IBTimes.co.id- Jumlah Utang Luar Negeri (ULN) yang dimiliki oleh Indonesia pada bulan Mei lalu tercatat mengalami kenaikan (tumbuh) sebesar 3,7 persen Year on Year (yoy). Dalam keterangan Bank Indonesia, jumlah Utang Luar Negeri pada bulan Mei lalu mencapai USD314,3 miliar.

Jika dilihat dari kelompok peminjam, pinjaman swasta merupakan pinjaman tertinggi yang mencapai 52,1 persen dari keseluruhan ULN. Jumlah utang swasta mencapai USD163.5 juta. Dengan perincian sebesar USD29,6 juta merupakan pinjaman Bank, dan sisanya sebesar merupakan pinjaman bukan bank.

Adapun tingkat pinjaman pemerintah/publik pada bulan Mei hanyalah sebesar 47,9 persen dari keseluruhan total ULN pada bulan Mei. Utang pemerintah/publik pada bulan tersebut mencapai angka USD150,6 juta. Dengan perincian sebesar USD145,5 pinjaman pemerintah dan USD5,1 juta pinjaman Bank Sentral.

Dalam keterangan resmi Bank Indonesia, jika dilihat dari jangka waktu asal, utang yang dimiliki oleh Indonesia untuk ULN jangka panjang melambat. Sedangkan utang jangka pendek Indonesia mengalami penurunan.

Apabila ULN dilihat dari kelompok peminjam sektor publik, ULN mengalami pertumbuhan yang cenderung melambat sedangkan ULN dari kelompok swasta mengalami penurunan.

Dari keterangan resmi Bank Indonesia, utang jangka pendek swasta pada bulan Mei mampu turun 10,1 persen jika dibandingkan dengan utang Indonesia Mei tahun lalu.

Jika dilihat dari sektor ekonomi, utang yang dimiliki oleh Indonesia hingga akhir Mei 2016 lebih terkonsentrasi kearah sektor keuangan, pertambangan, gas, air, listrik serta industri pengolahan. Pangsa pasar pada sektor-sektor ini terhadap utang swasta mencapai prosentasi sebsesar 76,2 persen. Apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sektor-sektor tersebut mengalami pelambatan.

Sementara apabila pertumbuhan tahunan, pada sektor keuangan dan sektor pertambangan ULN mengalami kontraksi yang lebih dalam.

Meskipun demikian, Bank Indonesia mengatakan bahwa perkembangan Utang Luar Negeri yang dimiliki pada bulan Mei ini masih dianggap dalam kondisi sehat. Namun Bank Indonesia akan terus mewaspadai setiap risiko perekonomian. Bank Indonesia juga berjanji akan terus memantau perkembangan ULN agar dapat dimanfaatkan secara optimal dan tentu tidak menimbulkan risiko terhadap stabilitas makroekonomi.