- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Jenderal Hoegeng, Polisi Pejuang yang Dinistakan Soeharto
![acabindonesia](https://s.kaskus.id/user/avatar/2015/10/26/avatar8301162_3.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
acabindonesia
Jenderal Hoegeng, Polisi Pejuang yang Dinistakan Soeharto
![Jenderal Hoegeng, Polisi Pejuang yang Dinistakan Soeharto](https://s.kaskus.id/images/2016/07/18/8301162_20160718020825.jpg)
Spoiler for Sekelumit Kisah Tentang Jenderal Hoegeng:
TAKKANlengkap rasanya jika memperingati hari jadi Korps Bhayangkara setiap 1 Juli, tanpa mengenang sosok polisi pejuang macam Jenderal Hoegeng Imam Santoso.
Namanya masih dianggap agung oleh masyarakat sebagaimana sejumlah polisi pejuang lainnya, seperti Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo (Kapolri pertama) atau Moehammad Jasin.
Soal biografi singkat Jenderal Hoegeng sedari lahir pada 14 Oktober 1921 sampai menjalani pendidikan di masa kecil hingga pendidikan kepolisian, sedianya sudah sempat diungkap Okezone.
Semenjak menggabungkan diri pada Djawatan Kepolisian Negara yang ditetapkan berdiri 1 Juli 1946, Hoegeng tak ketinggalan ikut makan “asam-garam” revolusi mempertahankan kemerdekaan republik ini.
Sempat pula Hoegeng ditangkap polisi Belanda dan karena pernah berteman dengan salah satu perwira Belanda, Hoegeng diperlakukan dengan baik. Bahkan, Hoegeng ditawari untuk membelot.
“Saya putra Indonesia, mustahil bagi saya bersikap lain!,” seru Hoegeng menolak rayuan Belanda, sebagaimana dikutip buku ‘Hoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa’.
Ketika Ibu Kota Yogyakarta diserang Belanda via Agresi Militer II, Hoegeng tetap bertahan di dalam kota. Meski tak ikut bergerilya, Hoegeng berperan aktif mengumpulkan informasi dan data intelijen dari dalam kota yang diperlukan TNI, di bawah komando Soekarno Djojonegoro.
Caranya jadi intel cukup unik, yakni menyamar sebagai pelayan di sebuah restoran yang sedianya, tak jauh dari rumahnya di Jalan Jetis, Yogyakarta. Pengalamannya itu sering kembali dilakoni, bahkan ketika sudah menjabat Kapolri jelang sidak ke berbagai tempat.
Tapi Jenderal Hoegeng tak sampai lima tahun menjabat Kapolri. Kedudukannya “dinistakan” dan dicopot Presiden Soeharto pada 2 Oktober 1971, sebagai bentuk “tamparan” sang Presiden pada Kapolri yang terlampau jujur dan tak bisa dibungkam dengan suap berbagai bentuk terhadap sejumlah kasus.
Contohnya pada kasus “Sum Kuning”, di mana terhadap seorang gadis pedagang telur, Sumarijem di Yogyakarta, dirudapaksa putra pejabat yang juga putra pahlawan revolusi. Sumarijem yang sedianya merupakan korban, justru dijadikan tersangka lewat rekayasa kasus.
Hoegeng tak tinggal diam. Dia punya tekad kuat membongkar kasus itu, kendati pelakunya dibekingi pejabat lainnya. Presiden Soeharto sendiri menitahkan untuk menghentikan pengusutan kasus itu untuk dilimpahkan ke tim pemeriksa Kopkamtib. Hasilnya? Seorang tukang bakso dijadikan kambing hitam untuk dipaksa mengaku sebagai pelakunya.
Belum lagi kasus penyelundupan mobil-mobil mewah oleh Robby Tjahjadi pada 1960-an. Bea cukai sudah sempat bisa disuap, tapi kasus itu dibongkar Jenderal Hoegeng yang sayangnya, bukan pujian yang diterima, malah berbuah pencopotan jabatannya sebagai Kapolri.
Jelang dicopot, Hoegeng dipanggil Soeharto, di mana dia ditawarkan jabatan diplomat di negara lain. Hoegeng tahu bahwa itu hanya cara halus Soeharto untuk menistakan jabatannya.
“Ya, sudah. Saya keluar saja. Saya tidak bisa jadi diplomat. Diplomat harus bisa minum koktail. Saya tidak suka koktail,” ketus Hoegeng menolak tawaran Soeharto.
Lepas dari jabatan Kapolri, Hoegeng lebih sering menyibukkan dirinya bermusik bareng Band The Hawaiian Seniors. Band ini sering tampil di televisi nasional TVRI yang sayangnya, diboikot pemerintah ketika Hoegeng ikut-ikutan Petisi 50.
Dari situ pula, nama Hoegeng bak masuk daftar hitam pemerintahan orde baru. Anggota band-nya dicekal ke luar negeri maupun tampil di depan khalayak umum. Hoegeng bahkan dicekal untuk menghadiri peringatan HUT Bhayangkara yang digelar setiap 1 Juli.
Seiring berjalannya waktu di saat Hoegeng berusia 82 tahun, Yang Maha Kuasa memanggilnya. 14 Juli 2004, Hoegeng tutup usia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo akibat penyakit stroke dan jantung.
Sesuai wasiatnya, Hoegeng yang tak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, akhirnya dikebumikan di Pemakaman Umum Giri Tama, Bogor.
Namanya masih dianggap agung oleh masyarakat sebagaimana sejumlah polisi pejuang lainnya, seperti Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo (Kapolri pertama) atau Moehammad Jasin.
Soal biografi singkat Jenderal Hoegeng sedari lahir pada 14 Oktober 1921 sampai menjalani pendidikan di masa kecil hingga pendidikan kepolisian, sedianya sudah sempat diungkap Okezone.
Semenjak menggabungkan diri pada Djawatan Kepolisian Negara yang ditetapkan berdiri 1 Juli 1946, Hoegeng tak ketinggalan ikut makan “asam-garam” revolusi mempertahankan kemerdekaan republik ini.
Sempat pula Hoegeng ditangkap polisi Belanda dan karena pernah berteman dengan salah satu perwira Belanda, Hoegeng diperlakukan dengan baik. Bahkan, Hoegeng ditawari untuk membelot.
“Saya putra Indonesia, mustahil bagi saya bersikap lain!,” seru Hoegeng menolak rayuan Belanda, sebagaimana dikutip buku ‘Hoegeng: Oase Menyejukkan di Tengah Perilaku Koruptif Para Pemimpin Bangsa’.
Ketika Ibu Kota Yogyakarta diserang Belanda via Agresi Militer II, Hoegeng tetap bertahan di dalam kota. Meski tak ikut bergerilya, Hoegeng berperan aktif mengumpulkan informasi dan data intelijen dari dalam kota yang diperlukan TNI, di bawah komando Soekarno Djojonegoro.
Caranya jadi intel cukup unik, yakni menyamar sebagai pelayan di sebuah restoran yang sedianya, tak jauh dari rumahnya di Jalan Jetis, Yogyakarta. Pengalamannya itu sering kembali dilakoni, bahkan ketika sudah menjabat Kapolri jelang sidak ke berbagai tempat.
Tapi Jenderal Hoegeng tak sampai lima tahun menjabat Kapolri. Kedudukannya “dinistakan” dan dicopot Presiden Soeharto pada 2 Oktober 1971, sebagai bentuk “tamparan” sang Presiden pada Kapolri yang terlampau jujur dan tak bisa dibungkam dengan suap berbagai bentuk terhadap sejumlah kasus.
Contohnya pada kasus “Sum Kuning”, di mana terhadap seorang gadis pedagang telur, Sumarijem di Yogyakarta, dirudapaksa putra pejabat yang juga putra pahlawan revolusi. Sumarijem yang sedianya merupakan korban, justru dijadikan tersangka lewat rekayasa kasus.
Hoegeng tak tinggal diam. Dia punya tekad kuat membongkar kasus itu, kendati pelakunya dibekingi pejabat lainnya. Presiden Soeharto sendiri menitahkan untuk menghentikan pengusutan kasus itu untuk dilimpahkan ke tim pemeriksa Kopkamtib. Hasilnya? Seorang tukang bakso dijadikan kambing hitam untuk dipaksa mengaku sebagai pelakunya.
Belum lagi kasus penyelundupan mobil-mobil mewah oleh Robby Tjahjadi pada 1960-an. Bea cukai sudah sempat bisa disuap, tapi kasus itu dibongkar Jenderal Hoegeng yang sayangnya, bukan pujian yang diterima, malah berbuah pencopotan jabatannya sebagai Kapolri.
Jelang dicopot, Hoegeng dipanggil Soeharto, di mana dia ditawarkan jabatan diplomat di negara lain. Hoegeng tahu bahwa itu hanya cara halus Soeharto untuk menistakan jabatannya.
“Ya, sudah. Saya keluar saja. Saya tidak bisa jadi diplomat. Diplomat harus bisa minum koktail. Saya tidak suka koktail,” ketus Hoegeng menolak tawaran Soeharto.
Lepas dari jabatan Kapolri, Hoegeng lebih sering menyibukkan dirinya bermusik bareng Band The Hawaiian Seniors. Band ini sering tampil di televisi nasional TVRI yang sayangnya, diboikot pemerintah ketika Hoegeng ikut-ikutan Petisi 50.
Dari situ pula, nama Hoegeng bak masuk daftar hitam pemerintahan orde baru. Anggota band-nya dicekal ke luar negeri maupun tampil di depan khalayak umum. Hoegeng bahkan dicekal untuk menghadiri peringatan HUT Bhayangkara yang digelar setiap 1 Juli.
Seiring berjalannya waktu di saat Hoegeng berusia 82 tahun, Yang Maha Kuasa memanggilnya. 14 Juli 2004, Hoegeng tutup usia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo akibat penyakit stroke dan jantung.
Sesuai wasiatnya, Hoegeng yang tak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, akhirnya dikebumikan di Pemakaman Umum Giri Tama, Bogor.
sumur: http://news.okezone.com/read/2015/06...takan-soeharto
Polisi jujur punah setelah era Pak Hoegeng, generasi dibawahnya carut-marut ampe sekarang!
![Mad emoticon-Mad](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/12.gif)
Diubah oleh acabindonesia 18-07-2016 07:14
0
4.9K
Kutip
27
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan