Kehidupan sosial seperti apa yang dijalani seseorang tergantung dari banyak faktor, misalnya kepribadian dan usaha untuk merawat hubungannya dengan orang lain. Namun, tanpa diketahui banyak orang, ternyata sistem kekebalan tubuh seseorang juga memengaruhi kehidupan sosialnya.
Hal ini terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dari
University of Virginiadan University of Massachusetts. Mereka menyebutkan bahwa sistem kekebalan tubuh secara langsung memengaruhi perilaku sosial beberapa mahluk hidup, misalnya tikus.
Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal ilmiah Nature terungkap bahwa ada molekul interferron gamma yang terpicu aktif ketika mahluk itu ingin bersosialisasi. Ketika molekul pada tikus percobaan ini diblok lewat rekayasa genetika, otak binatang ini menjadi hiperaktif. Akibatnya, bagian otak yang mengatur interaksi sosial menjadi tidak berfungsi.
Para peneliti menemukan bahwa mahluk hidup yang tidak memiliki akses terhadap molekul interferron gamma ternyata menjadi kurang bisa bersosialisasi dalam lingkungan mereka. Padahal, selama ini tikus dikenal sebagai mahluk yang sangat sosial.
"Ini seperti sebuah bandara kecil di sebuah kota kecil yang tiba-tiba menjadi kota penhubung utama. Terjadi kemacetan di udara," ujar Jonathan Kipnis, ketua departemen ilmu saraf University of Virginia yang melakukan penelitian itu, kepada Gizmodo.
"Hal itulah yang terjadi pada otak tikus. Otak tidak bisa berfungsi dengan memadai," tambah Kipnis.
Ketika molekul interferron gamma ini dikembalikan ke tikus, sistem kekebalan tubuh menurunkan tingkat hiperaktivitas. Akibatnya, tikus kembali menjadi binatang yang suka bersosialisasi lagi.
Atas dasar percobaan itu, para peneliti membuat hipotesis apa yang bisa terjadi pada manusia. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, sistem kekebalan tubuh kita akan meresponsnya sehingga kita bisa melindungi diri dari bakteri yang bisa menyebabkan penyakit.
"Ini seperti tidak masuk akal. Tubuh manusia yang terdiri dari jutaan sel menjadi tempat pertempuran dari dua kekuatan: bakteri patogen dan sistem kekebalan tubuh. Sebagian dari kepribadian kita sebenarnya mungkin ditentukan oleh sistem kekebalan tubuh," tambah Kipnis.
Memang, teori ini baru diuji coba pada tikus. Belum ada korelasi antara sistem kekebalan tubuh dan kehidupan sosial manusia. Namun Kipnis yakin bahwa penelitian mereka mempunyai implikasi terhadap orang-orang yang mengalami gangguan kehidupan sosial.
Ya bisa dibayangin tuh yang kurang gizinya untuk terus melindungi tubuh dari virus..
kasian kan diri lo yang setiap hari ngeram di kamar kaya ayam lagi ngangetin telornya