- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Makanan Kuliner di Daerah Dapat Menjadi Pariwisata Andalan


TS
naskelengcinouk
Makanan Kuliner di Daerah Dapat Menjadi Pariwisata Andalan
Quote:
Di berbagai kota besar di Tanah Air kerap berlangsung festival kuliner. Masyarakat sangat antusias menyaksikan pertunjukan yang memamerkan kekayaan kuliner nusantara ini. Ada yang datang sekedar melihat-lihat saja, namun tidak sedikit pengunjung memanfaatkannya menjadi peluang bisnis. Hal yang sama, acara-acara kuliner tetap menarik di tonton di sejumlah TV swasta. Di sisi lain, pengunjung restoran misalnya setelah menikmati makanan kesukaannya gemar memamerkan foto-foto menu kesukaannya di media sosial. Fenomena ini sedikit banyak bisa memberikan gambaran bahwa Indonesia memasuki era kebangkitan kuliner lokal. Kota-kota yang menjadi kunjungan wisatawan juga menjadi magnit yang kuat untuk berburu kuliner. Sejumlah kota tumbuh karena kunjungan wisatawannya meningkat dan tertarik dengan kelezatan kulinernya. Bahkan pengusaha lokal tertarik berinvestasi membangun infrastruktur khusus yang memadukan seni dan gaya hidup dalam bisnis kulinernya. Wisata kuliner sudah ditampilkan satu paket dengan gaya hidup. Mereka kerap hadir di mal, restoran papan atas yang lengkap dengan segala macam tawaran di dalamnya. Langkah ini patut diapresiasi pemerintah karena akan mengoptimalkan nilai ekonomi dari subsektor kuliner untuk menyahterakan masyarakat Indonesia. Kuliner di Indonesia sebenarnya sudah lama menorehkan jejaknya, yakni sebagai bagian dari sejarah perjalanan bangsa ini. Kuliner tidak hanya berbicara tentang makanan, bahan-bahan, dan cara memasaknya, tetapi juga etika di meja makan, tata cara menghidangkan makanan, hingga kondisi dapur, seperti yang dipermasalahkan perempuan Belanda dalam bukuDe Hollandsche Tafel in Indieterbitan tahun 1900.
Kuliner bisa menjadi identitas suatu suku, kota, bahkan bangsa. Dalam perjalanannya, kuliner terkadang dijadikan alat untuk menilai status sosial seseorang. Kuliner pun bisa bercerita tentang sejarah peradaban dan menjadi salah satu daya tarik pariwisata. Lewat kuliner, kita bisa bercerita mengenai panjang lebar tentang keindonesian kita. Menu makanan khas Batak misalnya. Jika menyajikan ikan arsik, tentu kita bisa bercerita mengenai tempat asal bahan baku arsik, yakni ikan mas dan lokasi kerambanya di Danau Toba serta keunikan bumbunya yang amat terkenal itu, yaitu andaliman. Selama ini ekonomi kreatif kuliner belum digarap secara serius. Kita bisa berbangga karena kuliner sudah dimasukan sebagai subsektor indutri kreatif sejak 2012 seiring dengan lahirnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di era pemerintahan sebelumnya. Pemerintah saat itu berkomitmen untuk menjadikan kuliner sebagai wisata minat khusus andalan Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena negeri ini punya banyak masakan khas yang tidak kalah dari Thailand, Jepang, Italia, Korea Selatan dan Tiongkok. Kebangkitan kuliner lokal erat kaitannya dengan penyelamatan sejarah kuliner nusantara setidaknya pada era modern. Namun, yang lebih jauh dari itu, sektor ekonomi kreatif kuliner diharapkan mampu membangkitkan pertanian negara agraris ini. Masalah kedaulatan pangan bisa didekati dari hilirisasi pertanian, yakni lewat kesenangan dan menu kuliner yang tersedia di berbagai restoran di Tanah Air.
Selama ini penilaian masyarakat terhadap perjalanan panjang pembangunan ekonomi kreatif seperti industri kuliner pada umumnya disebut tumbuh alamiah di tengah menumpuknya berbagai masalah yang menghadang. Minimnya akses permodalan, tiadanya jaminan harga bahan baku, penguasaan mutu dan keamanan pangan yang masih rendah dan kualitas sumber daya manusia yang apa adanya adalah serpihan contoh. Para pelaku kuliner acap menghadapi soal rumitnya perizinan, regulasi yang kerap berubah-ubah, dan ekonomi biaya tinggi. Masalah baru akan segera menghadang ketika percepatan konektivitas diwujudkan pada pasar tunggal masyarakat Asean. Menghadapi MEA yang sudah berlaku sejak Januari 2016, kuliner lokal masih dibiarkan bersaing – untuk tidak mengatakan ditelantarkan – dengan koleganya yang berasal dari sejumlah negara maju tanpa proteksi. Bayangkan pelaku kuliner lokal yang dibebani berbagai masalah harus bersaing dengan kuliner asing yang dikelola secarafranchisemenikmati berbagai fasilitas mulai dari permodalan, sarana dan prasarana, pelatihan teknologi dan inovasi kemasan, dan akses informasi pasar terkini.
Era globalisasi membawa pengaruh masuknya berbagai produk negara-negara lain ke Indonesia, tak terkecuali makanan. Sebagian besar masyarakat di kota-kota besar, khususnya dari generasi muda sudah tidak asing lagi dengan berbagai jenis hidangan makanan dari negara lain. Makanan asal Italia, yakni piza, juga sushi, hidangan dari Negeri Sakura menjadi favorit anak muda kini. Selain di kawasan Ibu Kota, sushi ternyata juga digandrungi kalangan muda di kota besar lainnya. Oleh karena itu, pemerintah patut memfasilitasi kegiatan ekonomi kreatif kuliner secara lebih serius karena bertujuan membuka jaringan kerja sama, memberikan ide baru terkait usaha kuliner yang berbahan baku lokal, dan terutama merayakan budaya makanan nusantara ke tingkat global. Setiap makanan lokal bisa menjadi duta bagi bangsa. Semakin banyak orang mengenal masakan nusantara, ia akan penasaran dan diharapkan akan datang ke Indonesia untuk menikmati kekhasan kulinernya. Makanan Indonesia bukan hanya nasi goreng, gado-gado, sate, dan rendang. Masih banyak kuliner Nusantara yang unik dari Sabang sampai Merauke yang bisa dikenalkan kepada pencinta kuliner di seluruh dunia. Dampaknya, tidak hanya bagi peningkatan arus kunjungan wisatawan asing, tetapi juga peningkatan kontribusi bagi produk domestik bruto sekaligus menekan angka pengangguran.
Kuliner bisa menjadi identitas suatu suku, kota, bahkan bangsa. Dalam perjalanannya, kuliner terkadang dijadikan alat untuk menilai status sosial seseorang. Kuliner pun bisa bercerita tentang sejarah peradaban dan menjadi salah satu daya tarik pariwisata. Lewat kuliner, kita bisa bercerita mengenai panjang lebar tentang keindonesian kita. Menu makanan khas Batak misalnya. Jika menyajikan ikan arsik, tentu kita bisa bercerita mengenai tempat asal bahan baku arsik, yakni ikan mas dan lokasi kerambanya di Danau Toba serta keunikan bumbunya yang amat terkenal itu, yaitu andaliman. Selama ini ekonomi kreatif kuliner belum digarap secara serius. Kita bisa berbangga karena kuliner sudah dimasukan sebagai subsektor indutri kreatif sejak 2012 seiring dengan lahirnya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif di era pemerintahan sebelumnya. Pemerintah saat itu berkomitmen untuk menjadikan kuliner sebagai wisata minat khusus andalan Indonesia. Hal ini tidak berlebihan karena negeri ini punya banyak masakan khas yang tidak kalah dari Thailand, Jepang, Italia, Korea Selatan dan Tiongkok. Kebangkitan kuliner lokal erat kaitannya dengan penyelamatan sejarah kuliner nusantara setidaknya pada era modern. Namun, yang lebih jauh dari itu, sektor ekonomi kreatif kuliner diharapkan mampu membangkitkan pertanian negara agraris ini. Masalah kedaulatan pangan bisa didekati dari hilirisasi pertanian, yakni lewat kesenangan dan menu kuliner yang tersedia di berbagai restoran di Tanah Air.
Selama ini penilaian masyarakat terhadap perjalanan panjang pembangunan ekonomi kreatif seperti industri kuliner pada umumnya disebut tumbuh alamiah di tengah menumpuknya berbagai masalah yang menghadang. Minimnya akses permodalan, tiadanya jaminan harga bahan baku, penguasaan mutu dan keamanan pangan yang masih rendah dan kualitas sumber daya manusia yang apa adanya adalah serpihan contoh. Para pelaku kuliner acap menghadapi soal rumitnya perizinan, regulasi yang kerap berubah-ubah, dan ekonomi biaya tinggi. Masalah baru akan segera menghadang ketika percepatan konektivitas diwujudkan pada pasar tunggal masyarakat Asean. Menghadapi MEA yang sudah berlaku sejak Januari 2016, kuliner lokal masih dibiarkan bersaing – untuk tidak mengatakan ditelantarkan – dengan koleganya yang berasal dari sejumlah negara maju tanpa proteksi. Bayangkan pelaku kuliner lokal yang dibebani berbagai masalah harus bersaing dengan kuliner asing yang dikelola secarafranchisemenikmati berbagai fasilitas mulai dari permodalan, sarana dan prasarana, pelatihan teknologi dan inovasi kemasan, dan akses informasi pasar terkini.
Era globalisasi membawa pengaruh masuknya berbagai produk negara-negara lain ke Indonesia, tak terkecuali makanan. Sebagian besar masyarakat di kota-kota besar, khususnya dari generasi muda sudah tidak asing lagi dengan berbagai jenis hidangan makanan dari negara lain. Makanan asal Italia, yakni piza, juga sushi, hidangan dari Negeri Sakura menjadi favorit anak muda kini. Selain di kawasan Ibu Kota, sushi ternyata juga digandrungi kalangan muda di kota besar lainnya. Oleh karena itu, pemerintah patut memfasilitasi kegiatan ekonomi kreatif kuliner secara lebih serius karena bertujuan membuka jaringan kerja sama, memberikan ide baru terkait usaha kuliner yang berbahan baku lokal, dan terutama merayakan budaya makanan nusantara ke tingkat global. Setiap makanan lokal bisa menjadi duta bagi bangsa. Semakin banyak orang mengenal masakan nusantara, ia akan penasaran dan diharapkan akan datang ke Indonesia untuk menikmati kekhasan kulinernya. Makanan Indonesia bukan hanya nasi goreng, gado-gado, sate, dan rendang. Masih banyak kuliner Nusantara yang unik dari Sabang sampai Merauke yang bisa dikenalkan kepada pencinta kuliner di seluruh dunia. Dampaknya, tidak hanya bagi peningkatan arus kunjungan wisatawan asing, tetapi juga peningkatan kontribusi bagi produk domestik bruto sekaligus menekan angka pengangguran.
Tentunya Kuliner ini merupakan pariwisata yg laris manis... Memang skrg, setiap daerah mulai mengembangkan bisnis ini sebagai pekerjaan dan tentunya akan menjadi ruang lapangan pekerjaan.... Mantap deh pokoknya 

EMBER
0
2.3K
Kutip
41
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan