

TS
moneyengineer
Manager
Spoiler for manager:
Bayangkanlah misalnya, tiga orang mahasiswa perguruan tinggi, yang pada umumnya sama kemampuan maupun kepandaiannya, mereka ingin melanjutkan ke pendidikan MBA.Orang pertama, Cal, membayangkan bahwa ia akan memperoleh nilai rata-rata B karena ia selalu lulus dengan baik sebelumnya. Ia menghadiri semua kuliahkuliahnya, menyerahkan sebagian besar pekerjaan rumahnya, dan menjalankan apa yang diharapkan daripadanya. Ketika ia menderita influensa sebelum ujian akhir pada salah satu
tahun, ia rata-ratanya merosot hanya sedikit di atas C. Tetapi itu bukanlah salahnya, pikirnya. Ia menganggap bahwa ia akan merata-ratakannya dengan nilai A pada tahun berikutnya. Tetapi ada sesuatu kejadian lain. Ia salah menafsirkan satu pertanyaan pada
ujiannya dan hanya memperoleh nilai C. Satu demi satu muncullah peristiwa yang menghancurkan kemauannya yang tulus itu. Ia lulus dengan rata-rata B-minus dan dengan sedikit nasib baik mungkin ia dapat masuk ke sekolah bisnis yang mutunya B-minus.
Calon eksekutif kedua, si Al, memutuskan bahwa ia ingin memasuki satu dari ke-12 sekolah bisnis yang top dan oleh karena itu ia harus memperoleh rata-rata A atau mendekati nilai tersebut. Ketika ia hanya memperoleh angka atau nilai B yang pertama, ia mulai belajar tiga sampai empat jam setiap malam, bukan sekadar satu atau dua jam saja. Pada tahun kedua dan tahun ketiga ia memperoleh sebuah angka B di antara nilai-nilai A untuk mata pelajaran lainnya. Ia merasa kecewa, tetapi ia tidak mengetahui apa yang dapat diperbuatnya untuk mengatasi hal ini. Maka ia memutuskan bahwa tiga atau empat A dan sebuah B setiap
tahun tidaklah buruk. Pada tahun terakhir, ia menerima dua A dan satu B, dan sebuah nilai C yang tidak terduga. Kemudian ia mengajukan ke-12 lamarannya dan berdoa. Ia mengharapkan yang terbaik. Diterima tidaknya ke dalam salah satu dari sekolahan yang
terbaik itu kini bergantung pada pesaingnya dan juga nilai-nilai mereka, tapi tidak lagi bergantung padanya
Remaja yang ketiga bernama Hal, memutuskan bahwa ia ingin masuk ke Stanford atau Harvard Business School dan bukan yang lain-lain, oleh karena itu ia perlu memperoleh nilai A semuanya. Ia belajar tiga, empat, bahkan lima jam setiap malam agar kalau ia
menempuh suatu ujian ia merasa yakin bahwa ia mengetahui permasalahannya. Pada tahun terakhirnya, ia memperoleh kesulitan dengan satu mata kuliah yaitu Akunting Lanjutan. Pada akhir kuartal pertama ia berusaha dan berhasil memperoleh nilai B. Ia belajar lebih keras lagi. Pada pertengahan tahun, ia masih saja memperoleh angka B dalam mata kuliah itu. Apa yang dapat dibuatnya? Ia sedikit membaca di luaran, mengatasi tugas-tugasnya. Masih saja ia tidak dapat menguasai mata kuliah itu. Ia meminta bantuan profesornya. Walaupun sangat bersimpati kepadanya, sang profesor tidak memiliki waktu baginya. Apa yang dapat dibuat? Temannya, Cal dan Al, mencemoohkan kekhawatirannya itu. Satu B selama empat tahun tidaklah begitu buruk. Tetapi Hal telah memutuskan bahwa dia harus memperoleh A dalam Akunting Lanjutan. Ia menelan kebanggaan dirinya dan menemukan seorang mahasiswa pasca sarjana untuk membantunya; ia berusaha keras sekali; ia memikirkan segala sesuatunya masak-masak; ia bekerja keras. Akhirnya ia memperoleh nilai A-nya; ia masuk ke sekolah yang menjadi cita-citanya. Dia membuatnya terjadi – dia make
things happened.
Dalam penilaian saya, kedua mahasiswa yang pertama tadi Cal dan Al bukanlah manajer. Cal ikut arus saja. Al memang pada mulanya berniat mencapai sasaran-sasaran tertentu dan jujur dalam upayanya, tetapi ia membiarkan peristiwa-peristiwa yang
mengarahkannya. Kalau salah satu anak itu memperoleh sukses maka sukses tersebut tergantung dari apa yang pada umumnya disebut nasib. Kalau tidak ada orang yang lebih baik, maka mereka dapat lolos. Mahasiswa ketiga, si Hal, adalah seorang manajer sebelum ia mencapai sekolah bisnis, bahkan sebelum dia bekerja. Dengan nalurinya, ia telah memahami hakikat manajemen bisnis yang baik, bukan karena ia bekerja begitu keras dalam studinya, tetapi karena kalau suatu tindakan gagal, ia mencoba yang lain dan mencoba lain lagi sampai ia mencapai sasarannya. Itulah memanage. Jadi titik beratnya bukan kerja keras atau tidak kerja keras, tapi kalau gagal mengulangi, mencari jalan yang lebih baik dan mencoba lagi.
Hal adalah manager adalah manager sebelum dia lulus sekolah bisnis, dia memahami hakikat management bisnis, kalau satu cara gagal, maka harus dicari cara lain, sampai sukses. Dia make things happens, dia membuatnya terjadi, bukan seperti sebuah gabus yang sampai ke muara karena aliran sungai menghanyutkannya
Manakala si Cal, Al dan Hal menempati posisi mereka dalam dunia bisnis, tak ayal lagi mereka akan mengisi lowongan manajemen yang telah dibuat oleh orang-orang seperti mereka. Cal akan bersedia menerima standar unjuk kerja yang rendah; Al akan menjadi
seorang pekerja rajin yang imajinasinya terbatas; dan Hal, dia akan menjadi manager yang sejati
.
Jadi tugas manager adalah make things happens, terutama disaat sulit yang selalu dihadapi business. Dalam business tidak ada yang santai, karena somewhere, somehow ada business yang sedang berusaha maju, meninggalkan hari kemarin (dan dengan sendirinya meninggalkan kita). Kalau Hal tidak mendapat A dalam akunting lanjutan, maka dia tidak manage, kalau dipetakan dalam bahasa Inggris, menjadi jelas : ….. he does not manage to get A in Accounting
Spoiler for komen:
Hebat lah yang baca ampe kelar

0
1.9K
Kutip
32
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan