Kaskus

News

zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Mengintip Geliat Miliuner Tiongkok Membeli Klub Eropa
JUMAT (15/7) waktu setempat, stasiun televisi Tiongkok, CCTV, memberikan sebuah kabar di mana perusahaan pencari situs Baidu dengan chairman Robin Li, telah menyelesaikan kesepakatan dengan AC Milan untuk membeli 70 persen saham dengan nilai EUR 390 juta (sekitar Rp 5,64 triliun).

”Jika terdapat pengumuman resmi dalam beberapa jam ke depan, maka berakhirlah era Silvio Berlusconi selama 30 tahun terakhir,” tulis Calciomercato yang mengutip pemberitaan CCTV.

Li menjadi orang kedua yang mengakuisisi tim Serie A setelah sebelumnya Zhang Jindong, chairman dari perusahaan retail dan e-commerce Suning, melakukan take over atas 70 persen saham rival sekota Milan, Inter Milan, dengan total nilai EUR 270 juta atau Rp 3,91 triliun.

Fenomena ini tentu menarik untuk dilihat. Sebab, di Eropa, setidaknya ada sepuluh transaksi pembelian saham klub Eropa oleh para miliuner Tiongkok, dengan delapan klub di antaranya berstatus ambil alih kepemilikan dengan mengakuisisi saham terbesar.

Tidak hanya berinvestasi di tim-tim yang berada di kasta tertinggi negerinya, mereka juga menaruh minat terhadap klub yang berkiprah di liga di bawahnya. Adapun ketertarikan pertama Negeri Panda untuk membeli klub Eropa dimulai saat grup properti Wanda Dalian membeli 20 persen saham Atletico Madrid dengan harga yang dibayar sebesar EUR 45 juta (Rp 651,44 miliar).

Masifnya Tiongkok dalam melakukan pembelian saham klub Benua Biru menjadi fenomena menarik. China Daily memaparkan, sepanjang setahun terakhir, para pengusaha Tiongkok itu telah menghamburkan uang sebesar CNY 40 miliar atau USD 6 miliar (Rp 78,71 triliun).

Tentu ada sebuah pertanyaan yang berlarian di benak para penggemar maupun pengamat sepak bola. Apa yang membuat Tiongkok berani melakukan langkah seberani itu dalam membeli saham klub? Adalah sang Presiden, Xi Jinping, yang menjadi otak di baliknya. Pada 2014 silam, dia mengumumkan sebuah roadmap yang bernama 50-point Roadmap. Pada intinya, Jinping yang dikenal sebagai maniak sepak bola berupaya mengejar Tiongkok sebagai negara adidaya sepak bola 2050 mendatang.

”Presiden Xi sudah terang-terangan menunjukkan obesesinya kepada sepak bola dan bagaimana ambisinya bagi Tiongkok,” kata Profesor Sport Enterprise Universitas Salford, Simon Chadwick, dalam wawancaranya dengan Time.

Ambisi itu ditambah dengan kenyataan bahwa kesejahteraan negara berpenduduk terbesar dunia dengan 1,375 miliar jiwa tersebut semakin meningkat. Data Wikipedia menyebutkan, Gross Domestic Product (GDP) per kapita Tiongkok sebesar USD 8.027 (Rp 105,30 juta) tahun lalu. Angka ini mengalami kenaikan 6,4 persen dari GDP per kapita 2014 yang ”hanya” USD 7.684 (Rp 100,80 juta).

”Ini menjadi momen sempurna bagi orang Tiongkok untuk mulai mencoba menjalin koneksi dengan klub sepak bola,” ujar CEO Baofeng Group, Feng Xin, seperti dikutip China Daily. Namun, menjadi buah bibir dunia dengan melakukan investasi gila-gilaan tetap menimbulkan permasalahan tersendiri.

Sebab, sebagai investor asing yang hanya berorientasi pada profit, mereka yang tidak mengenal kultur klub yang dibelinya bakal menciptakan kontroversi karena melakukan sejumlah perubahan yang tidak sesuai dengan tradisi klub.

Seperti pengusaha asal Malaysia, Vincent Tan, yang membeli Cardiff City Mei 2010 silam. Saat itu, demi mengerek pendapatan klub, Tan membuat langkah-langkah ”global” dengan mengganti warna tim dari yang semula biru menjadi merah, dan menempatkan Naga Merah sebagai logo klub menggantikan Bluebird pada medio 2012-2015 sebelum kembali ke Bluebird Maret tahun lalu.

Ataupun yang lebih ekstrem adalah gonta-ganti manajer yang dilakukan oleh Roman Abramovich sejak meng-handle Chelsea Juni 2003. Total selama 13 musim, Abramovich telah melengserkan 10 pelatih dengan Jose Mourinho menjadi pelatih reguler yang terdepak dua kali.

Namun, CEO DealGlobe, sebuah perusahaan yang memfasilitasi deal di klub sepak bola, mendeskripsikan bahwa investor Tiongkok adalah sosok yang ”pasif”. ”Mereka tidak akan terlibat dalam keseharian klub,” kata Feng seperti dilansir China Daily. ”Investor Tiongkok hanya akan menginvestasikan uangnya,” lanjutnya.

Pendapat tersebut diamini oleh Feng Xin, Dia menggunakan sebuah pepatah Tiongkok bahwa ”bisnis adalah bisnis.” Karena itu, keuntungan tetap menjadi prioritas utama. ”Namun, kami bakal berusaha meminimalkan konflik kultural antara owner, klub, dan fans,” tutur Xin. ”Bagaimanapun, keterlibatan kami hanya terjadi pada level operasional keseluruhan. Bukan ke tataran lapangan,” imbuhnya. (apu/jpnn/far/k15)


http://kaltim.prokal.co/read/news/27...lub-eropa.html


dibeli gan
sebelahblogAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan sebelahblog memberi reputasi
2
1.4K
3
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan