo 15x an gan, setiap sebulan sekali rawat inap, bahkan sering ane masuk UGD kalo lagi ngedrop dan semuanya tetep gratis, ane tinggal bayar iuran bulanannya aja.
Terima kasih BPJS! Nggak bisa bayangin, kalau nggak ada program jaminan kesehatan dari pemerintah ini. Buat agan yang masih banyak kontra dengan BPJS ini hanya karena mendengar opini selingan sana sini saran ane jangan langsung terbawa emosi gan, ane bener2 ngeliat dan ngerasain langsung gimana besarnya manfaat BPJS, coba agan cari tau kalau pelayanan selama berobat dirasa jelek. Mungkin salah dokternya, mungkin kesalahan sistem RS nya. Buktinya ane dirawat di RS swasta bagus dengan dokter spesialis senior yang kata orang bagus pun pelayanannya buruk! Padahal ane pakai biaya dan nggak pakai BPJS.
Cuma ane punya saran, ada baiknya BPJS juga melakukan penilaian bagi dokter PPDS yang sedang menuntut ilmu di rumah sakit pemerintah type “A”.
Sepertinya cukup itu yang ane sampaikan, sekali lagi ane ucapin terima kasih sebesar2 nya untuk BPJS. Yuk gan, yang masih ragu buat daftar BPJS segera daftar, karena sakit itu nggak ada yang tau kapan datangnya.
Saat itu pengobatan OAT ane sudah memasuki bulan ke-4, paru kanan ane sudah mulai berhenti memproduksi cairan, tinggal sisanya yang sudah nggak bisa diambil karena sudah di batas minimal. Ane dirawat selama 10 harian disana, memang rasa sakit yang ane rasain sudah sangat jauh bekurang, meskipun lutut kanan ane masih bengkak membesar menyebabkan ane sulit jalan kaki, dan kaku karena nggak bisa di ditekuk. Dokter pun menyarankan ane untuk pulang, karena kondisi ane dirasa sudah lebih baik. Dokter pun membekali obat2an steroid dan penahan nyeri untuk di rumah.
Saat itu yang ane khawatirin, gimana kalo dirumah kumat lagi? Muncul lagi gejala kejang otot dan nyeri hebat lagi? Karena selama ane di RS nggak ada diagnosa pasti dari dokter, nggak dicari sumbernya apa? Pemeriksaan pun terkesan apa adanya, padahal yang menangani ane dokter senior, RS swasta nya pun termasuk salah satu RS yang bagus di kota ane dan ane nggak pake BPJS. Memang ane dibekali obat pereda nyeri, tapi sampai kapan begini terus? Tiap gejala timbul minum obat, trus muncul lagi sakitnya? Harusnya dokter mencari sumbernya!
Apa yang ane khawatirin ternyata nggak salah. Sebulanan ane di rumah, ane mulai kumat lagi gan, kali ini lebih parah, disertai rasa kram di kaki dan tangan ane. Jari2 ane bergerak sendiri lalu diam kaku disertai rasa kesemutan dan sakit yang luar biasa. Benar2 menyiksa! Wajah sampai dada ane juga ngerasain kesemutan luar biasa! Ane pun segera dibawa lagi ke UGD RS swasta. Disana ane ditangani lagi oleh dokter senior spesialis penyakit dalam yang sama dengan sebelumnya. Lutut kanan ane saat itu makin membesar dan memerah. Sendi2 membengkak dan mulai muncul banyak benjolan di badan ane, di payudara, di tulang2.
Dokter mengatakan kalau TBC ane sudah mengenai syaraf, aka dia memberikan obat neurobion dalm bentuk injeksi dan oral untuk menguatkan syaraf.
Tapi ane masih sering ngerasain kram, obat sama sekali nggak berpengaruh apapun, rasa sakit di tulang2 sendi ane juga rasanya makin menjadi, obat2 an pereda nyeri itu rasanya sudah nggak berguna lagi bagi ane. Tapi dokter tetep ngotot kalau yang ane rasain itu memang karena syaraf ane terganggu maka dosisi neurobion pun dinaikkan, bahkan ane sering dimarahin gan sama dokternya, ane dianggap nggak punya semangat buat sembuh, nggak punya motivasi! Karena kerjaan ane cuma tiduran di kasur tanpa ada niat belajar buat gerakkin tubuh ane, buat belajar jalan. Padahal gimana mau gerak tanpa bantuan orang lain, gimana mau belajar jalan, tulang2 ane bener2 sakit dan kaku banget rasanya, rasanya sakiiiit banget, sakit yang nggak terkira, sakit yang baru kali ini ane rasain seumur2 hidup ane dan dokter nggak ikut ngerasain itu. Tapi ane manut aja, ane lebih milih diem gan, ane males berdebat karena ane lagi sakit.
Selama dirawat pun, dokter nggak melakukan pemeriksaan lebih dalam, misalnya mecari tau apa penyebab benjolan2 di tubuh ane.
Tapi, karena saat itu rasa sakit di tulang2 ane makin menjadi dan ane sering banget teriak2 nahan sakit karena obat pereda nyeri apapun sudah nggak berfungsi, maka dokter memutuskan untuk melakukan tes BNP (Bone Narrow Puncture), dokter mulai curiga mungkin ada penyakit lain yang menggerogoti ane. Hasil tes menyatakan bahwa ada sel limfoma dan sungguh disayangkan! Dokter yang nangani ane nggak percaya sama hasil tes tersebut hanya karena nggak ada benjolan yang ditemukan di leher ane! Sungguh nggak masuk akal! Dokter terkesan menyepelekan! Ane kecewa, padahal ane disini bayar! Bukan pasien gratisan! Nggak pakai BPJS! Tapi pelayanan dokternya sugguh mengecewakan. Ane disarankan pulang, dengan tetap diberi bekal obat pereda nyeri dan steroid ditambah neurobion.
Dalam perjalanan pulang kerumah, ane kumat gan, ane kram lagi seluruh tubuh, tangan ane nggak bisa gerak, maka ane dibawa lagi ke UGD. Tapi kali ini balik kucing ke UGD RSU. Karena ane sungkan gan sama kakak angkat ane, selama 2x dirawat di RS swasta tanpa jaminan kesehatan apapun biayanya total sudah 20jutaan, maka nggak ada pilihan lain selain kembali pake BPJS. Pikir ane, kalau ane ditolak lagi dan tetep dianggap nggak darurat kayak dulu saat di RSU nanti, biarlah ane pulang aja ke rumah, ane pasrah kalau harus nahan semuanya sampai ane mati.
Sesampai disana ane ditangani sama dokter PPDS lagi tentunya. Tapi dokter PPDS kali ini lebih care, ane bahkan disarankan rawat inap karena kondisi ane dianggap parah, dokter pun menyuntikkan obat untuk menghentikan kramnya juga membantu menyedot lutut kanan ane yang tenyata sudah banyak cairannya karena peradangan. Saat itu segalanya rasanya dimudahkan, dokter nyuruh ane milih dokter spesialis senior siapa yang nantinya akan merawat ane selama di rawat inap, katanya ane bakal dirawat langsung oleh dokter spesialis senior penyakit dalam dari ahli rheumatologi utnuk mencari tau sakit dan pembengkakan dari sendi ane, karena memang BPJS ane kelas1 jadi berhak untuk ditangani dokter spesialis senior secara langsung saat nantinya rawat inap. Pikiran ane tentang BPJS salah gan! Ane jadi sadar, yang nyuruh ane pulang karena nggak dianggap darurat dulu itu dokternya, bukan BPJS nya. Jadi ane simpulkan, yang salah pasti dokternya, dokter PPDS yang jaga di UGD itu memang gonta ganti nggak cuma 1orang, mungkin saat itu dokter yang lagi piket kebetulan dokter PPDS yang kurang berkompeten, yang kurang pinter.
Selama dirawat, pelayanan RS baik itu perawat dan juga dokter sama sekali nggak ada bedanya dengan pasien umum yang nggak pakai BPJS! Ane rasain sendiri itu. Dokter yang nangani ane juga care banget, bener2 dicari sumber penyebab ane ngerasain sakit di persendian dan penyebab kram. Ternyata ane sering kram karena nggak seimbangna cairan elektrolit dalam darah ane, ane kekurangan kalsium juga kalium, jjadi nggak ada hubungannya sama sekali sama syaraf!
Oh iya, ane juga ditangani oleh dokter spesialis paru yang juga senior.
Berbagai macam tes ane jalani, dokter curiga mungkin ane terkena penyakit autoimun, sayang hasil tes negatif. Nggak mau nyerah, dokter pun memutuskan untuk melakukan operasi open biopsy dengan bius total, semua benjolan yang muncul di badan ane diambil utuk pemeriksaan lab, juga benjolan di lutut dan benjolan di gusi. Karena dokter mulai curiga kalau ane kena kanker, karena obat pereda jenis apapun sudah nggak mempan lagi buat ane, juga merujuk dari hasil tes BNP dari RS sebelumnya.
Sekitar 10harian setelah open biopsy, keluarlah hasil tes yang menunjukkan semua benjolan di badan ane ternyata gan dan ditemukan sel lymphoma non hogkin di dalamnya. Setelah itu ane juga menjalani CT scan kepala, dana dan USG perut untuk mengetahui sampai mana penyebarannya. Dari situ diketahui, bahwa ternyata penyebab paru2 ane dipenuhi cairan karena ada massa di paru kanan ane, kanker sudah menyebar sampai paru2, sedangkan di daerah kepala kanker sudah menyerang rahang ane dan penyebab ane sering ngerasain nyeri sendi dan tulang itu juga karena kanker sudah nyebar ke tulang2 ane . Ane sudah masuk stadium 4! Dan ternyata selama 6 bulan ini ane salah diagnosa! Ane nggak kena TBC!
Saat itu satu2 nya pengobatan menurut dokter cuma kemoterapi, dokter yang nangani ane pun mulai lepas tangan, baik dokter dari ahli rheumatologi dan dokter spesialis paru, karena menurut mereka penyakit ane bukan bidang mereka, maka dokter yang merawat ane pun dialihkan ke dokter senior penyakit dalam ahli onkologi (kanker), pengobatan OAT pun akhirnya dihentikan karena memang sudah masuk bulan ke-6.
Saat itu ane pasrah gan, syukur2 penyakit ane sudah ketauan, dengan begitu ane bisa menjalani pengobatan yang tepat. Masalah salah diagnosa, ane nggak nyalahin siapapun, mungkin emang jalannya begini, dokter juga punya manusia, punya keterbatasan, yang pasti ane nggak nyalahin BPJS lagi, buktinya dokter yang nangani ane saat di RS swasta yang nggak pakai BPJS itu juga pelayanannya nggak kalah buruknya, nggak bisa mendiagnosa juga ane sakit apa dan kurang niat dalam melakukan pemeriksaan. Ane malah berterima kasih banget sama BPJS, selama di rawat kali ini pemeriksaan ane bener2 optimal, ane jalani tes ini itu, jalani operasi open biopsi, obat2 an yang banyak ane minum, sampai akhirnya penyakit ane ditemukan dan ane harus kemoterapi. Tentu semua itu nggak murah, duid dari mana kalau harus bayar sendiri nggak ada BPJS? Saat itu ane dirawat 1,5bulanan sampai selesai kemo untuk yang pertama dan nggak ada sepersenpun yang harus ane bayar, semuanya gratis! Bayangkan, hanya dengan membayar iuran bulanan Rp 59.000,00 (biaya iuran kelas 1 saat itu) ane bisa dapetin pemeriksaan dan pengobatan secara maksimal dengan gratis! Tanpa dibedakan sedikitpun dengan pasien umum yang nggak pakai BPJS, ane lihat dan alamin sendiri hal itu. Penilaian ane tentang BPJS sebelumnya bener2 salah total! BPJS bener2 amat sangat menolong ane.
Sampai saat ini, ane sudah kemo 15x an gan, setiap sebulan sekali rawat inap, bahkan sering ane masuk UGD kalo lagi ngedrop dan semuanya tetep gratis, ane tinggal bayar iuran bulanannya aja.
Terima kasih BPJS! Nggak bisa bayangin, kalau nggak ada program jaminan kesehatan dari pemerintah ini. Buat agan yang masih banyak kontra dengan BPJS ini hanya karena mendengar opini selingan sana sini saran ane jangan langsung terbawa emosi gan, ane bener2 ngeliat dan ngerasain langsung gimana besarnya manfaat BPJS, coba agan cari tau kalau pelayanan selama berobat dirasa jelek. Mungkin salah dokternya, mungkin kesalahan sistem RS nya. Buktinya ane dirawat di RS swasta bagus dengan dokter spesialis senior yang kata orang bagus pun pelayanannya buruk! Padahal ane pakai biaya dan nggak pakai BPJS.
Cuma ane punya saran, ada baiknya BPJS juga melakukan penilaian bagi dokter PPDS yang sedang menuntut ilmu di rumah sakit pemerintah type “A”.
Sepertinya cukup itu yang ane sampaikan, sekali lagi ane ucapin terima kasih sebesar2 nya untuk BPJS. Yuk gan, yang masih ragu buat daftar BPJS segera daftar, karena sakit itu nggak ada yang tau kapan datangnya.
Yuk gan ane gak nolak lho ijo2 nya


Makasi ya udah mampir di thread ane


Diubah oleh chunk2 28-07-2016 08:34
0
4.9K
Kutip
47
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan