“Niantic Project” dan Dampak-dampak Berbahaya Akibat Permainan “Pokémon GO”
TS
shintamonica
“Niantic Project” dan Dampak-dampak Berbahaya Akibat Permainan “Pokémon GO”
Spoiler for gambar:
Permainan smartphone yang menjadi trendi baru ini, banyak diakses oleah orang jahat untuk dapat mengetahui lokasi Anda. Dan bagi pengembang aplikasi, ia mampu mengumpulkan ‘harta karun’ informasi dan data Anda, keluarga, teman, alamat bahkan hingga mengetahui kebiasaan browsing internet para penggunanya, untuk kemudian informasi dan data Anda dapat dijual kepada pihak ketiga!
Permainan realita berjalan (reality mobile games) besutan Niantic Inc bernama “Pokémon GO” (Pockét Monster Google and NintendO) semakin viral dan marak digunakan oleh banyak orang.
Permainan atau game ini milik Nintendo sebagai publisher, sedangkan aplikasi game dikembangkan oleh Niantic Inc, perusahaan sempalan dari Google Inc, dan perusahaan The Pokémon Company sebagai distributornya.
Permainan ini berawal dari sebuah lelucon di April Mop 2014 silam. Saat itu, Google meluncurkan “Pokemon Challenge” untuk Google Maps lengkap dengan video promosi dengan mengundang pengguna untuk menemukan dan menangkap monster fiksi itu dalam aplikasi. Fitur ini hanya aktif untuk sementara waktu sebelum akhirnya dimatikan.
Ternyata CEO Niantic Labs, John Hanke, menganggapi hal tersebut secara serius. Dia bertanya pada Direktur Asia Pasifik untuk Niantic Masashi Kawashima. “Apakah itu bisa dilakukan di dunia nyata?”.
Perusahaan yang menjadi bagian dari Google itu bisa membawa permainan ini melesat dengan menggabungkan dunia Pokemon pada lokasi permainan yang terasa nyata di lingkungan kehidupan sehari-hari melalui telepon seluler kelas cerdas (smartphones).
Akhirnya, Pokemon Co., tim dari pengembang Nintendo Co. dan Niantic bersama-sama mengembangkan permainan tersebut. Pada 2015 Niantic menjadi bagian dari Google. Pokemon GO mendapat pendanaan dari Nintendo, Google, Pokemon, dan investor lain.
Pokémon GO dirilis sejak 6 Juli 2016 silam, memakai mesin permainan atau game engine bernama Unity, dan dapat dimainkan melalui OS Andriod, iOS dan gadget serta tablet lainnya. Baru sepekan sejak peluncurannya di Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru, Pokémon GO telah meningkatkan saham Nintendo lebih dari 50 persen.
Spoiler for Pengembangan dari Game “Ingress”:
Pengembangan dari Game “Ingress”
Pokémon GO adalah pengembangan dari game sebelumnya, yaitu Ingress, adalah permainan berbasis pada keadaan yang lebih nyata dan besar yang berbasis lokasi multi pengguna berjaring (augmented-reality massively multiplayer online location-based) yang dibuat juga oleh Niantic, sama seperti pengembang Pokémon GO, yang awalnya pengembang aplikasi ini bagian dari Google Inc.
Game Ingress ini pertama kali dirilis secara eksklusif untuk perangkat Android pada tanggal 15 November 2012 silam, dan tersedia untuk iOS Apple pada tanggal 14 Juli 2014.
Permainan Ingress memiliki cerita fiksi ilmiah masa lalu (science fiction back story) yang kompleks dengan narasi terbuka secara terus menerus.
Namun bagaimanapun juga oleh banyak pengamat, game ini dirasa tidak perlu untuk dimainkan, karena pemainnya tak dapat menikmati permainan.
Mirip Pokémon GO, Ingress dianggap sebagai permainan ketangkasan (exergame) yang berbasis lokasi, tapi permainan ini dianggap gagal untuk dapat berkembang secara viral. Maka Pokémon GO adalah penggantinya.
Spoiler for Pokémon GO generasi pengganti Ingress:
Pokémon GO generasi pengganti Ingress
Hampir mirip Ingress, permainan Pokémon GO menggunakan satelit agar dapat mengetahui keberadaan Anda dengan menggunakan GPS (Globally Positioning System), dan menghadirkan peta lokasi yang sama persis (reality map) dengan keadaan di sekeliling penggunanya dengan sebenar-benarnya.
Hal itu bisa terjadi karena Pokémon GO menggunakan Google Maps dalam aplikasinya. Itu sebabnya peta yang dihadirkan sama persis dengan peta asli, bukan peta ilustrasi.
Akibatnya, Anda dapat dipantau atau diawasi baik itu oleh satelit ataupun oleh server pembuatnya, juga oleh pihak ketiga yang berkoalisi dengan perusahaan ini, bahkan Anda dapat juga dipantau oleh orang yang tak Anda kenal sebagai pemain-pemain lainnya dalam permainan ini.
Hal itu dapat terjadi karena untuk mengetahui lokasi Anda sebelum bermain, maka informasi dan data-data Anda harus diketahui terlebih dahulu oleh pembuat permainan ini melalui aplikasinya.
Kebijakan dalam game ini menimbulkan kontroversi yang berujung menjadi konspirasi, karena publiser game ini meminta data-data pribadi penggunanya.
Dalam rilisnya, Pokémon GO akan mempertimbangkan kembali ‘kebijakan pribadi bagi pengguna’ (privacy policy) pada situsnya, namun apakah orang-orang dapat percaya?
Tentu tidak, Anda harus realistis dan ingat: Bahwa transfer atau pengumpulan informasi dan data pribadi, walau tak dilakukan, tetap tak dapat terlihat oleh mata para penggunannya! Itu sebabnya, ada sisi-sisi negatif dan dampak-dampak berbahaya dari permainan yang sedang viral ini.
Resiko itu selalu ada, dan secara terang-terangan telah ditulis pada ‘kebijakan pribadi bagi pengguna’ (privacy policy) pada permainan Pokémon GO ini, mirip dengan yang terdapat untuk aplikasi-aplikasi lain, yang mengandalkan lokasi para pengguna atau gamers.
Spoiler for Perampok gunakan Pokémon GO untuk menemukan lokasi pemain:
Perampok gunakan Pokémon GO untuk menemukan lokasi pemain
Hanya dalam rentang waktu satu bulan saja sejak soft release, setidaknya sudah ada 11 pemain Pokémon GO yang dirampok karena aplikasi ini. Pencuri terpikat oleh korban mereka hinggga ke daerah-daerah terpencil, hal ini dikatakan polisi di O’Fallon, Mo, AS pada Minggu (10/7/2016) lalu atau hanya satu hari setelah permainan ini resmi dirilis ke publik.
Pada hari Minggu pagi, pihak berwajib di O’Fallon, Missouri telah membuat pernyataan resmi, mengonfirmasi bahwa sebuah kelompok 4 orang bersenjata menggunakan Pokémon GO untuk memancing para pemain agar datang ke lokasi tertentu dan merampok mereka.
Empat remaja mengelilingi sebuah mobil di BMW dengan pistol. Para perampok sedang mencari pemain Pokémon GO dan mencoba “lagu temanya” yang mengatakan untuk “menangkap mereka semua” sekitar jam satu malam di luar St. Louis.
“Sebagian besar korban sedang bermain Pokémon GO sendirian ketika perampok bersenjata datang kepada mereka”, terang Sgt. Bill Stringer kepada Daily News.
Para pemain Pokemon GO tidak sadar terhadap situasi di sekitar lingkungan mereka, karena mereka terus menatap ponselnya. Bagaimana jika pemain sedang mengemudi atau bermain ditengah jalanan?
Seperti yang disebutkan oleh Ars Technica, perampokan memanfaatkan Pokémon GO ini juga terjadi di St. Louis dan St. Charles. Menurut Gizmodo, pihak kepolisian O’Fallon menyebutkan, ada sekitar 8 – 9 orang yang menjadi korban dari perampokan akibat Pokémon GO ini.
Game yang memanfaatkan teknologi AR (Augmented Reality) ini akan meminta para pemainnya untuk berjalan di dunia nyata untuk mencari Pokemon, Pokestop atau Gym. Pemain juga dapat menggunakan benda-benda tertentu atau item, yang ditemukan dalam game atau dibeli dengan uang asli, untuk menarik Pokemon di Pokestop. Kepolisian O’Fallon menyebutkan, hal inilah yang dimanfaatkan oleh para perampok.
Anda dapat menambahkan item pada Pokestop untuk memancing para pemain. Para perampok juga memanfaatkan Pokémon GO untuk mencari orang-orang yang ada di sekitar mereka.
Pemain dapat menggunakan umpan untuk menarik lebih banyak Pokémon di lokasi-lokasi tertentu, misalnya ditempat sepi atau gelap, inilah yang biasanya akan terjadi perampokan dan intimidasi serta kriminalitas lain kepada penggunanya.
Jadi jika Anda menggunakan aplikasi ini (atau aplikasi lain serupa) atau memiliki anak yang menggunakan aplikasi ini, kami meminta agar Anda berhati-hati ketika memberitahu di mana Anda berada kepada orang yang tidak dikenal.
Selain perampok, popularitas Pokémon GO juga menarik perhatian para kriminal dunia cyber. Mereka menanamkan malware pada aplikasi Pokémon GO. Hal ini menjadi berbahaya karena Pokémon GO baru diluncurkan secara resmi di beberapa negara saja. Jadi, orang-orang yang tidak sabar menunggu rilisan resmi dari game ini akan mengunduh Pokémon GO dari situs yang tidak resmi.
Keempat tersangka, usianya antara 16 sampai 18 tahun, mencuri ponsel korban mereka dan barang-barang pribadi lalu pergi. Polisi menangatakan bahwa para remaja ini mengaku menggunakan aplikasi sebagai bagian dari plot jahat mereka.
Brett Miller, 17, Jamine Warner, 18, Shane Backer, 18, dan tersangka remaja 16 tahun, dituntut dengan tingkat pertama perampokan dan tindakan kriminal bersenjata.
Dari kiri ke kanan: Shane Backer, Brett Miller, Jamine Warner, dan tersangka satu lagi (tak ada di foto) menjadi tahanan kepolisian karena menggunakan aplikasi permainan Pokémon Go agar dapat menemukan korban untuk dirampok.
Spoiler for Seperti narkoba, Pokémon GO membuat pengguna ketagihan:
Seperti narkoba, Pokémon GO membuat pengguna ketagihan
Sebenarnya dalam game online, yang paling membuat para pemain ketagihan adalah adanya petualangan, transaksi, jual-beli item atau adanya tim yang dapat bekerja sama dengan mereka.
Selain semua yang dapat membuat ketagihan itu, Pokémon GO dibuat lebih dari apa yang permainan lain tak dapat melakukannya. Misalnya dapat menggabungkan real visual lingkugan di sekeliling Anda dengan game ini.
Dengan paduan antara game dan kamera ponsel, pengguna seakan melihat musuh di depannya. Selain itu Pokémon GO menggunakan Google Map sebagai lokasi atau peta sekelilingnya. Dengan menggunakan kamera smartphone dan GPS, seolah pemain mengejar dan menangkap karakter Pokémon dalam kehidupan nyata.
Dari misi-misi dalam permainan ini, Pokémon GO juga menggunakan foto-foto dalam Google Street sebagai misi khusus. Misalnya ada benda atau objek atau foto atau gambar dalam Pokémon GO yang harus dicari ketika Anda berada di wilayah tersebut.
Objek-objek itu diambil dari suasana yang terekam dalam Google Street. Ketika Anda berhasil menemukannya, maka Anda akan mendapat poin yang lebih banyak.
Seorang ekspatriat Australia yang bekerja di Singapura dengan jabatan vice president sebuah properti, dipecat akibat Pokemon GO tidak ada di Singapura dan akhirnya mencela negara itu.
Hal inilah yang membuat pengguna ketagihan bagaikan narkotika, dikontrol, disuruh, penurut dan mengabaikan apa yang ada disekeliling Anda.
Bahkan, Anda tak akan dapat dengan mudah melepaskan kebiasaan ini, walaupun di negara yang tak memiliki Pokémon GO.
Dalam laman asiancorrespondent.com, di Singapura, sebelum game ini masuk, seorang ekspatriat asal Australia di perusahaan properti Singapura ternama dengan jabatan Vice President, Sonny Truyen, dipecat gara-gara ia tak dapat mengakses game ini. Ia menulis dalam status di akun Facebook miliknya:
Quote:
“You can’t f**king catch Pokémon in this piece of f**king sh*t country.”
Kemudian seorang wanita bertanya: “Why would you call Singapore “a f**king sh*t country?””
Ia menjawab: “Cos its full of stup*d like you… I stated why at the start of the sentence..”
Kemudian wanita itu membalas: “Get out of our country”
Akibatnya tulisan ini menjadi viral di Singapura, terdengar hingga kepada kolega dan partnernya dalam bisnis. Ia pun akhirnya dipecat lantaran memposting kata-kata kasar terhadap Singapura.
Selain itu juga diberitakan, sebuah departemen kepolisian di negara bagian Washington AS telah memberikan peringatan kepada gamer perburu Pokémon ketika ada di belakang markas mereka.
Beberapa wannabe Pokémon Master telah menderita benjol-benjol di kepala dan memar dibeberapa bagian tubuh saat bermain, setelah terbentur akibat memperhatikan dunia nyata selama permainan.
Bagaimana jika pemain Pokémon GO bermain ditengah jalan? Atau tiba-tiba ke tengah jalan untuk berburu, atau mereka bermain ketika sedang mengendarai kendaraaan?
Di Australia, Wilayah Polisi Utara, Pemadam Kebakaran dan Layanan Darurat harus meletakkan keluar pemberitahuan publik setelah terlalu banyak pemain “gila” menjadikan daerah tersebut untuk mendapatkan Pokeballs, sejak Kantor Polisi Darwin itu tampil sebagai Pokéstop.
Lain halnya dengan seorang presenter TV wanita Allison Kropff, yang ketagihan bermain Pokémon GO, tidak menyadari kalau dirinya melintas tepat dihadapan kamera, yang saat itu sedang menayangkan secara langsung program cuaca.
Allison Kropff, yang merupakan salah satu presenter dari stasiun TV WTSP di Florida, Amerika Serikat, sedang asyik bermain Pokémon GO tanpa menyadari kalau ia masih berada di kantor. Dengan kondisi terpaku pada layer ponsel, wanita ini tak perduli dan melintas di depan rekannya, Bobby Deskins, yang sedang membacakan ramalan cuaca.
Kepada para penonton, Deskins mengatakan ”Bagi anda yang memainkan game ini, harus berhati-hati. Bisa saja anda akan melintas ditempat yang tak terduga”. Sementara itu, melalui Twitter, Allison mengatakan ”Itulah momen ketika anda terlalu kecanduan Pokémon GO.
Beberapa hal ini saja sudah membuktikan bahwa permainan Pokémon GO sangat membuat ketagihan bagai narkotika, bahkan hanya dalam beberapa hari saja setelah peluncurannnya dan tak perduli kepada siapa Anda berhadapan, dimana Anda berada dan kata-kata kasar apa yang diucapkan. Persis seperti pengguna narkoba yang sudah additive atau ketagihan dan sangat memerlukannya.
Allison Kropff, presenter stasiun TV WTSP Florida, AS, sedang asyik bermain Pokémon GO tanpa menyadari kalau ia masih berada di kantor. Dengan kondisi terpaku pada layer ponsel, wanita ini tak perduli dan melintas didepan rekannya yang sedang siaran langsung.