Kaskus

News

BeritagarIDAvatar border
TS
BeritagarID
Tercekik leher botol di Brebes
Tercekik leher botol di Brebes
Kemacetan di pintu tol Brebes Timur, bukanlah kemacetan pertama di jalur mudik.
Harapan berkurangnya kepadatan arus lalu lintas pada mudik Lebaran 2016 dengan kehadiran tol Pejagan-Pemalang seksi I dan II pupus sudah. Harapan itu justru dijawab dengan berita "horor" kemacetan di pintu keluar tol di Brebes Timur. Belasan pemudik meninggal dunia, secara tidak langsung dikaitkan dengan kemacetan yang mengular hingga puluhan kilometer dan menunda perjalanan hingga lebih dari 24 jam.

Jalan tol yang pembangunannya diusahakan oleh PT Waskita MNC Transjawa Tollroad ini, diresmikan Presiden RI, Joko Widodo, pada Kamis (16/6/2016) di Brebes, Jawa Tengah. Jalan itu menghubungkan Jakarta hingga Brebes. Terbayang betapa mulusnya perjalanan Jakarta-Brebes yang dulu hanya bisa ditempuh lewat Jalan Nasional Pantai Utara (Pantura) Jawa.

Pemudik melalui jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (Jakarta Outer Ring Road/JORR) bisa langsung memasuki tol Jakarta-Cikampek hingga bertemu dengan Pintu Tol Cikopo tanpa harus melalui Cikampek, Jawa Barat. Dengan beroperasinya tol Cikopo-Palimanan (Cipali), pemudik bisa langsung menuju Palimanan, Cirebon.

Setelah menempuh jalan tol sepanjang 115 kilometer ini, pemudik pun bisa langsung masuk ke ruas tol Palimanan-Kanci, Cirebon, Jawa Barat. Selanjutnya, tinggal masuk melalui jalan Tol Kanci-Pejagan, dan melanjutkan ke Brebes melalui Tol Pejagan-Pemalang.

Total perjalanan Jakarta-Brebes--tanpa macet--diperkirakan hanya sekitar empat jam, dari waktu tempuh yang semula sekitar 8 jam bila melalui Jalan Nasional Pantura.

Beroperasinya tol hingga Brebes yang direncanakan menjangkau Pejagan-Pemalang itu, sudah dapat diduga akan mengundang peminat. Lonjakan jumlah kendaraan, sudah tergambar pada Lebaran tahun lalu. Saat itu, kendaraan yang masuk tol Cipali dari gerbang tol Cikopo pada H-2 Lebaran mencapai 64 ribu. Sedangkan yang keluar di pintu gerbang Palimanan tercatat 53.500 kendaraan.

Saat itu, kemacetan parah terjadi pada H-2 Lebaran 2015 itu di tol Cipali. Kemacetan di tol yang saat itu juga baru diresmikan, panjangnya sampai 35 kilometer. Nyaris setara dengan 7.000 mobil SUV berbaris dari depan ke belakang. Jumlah total kendaraan yang melalui jalan tol itu, kurang lebih 4,5 kali lipat volume kendaraan saat normal; rata-rata "hanya" 15 ribu kendaraan.

Pada mudik Lebaran tahun ini, sesuai prediksi pihak pengelola, PT Lintas Marga Sedaya, volume kendaraan yang melintasi Tol Cipali di gerbang Tol Palimanan mencapai 60-70 ribu atau meningkat 15-20 persen.

Kemacetan pun berulang lagi. Kali ini, di pintu keluar tol Brebes Timur, atau yang kemudian populer dengan istilah Brexit (Brebes exit). Sebagian besar pemudik memilih melanjutkan rute Kanci-Pejagan hingga ke tol baru di Brebes Timur. Ruas tol dari pintu keluar di Pejagan itu, berjarak kurang lebih 20 kilometer.

Sejak lima hari menjelang Lebaran 2016, Jumat (1/7), antrean kendaraan mengular hingga 18 kilometer jelang keluar tol di gerbang Brebes Timur. Kemacetan parah masih tercatat hingga H-3 Lebaran. Pada Minggu (3/7) pukul 06.00 WIB hingga Senin (4/7/2016) pukul 06.00 WIB, tercatat 53.010 kendaraan per hari melewati tol terpanjang di Indonesia itu. Sehari sebelumnya, tercatat 60.800 kendaraan.

Pada Senin (4/7) atau H-2 Lebaran, antrean di pintu tol Brebes Timur memang sempat memendek menjadi sekitar 9 kilometer. Tapi kemacetan tidak hanya di situ. Di pintu keluar tol Palimanan-Kanci juga sudah mencapai 6 kilometer. Menjelang gerbang keluar tol Kanci-Pejagan sama saja. Kendaraan sudah antre sepanjang hampir 36 kilometer. Total kemacetan, bahkan lebih panjang dari tahun lalu.

Bencana tak terduga pun datang. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Brebes melaporkan setidaknya ada 17 kasus kematian sebelum Lebaran 2016 di wilayahnya, khususnya pada kurun waktu 29 Juni-5 Juli 2016. Enam di antaranya memang bukan pemudik yang terjebak macet. Adapun 11 di antaranya, para pemudik yang menggunakan angkutan umum maupun kendaraan pribadi.

Menteri Perhubungan, Ignatius Jonan, membantah pemudik meninggal karena macet parah. Menurut Kementerian Kesehatan, para pemudik tidak meninggal dalam sehari karena kemacetan. Dari 13 orang yang mereka nyatakan meninggal, terjadi dalam tiga hari sejak 3 hingga 5 Juli 2016, di berbagai tempat, dengan berbagai faktor risiko.

Dijelaskan bahwa kondisi kesehatan dan kebugaran sebelum berangkat dapat berakibat fatal, terlebih bagi kelompok rentan: anak-anak, orang tua, dan pemudik dengan penyakit kronis. Beberapa faktor diduga menjadi penyebab, antara lain kelelahan dan kekurangan cairan. Kekurangan cairan menyebabkan darah mengental, sehingga ginjal bekerja lebih keras. Penderita penyakit dan kelainan ginjal bisa lebih berisiko.

Kemacetan mungkin bukan penyebab utama, tapi tak bisa dimungkiri hal itu turut berkontribusi. Andai tak ada kemacetan separah itu, situasinya mungkin berbeda.

Beberapa pihak pun menudingkan telunjuknya. Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia, Danang Parikesit, menilai perhitungan yang tidak tepat adalah salah satu penyebab kemacetan. Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Sudaryatmo, bahkan menilai operator ruas Tol Pejagan belum berpengalaman. Pemudik dinilai tak mendapat informasi yang lengkap tentang kondisi yang terjadi di lapangan.

Yang jelas, seperti pernyataan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Herry Trisaputra Zuna, kemacetan terjadi pada dasarnya karena volume kendaraan melebihi kapasitas jalan. Baik jalan tol maupun jalan nasional Pantura, tak sanggup menampung membludaknya pemudik. Dalam kasus kali ini, tiga gerbang keluar tol Pejagan-Pemalang: Pintu tol Pejagan, Brebes Barat, dan Brebes Timur, mengarah ke Jalan Nasional Pantura.

Itu artinya kendaraan melalui tol dari Pejagan menuju Brebes, menghadapi titik akhir yang nyaris sama: Jalan Nasional Pantura. Jalan yang juga tak pernah lengang tiap Lebaran. Puluhan ribu kendaraan, tercekik "leher botol" lantaran ruas yang menyempit di ujung pintu tol Brebes Timur.

Antisipasi rekayasa lalu lintas yang direncanakan, dengan memecah arus ke arah selatan ternyata tak berjalan mulus. Rencananya, sebelum masuk tol Pejagan-Pemalang, arus bisa dialihkan ke selatan; Ketanggungan-Jatibarang-Slawi, baru kemudian diarahkan ke Tegal, Jawa Tengah. Alternatif lainnya, diarahkan ke rute Ketanggungan-Prupuk-Slawi-Tegal.

Jadi tak salah bila Komisioner Ombudsman, Adrianus Meliala, mengatakan bahwa kemacetan parah di jalur tol Brebes Timur karena tak ada antisipasi peningkatan volume kendaraan. Fasilitas darurat bagi pemudik di titik kemacetan, skenario pengalihan, dan situasi terburuk yang diinformasikan kepada pemudik, seharusnya sudah disiapkan menghadapi Lebaran.

Korban jiwa seharusnya bisa diminimalisir pada Lebaran mendatang, bila parapihak siap menghadapi gelombang mudik yang tak akan pernah reda.
Tercekik leher botol di Brebes


Sumber : https://beritagar.id/artikel/editori...otol-di-brebes

---

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.9K
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan