- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Jokowi: Kalau Tax Amnesty Gagal Bulan Juli Akan Sangat Sulit


TS
ts4l4sa
Jokowi: Kalau Tax Amnesty Gagal Bulan Juli Akan Sangat Sulit
Jokowi: Kalau Tax Amnesty Gagal Bulan Juli Akan Sangat Sulit
Juli 21, 2016 21:45

Presiden Jokowi
Jakarta, Aktual.com-Presiden Joko Widodo berharap program Tax Amnesty dapat direspon positif oleh pengusaha pada bulan Juli ini. Pasalnya jika bulan ini Tax Amnesty tidak dimanfaatkan pergerakan ekonomi Indonesia disebut melamban kalah dengan negara-negara lain.
“Momentumnya sekarang. Kalau lepas Juli, mengelolanya sangat sulit sekali,” ujarnya Dalam sosialisasi UU Amnesti Pajak kepada kalangan pengusaha dan wajib pajak di Pulau Sumatera yang dipusatkan di Medan, Kamis (21/7).
Jokowi menambahkan, pengusaha tidak perlu khawatir dengan permasalahan hukum dan proteksi. Menurutnya pemerintah menjamin penuh dengan telah disahkanya Undang-Undang Pengampunan Pajak.
“Kita ‘kejar-kejaran’ dengan negara lain,” katanya dalam sosialisasi yang dihadiri Menkeu Bambang Brodjonegoro, Gubernur BI Agus Martowardojo, dan Ketua Dewan Komisaris OJK Muliaman Hadad.
Presiden juga berharap kalangan pengusaha dan wajib pajak dapat memanfaatkan payung hukum yang baru disahkan tersebut.
Presiden menjelaskan amnesti pajak dapat menyebabkan pengusaha terbebas dari sanksi administrasi, pembebasan sanksi pidana perpajakan, serta penghentian proses pemeriksaan dan penyidikan tindak pidana perpajakan.
Syaratnya, pengusaha dan wajib pajak perlu mengungkap harta tersembunyi, tetapi tidak sedang beperkara atau menjalani hukum pidana perpajakan, repatriasi aset ke dalam negeri, dan membayar uang tebusan.
“Uang tebusannya sangat rendah, yang kita inginkan hanya uangnya masuk untuk dipakai dalam pembangunan,” katanya.
Presiden menjamin pemerintah akan memudahkan wajib pajak tersebut dengan menyiapkan 18 bank yang bisa menerima dana tersebut dalam bentuk deposito, tabungan, atau giro.
Pemilik dana tersebut juga dapat menggunakan uangnya untuk bergabung dengan BUMN dalam membangun berbagai infrastrukur seperti jalan tol atau pembangkit listrik.
http://www.aktual.com/jokowi-kalau-t...-sangat-sulit/
Realisasi APBN-P Semester I/2016 Defisit Rp230,7 Triliun
Kamis, 21 Juli 2016 − 09:00 WIB
JAKARTA - Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 tetap berada dalam kondisi defisit Rp230,7 triliun atau 1,83% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai Rp84,3 triliun atau 0,73% dari PDB.
"Realisasi semester I APBN-P 2016 masih dalam kondisi defisit Rp230,7 triliun atau 1,83% terhadap PDB," ujar Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro di Jakarta, Rabu (20/7/2016).
Bambang menjelaskan, posisi APBN-P 2016 masih defisit karena rendahnya realisasi pendapatan negara hingga pertengahan tahun yang hanya sebesar Rp634,7 triliun. Ini menurun dibandingkan tahun lalu Rp667,9 triliun.
Selanjutnya, kata dia, untuk komponen penerimaan perpajakan terutama pajak, bea dan cukai hingga semester I/2016 tercatat Rp552 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah dibanding tahun lalu Rp535,1 triliun.
"PNBP Rp112,1 triliun berada di bawah tahun lalu Rp132,5 triliun. Secara persentase terhadap APBN-P untuk perpajakan sudah sekitar 34%, PNBP sekitar 45,7%," terangnya.
Di sisi lain, lanjut Bambang, belanja negara semester I/2016 sudah mencapai Rp865,4 triliun atau lebih tinggi dari tahun lalu Rp752,2 triliun. Sementara belanja tahun ini secara persentase sudah 41,5% atau naik dibanding tahun lalu 37,9%.
Dia menambahkan, belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sudah mencapai Rp262,8 triliun atau 34,2% dari APBN. Angka ini lebih tinggi dibanding tahun lalu Rp195,3 triliun.
"Belanja non K/L malah lebih rendah yaitu Rp218,5 triliun dibanding tahun lalu Rp222,2 triliun atau tahun ini 40,6% dari APBN," pungkasnya.
http://ekbis.sindonews.com/read/1125...iun-1469066426
Bank Dunia Prediksi Ekonomi Vietnam Ungguli Indonesia
21 JUL 2016 13:48
Bank Dunia proyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Vietnam pada tahun ini sekitar 6 persen. Direktur Bank Dunia untuk Vietnam, Achim Fock mengatakan bahwa angka pertumbuhan Vietnam agak melambat tahun ini.
Sebelumnya, pertumbuhan PDB Vietnam diproyeksikan mencapai 6,5 persen, setelah sebelumnya mencapai pertumbuhan fenomenal 7 persen pada kuartal IV.
Meskipun dikatakan melambat, pertumbuhan Vietnam masih lebih baik daripada Indonesia yang diproyeksikan oleh Bank Dunia mencapai sekitar 5,2 persen dan 5,5 persen pada tahun 2017 nanti.
Menurut Bank Pembangunan Asia (ADB) risiko yang masih menjadi tantangan perekonomian Indonesia adalah realisasi pendapatan yang lebih kecil dari proyeksi semula sehingga dapat menghambat rencana pemerintah untuk membangun infrastruktur.
Selain itu, tantangan domestik lainnya adalah pertumbuhan kredit yang terus melemah dan berpotensi memperlambat pulihnya investasi swasta domestik. Sedangkan, risiko eksternal yang utama adalah pertumbuhan global yang lebih lemah dari prakiraan awal dan meningginya gejolak pasar finansial dunia.
Proyeksi ADB tersebut muncul berdasarkan pencapaian perekonomian Indonesia yang tumbuh 4,9 persen pada triwulan pertama 2016, didukung oleh pengeluaran rumah tangga dan investasi yang lebih kuat.
Laju inflasi diperkirakan rendah berkat stabilnya harga bahan bakar, gas cair, dan tarif listrik. Nilai tukar rupiah yang relatif stabil turut mendukung kinerja konsumsi domestik.
http://rimanews.com/ekonomi/bisnis/r...uli-Indonesia-
Di Bawah Jokowi, Situasi Ekonomi Indonesia Terus Memburuk
17 Mei 2016 15:30 WIB
Pengamat ekonomi dan politik mengatakan bahwa di era reformasi ini, dan ditambah lagi dengan sikap kepemimpinan, Indonesia menurutnya justru semakin buruk. Bahkan lebih dari itu, Indonesia dinilainya semakin berantakan.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh pemimpin yang tidak fokus terhadap sistem-sistem.
Pilar-pilar negara sudah lama roboh di era reformasi, dan pemerintahan Jokowi-Kalla menerima kondisi yang buruk, berantakan dan sial. Sementara itu kapasitas dari instrumen Pemerintahannya tidak mampu bekerja sama, terfragmentasi, dan bubar dari sudut pandang sistem bernegara,” demikian kata Salamuddin Daeng dalam siaran persnya, beberapa waktu lalu.
Selain itu, pendapatan negara dari pajak ataupun non pajak ia sebut sebagai indikasi lainnya mengapa bangsa Indonesia anjlok.
“Salah satu pilar ekonomi Joko-Kalla yang roboh adalah sumber pembiayaan negara dan pemerintahan. Penyebabnya adalah penerimaan negara dari pajak dan non pajak yang jatuh semakin dalam dibandingkan tahun tahun sebelumnya. Padahal pemerintahan ini berambisi menyulap penerimaan berkali kali lipat, lebih besar dari yang sebelumnya.”
Sebagai contoh, penerimaan pajak tahun ini sungguh sangat mengkhawatirkan. “Bayangkan penerimaan pajak pada bulan April 2016 hanya Rp. 98 triliun, menurun Rp.7 trilun dari periode yang sama tahun lalu.
Kondisi ini diperkirakan akan terus berlanjut makin memburuk pada periode-periode mendatang. Target pajak sedikitnya akan merosot Rp. 300 triliun. Penerimaan pajak yang ditargetkan Presiden Jokowo sendiri sebesar Rp.1.822 triliun.
http://www.eramuslim.com/berita/nasi...m#.V5DlqNJ97IU
------------------------------
Terus gua mau bilang apa?
:
Juli 21, 2016 21:45

Presiden Jokowi
Jakarta, Aktual.com-Presiden Joko Widodo berharap program Tax Amnesty dapat direspon positif oleh pengusaha pada bulan Juli ini. Pasalnya jika bulan ini Tax Amnesty tidak dimanfaatkan pergerakan ekonomi Indonesia disebut melamban kalah dengan negara-negara lain.
“Momentumnya sekarang. Kalau lepas Juli, mengelolanya sangat sulit sekali,” ujarnya Dalam sosialisasi UU Amnesti Pajak kepada kalangan pengusaha dan wajib pajak di Pulau Sumatera yang dipusatkan di Medan, Kamis (21/7).
Jokowi menambahkan, pengusaha tidak perlu khawatir dengan permasalahan hukum dan proteksi. Menurutnya pemerintah menjamin penuh dengan telah disahkanya Undang-Undang Pengampunan Pajak.
“Kita ‘kejar-kejaran’ dengan negara lain,” katanya dalam sosialisasi yang dihadiri Menkeu Bambang Brodjonegoro, Gubernur BI Agus Martowardojo, dan Ketua Dewan Komisaris OJK Muliaman Hadad.
Presiden juga berharap kalangan pengusaha dan wajib pajak dapat memanfaatkan payung hukum yang baru disahkan tersebut.
Presiden menjelaskan amnesti pajak dapat menyebabkan pengusaha terbebas dari sanksi administrasi, pembebasan sanksi pidana perpajakan, serta penghentian proses pemeriksaan dan penyidikan tindak pidana perpajakan.
Syaratnya, pengusaha dan wajib pajak perlu mengungkap harta tersembunyi, tetapi tidak sedang beperkara atau menjalani hukum pidana perpajakan, repatriasi aset ke dalam negeri, dan membayar uang tebusan.
“Uang tebusannya sangat rendah, yang kita inginkan hanya uangnya masuk untuk dipakai dalam pembangunan,” katanya.
Presiden menjamin pemerintah akan memudahkan wajib pajak tersebut dengan menyiapkan 18 bank yang bisa menerima dana tersebut dalam bentuk deposito, tabungan, atau giro.
Pemilik dana tersebut juga dapat menggunakan uangnya untuk bergabung dengan BUMN dalam membangun berbagai infrastrukur seperti jalan tol atau pembangkit listrik.
http://www.aktual.com/jokowi-kalau-t...-sangat-sulit/
Realisasi APBN-P Semester I/2016 Defisit Rp230,7 Triliun
Kamis, 21 Juli 2016 − 09:00 WIB
JAKARTA - Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016 tetap berada dalam kondisi defisit Rp230,7 triliun atau 1,83% terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya mencapai Rp84,3 triliun atau 0,73% dari PDB.
"Realisasi semester I APBN-P 2016 masih dalam kondisi defisit Rp230,7 triliun atau 1,83% terhadap PDB," ujar Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro di Jakarta, Rabu (20/7/2016).
Bambang menjelaskan, posisi APBN-P 2016 masih defisit karena rendahnya realisasi pendapatan negara hingga pertengahan tahun yang hanya sebesar Rp634,7 triliun. Ini menurun dibandingkan tahun lalu Rp667,9 triliun.
Selanjutnya, kata dia, untuk komponen penerimaan perpajakan terutama pajak, bea dan cukai hingga semester I/2016 tercatat Rp552 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah dibanding tahun lalu Rp535,1 triliun.
"PNBP Rp112,1 triliun berada di bawah tahun lalu Rp132,5 triliun. Secara persentase terhadap APBN-P untuk perpajakan sudah sekitar 34%, PNBP sekitar 45,7%," terangnya.
Di sisi lain, lanjut Bambang, belanja negara semester I/2016 sudah mencapai Rp865,4 triliun atau lebih tinggi dari tahun lalu Rp752,2 triliun. Sementara belanja tahun ini secara persentase sudah 41,5% atau naik dibanding tahun lalu 37,9%.
Dia menambahkan, belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sudah mencapai Rp262,8 triliun atau 34,2% dari APBN. Angka ini lebih tinggi dibanding tahun lalu Rp195,3 triliun.
"Belanja non K/L malah lebih rendah yaitu Rp218,5 triliun dibanding tahun lalu Rp222,2 triliun atau tahun ini 40,6% dari APBN," pungkasnya.
http://ekbis.sindonews.com/read/1125...iun-1469066426
Bank Dunia Prediksi Ekonomi Vietnam Ungguli Indonesia
21 JUL 2016 13:48
Bank Dunia proyeksikan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Vietnam pada tahun ini sekitar 6 persen. Direktur Bank Dunia untuk Vietnam, Achim Fock mengatakan bahwa angka pertumbuhan Vietnam agak melambat tahun ini.
Sebelumnya, pertumbuhan PDB Vietnam diproyeksikan mencapai 6,5 persen, setelah sebelumnya mencapai pertumbuhan fenomenal 7 persen pada kuartal IV.
Meskipun dikatakan melambat, pertumbuhan Vietnam masih lebih baik daripada Indonesia yang diproyeksikan oleh Bank Dunia mencapai sekitar 5,2 persen dan 5,5 persen pada tahun 2017 nanti.
Menurut Bank Pembangunan Asia (ADB) risiko yang masih menjadi tantangan perekonomian Indonesia adalah realisasi pendapatan yang lebih kecil dari proyeksi semula sehingga dapat menghambat rencana pemerintah untuk membangun infrastruktur.
Selain itu, tantangan domestik lainnya adalah pertumbuhan kredit yang terus melemah dan berpotensi memperlambat pulihnya investasi swasta domestik. Sedangkan, risiko eksternal yang utama adalah pertumbuhan global yang lebih lemah dari prakiraan awal dan meningginya gejolak pasar finansial dunia.
Proyeksi ADB tersebut muncul berdasarkan pencapaian perekonomian Indonesia yang tumbuh 4,9 persen pada triwulan pertama 2016, didukung oleh pengeluaran rumah tangga dan investasi yang lebih kuat.
Laju inflasi diperkirakan rendah berkat stabilnya harga bahan bakar, gas cair, dan tarif listrik. Nilai tukar rupiah yang relatif stabil turut mendukung kinerja konsumsi domestik.
http://rimanews.com/ekonomi/bisnis/r...uli-Indonesia-
Di Bawah Jokowi, Situasi Ekonomi Indonesia Terus Memburuk
17 Mei 2016 15:30 WIB
Pengamat ekonomi dan politik mengatakan bahwa di era reformasi ini, dan ditambah lagi dengan sikap kepemimpinan, Indonesia menurutnya justru semakin buruk. Bahkan lebih dari itu, Indonesia dinilainya semakin berantakan.
Hal ini salah satunya disebabkan oleh pemimpin yang tidak fokus terhadap sistem-sistem.
Pilar-pilar negara sudah lama roboh di era reformasi, dan pemerintahan Jokowi-Kalla menerima kondisi yang buruk, berantakan dan sial. Sementara itu kapasitas dari instrumen Pemerintahannya tidak mampu bekerja sama, terfragmentasi, dan bubar dari sudut pandang sistem bernegara,” demikian kata Salamuddin Daeng dalam siaran persnya, beberapa waktu lalu.
Selain itu, pendapatan negara dari pajak ataupun non pajak ia sebut sebagai indikasi lainnya mengapa bangsa Indonesia anjlok.
“Salah satu pilar ekonomi Joko-Kalla yang roboh adalah sumber pembiayaan negara dan pemerintahan. Penyebabnya adalah penerimaan negara dari pajak dan non pajak yang jatuh semakin dalam dibandingkan tahun tahun sebelumnya. Padahal pemerintahan ini berambisi menyulap penerimaan berkali kali lipat, lebih besar dari yang sebelumnya.”
Sebagai contoh, penerimaan pajak tahun ini sungguh sangat mengkhawatirkan. “Bayangkan penerimaan pajak pada bulan April 2016 hanya Rp. 98 triliun, menurun Rp.7 trilun dari periode yang sama tahun lalu.
Kondisi ini diperkirakan akan terus berlanjut makin memburuk pada periode-periode mendatang. Target pajak sedikitnya akan merosot Rp. 300 triliun. Penerimaan pajak yang ditargetkan Presiden Jokowo sendiri sebesar Rp.1.822 triliun.
http://www.eramuslim.com/berita/nasi...m#.V5DlqNJ97IU
------------------------------
Terus gua mau bilang apa?

0
3.1K
24


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan