Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

B.Dog.GodAvatar border
TS
B.Dog.God
Liburan Kilat ala Pulau Pari, Kepulauan Seribu
Quote:


Hai-hai! Selamat malam.

Di kesempatan kali ini, saya ingin berbagi cerita pengalaman perjalanan saya pertama kali ke Kepulauan Seribu.
Dan pertama kali juga saya menggunakan jasa 'wisata paket' hahaha!

Well, sebenarnya gk ada niatan buat jalan-jalan lewat jasa wisata paket, secara kan saya backpaker irit gembel gitu deh. Nah, rencananya tuh saya dan 2 teman lainnya memang ada niatan untuk jalan ke Pulau Seribu tepatnya ke Pulau Pari yang lagi lumayan hits. Tapi satu dari dua teman saya, namanya Masher (Singkatan dari Mas Heri) kurang setuju kalau "backpack-an" ke pulau Pari dan bermalam di sana dengan membangun tenda di bibir pantai.



Alhasil, jadinya terpecah deh, Masher jalan bersama rekan-rekan kerjanya menggunakan wisata paket, lalu saya tetap dengan idealisme saya untuk backpack berdua dengan kawan saya satu lagi, yang tak lain adalah calon adik ipar saya hehe, Deva namanya. Dan kejadian luar biasa pun terjadi.
Pada saat detik-detik mau jalan, ternyata Deva tidak diijinkan jalan oleh orangtuanya. Damn!

Males. Satu kata itu yang merongrong di benak saya, bila tetap jalan dan bangun tenda sendirian di pulau antah berantah (lebay). Tapi apa daya tubuh dan jiwa saya yang haus akan liburan ini emoticon-FrownDan pada akhirnya saya memutuskan untuk ikut dengan Masher menggunakan jasa paket wisata (Oh Nooo!)

Di postingan kali ini, sepertinya saya agak lebih hemat menulis rinciannya karena saya ikut paket wisata. Harga paketnya tidak begitu mahal (kata orang-orang yang saya ajak mengobrol sewaktu papasan di pelabuhan Muara Angke, menunggu jalan kapal) yaitu: Rp 380.000 untuk 2 hari 1 malam.

Petualangan pun dimulai! Titik kumpul untuk ketemuan dengan pihak penyelenggara paket wisata itu di pelabuhan Kali Adem, Muara Angke. 5 dari 6 orang yang ikut, sudah buat janjian untuk ngumpul di kosannya Masher, untuk jalan bareng ke Kali Adem pakai Uber. Singkat cerita saya nginep di kosannya Masher, supaya besok gak ada tuh yang namanya "nungguin si Anu dulu, belum dateng" hehehe. Bangun subuh sekitar jam 4, beberapa menit kemudian datang secara silih berganti: Amel, Ririn dan Ika. Tanpa "babibu" langsung capcus ke utara Jakarta! Sepanjang jalan menuju Muara Angke sangat lancar, jarang-jarang membelah kota Jakarta di waktu subuh seperti ini lho. Perjalanan pun dihiasi dengan obrolan ringan (mostly seputar advantages Uber dan Grabcar wkwkwk) Ohya satu kawan lagi, namanya Boby berangkat langsung dari kosannya di daerah Kelapa Gading.

Quote:


Jam menunjukan pukul 4:50 pada saat kami tiba di pelabuhan Kali Adem. Aroma khas pelabuhan yang menyengat langsung menyergap kami setiba turun dari mobil Uber. Kawan kami satu lagi, Boby masih dalam perjalanan. Sembari menunggu kami memutuskan untuk shalat subuh dulu. Suasana pelabuhan Kali Adem ini lebih mirip pasar sih, tapi kalau mengacu penuturan dari Masher "Pelabuhan yang sekarang jauh lebih bersih lho!" well, saya tidak bisa membayangkan betapa "rusuhnya" pelabuhan Muara Angke 2-3 tahun lalu, so pasti HORROR Maksimal.

Ohya FYI ini kali pertama saya ke Muara Angke dan liburan ke Pulau Seribu (norak!) ya saya akuin hal itu -_-. Butuh waktu 45 menitan kalo gk salah, akhirnya Boby dateng.
Jam 6 pagi kurang lebih, kita masuk ke dalam peron pelabuhan untuk "berebut" tempat di kapal. Tapi tidak seperti moda transportasi yang harus mengeluarkan ekstra tenaga dan mental untuk mendapatkan kursi yg nyaman, ternyata sepi banget hahaha, bahkan pada saat kapal berangkat pukul 7.30 bagian dalam kapal yang terdapat kursi (mirip kursi bus) 60%-nya tidak terisi, sepertinya banyak orang lebih milih duduk-duduk di geladak kapal.

Quote:


Kapal berkapasitas penumpang sekitar 150 orang, dan terdapat kamar mandi di atas buritan kapal. "Ada air gk di kamar mandinya Bro?" Well, pada saat saya pipis di sana ( FYI salah satu hobby saya itu, memang marking gitu deh, kek kucing) air disediakan di ember ukuran sedang, ada keran juga tapi tidak jalan airnya, jadi kalau air kosong, mungkin bisa tanya ke crew kapal untuk refill (?)

Sebelum kapal jalan, sempat foto-foto juga, minjem hape orang lain juga buat selfie *eh.
Kapal berlayar (ciee berlayar, padahal pake motor jalannya) dengan kecepatan sedang atau mungkin lambat, saya mengukurnya dari kecepatan speedboat yang dengan gagahnya menyalip kapal motor kami, speedboat itu bagaikan motor RX King yang di-overbore melawan kapal kami yang saya analogikan seperti Honda Grand Astrea, Duh!. Setelah melewati beberapa pulau berukuran kecil dan sedang, akhirnya dua jam kemudian kami melihat dari kejauhan pulau yang memanjang, tak lain itu adalah Pulau Pari! Tiba kurang lebih jam 10 kurang, dan seperti orang Indonesia pada umumnya mereka turun berdesak-desakan seakan takut terbawa balik ke Muara Angke lagi.


Touchdown! Akhirnya saya sampai di Pulau Pari, pulau yang cukup jauh dari imajinasi saya yang beranggapan sebagai pulau yg cukup terisolir, jarang ada penduduk, listrik terbatas, dll. Berbanding terbalik 180 derajat, Pulau Pari terlihat seperti kampung semi modern, jalan utama aspal, pavin block sudah terhampar di mana-mana, banyak orang berjualan jajanan/makanan ringan dengan tertib, roda ekonomi yang positif, itu adalah impresi pertama saya ketika menginjakkan diri saya pertama kali di Pulau Pari ini, setidaknya itu pemandangan sepanjang dermaga-nya, kalau dilihat ke pusat perkampungannya? Jauh lebih keren lagi! even kamu bisa lihat lebih dari 1-2 motor Ninja 300 / Cb 250 hilir mudik, milik penduduk sekitar, kurang keren apa coba.
Btw mereka mau ngebut di mana coba, pake beli motor sport segala -_-. Berjalan sekitar 200 meter ke tengah pulau, akhirnya sampai di renthouse. Tempatnya lumayan nyaman untuk ukuran harga paket wisata yang lumayan murah, kabarnya harga sewa rumah itu hanya sekitar 300rb, bisa muat sampai 12 orang, tapi tidurnya harus rapih kek ikan bandeng di pasar hehe.

Seharusnya sewaktu kami tiba, kami dapat yang namanya welcome drink, atau minuman selamat datang khas Pulau Pari, tapi entah kenapa, karena mungkin memang sedang ramai sekali (kebetulan waktu datang itu sedang ada liburan panjang mulai dari hari Rabu - Minggu) sehingga gk dapat welcome drink, ohya, bahkan sewaktu kami tiba di renthouse keadaannya masih agak kotor dan sedang dibersihkan oleh yg punya tempat, but no problem at all. Kecewa gak dapat welcome drink lumayan terbayarkan oleh sajian makan siang yang sengaja disiapkan lebih awal, makanannya lumayan lah, Ayam goreng / ikan goreng, sayur, gorengan, kerupuk setoples. Sehabis makan kita istirahat sekitar 1-2 jam di dalam rumah, sambil menyiapkan diri untuk berangkat ke tepian laut di sekitar Pulau Pari!


Sekitar jam 2 siang, kami bergegas ke dermaga Pulau Pari untuk berlayar ke tepi laut pulau pari dengan kapal nelayan untuk snorkling emoticon-SmilieCuaca cukup panas sih, tapi tidak menjadikan semangat kita surut, karena snorkling ini sebenarnya main course dari semua menu wisata yang dijajakan oleh Pulau Pari. Agak menyeramkan sih naik kapal nelayan ini, karena terlihat cukup sulit untuk dikendalikan oleh guide, beberapa kali hampir menabrak perahu lain lho.

15 menit berselang akhirnya tiba di spot yang guide bilang adalah spot terbaik dari seluruh tempat di Pulau Pari, dan saya setuju akan hal itu! Baru kali ini saya melihat terumbu karang dari mata kepala saya sendiri, wow! Ohya omong-omong air laut itu asinnya pake banget yah (-_-") Beberapa kali menelan air laut, lumayan membuat tenggorokan jadi kering.

Semua berjalan lancar, semuanya masuk ke dalam laut untuk snorkling dalam waktu lumayan lama kecuali Boby yang terlihat di pojokan sambil tidak yakin untuk "berendam" di laut yg tenang ini. Ohya kita juga dapat dokumentasi foto bawah laut dari guide-nya juga lho, bukan pakai action cam sih, tapi cukup lah (pakai digicam Nikon underwater) Mendekati jam 4 kami pulang kembali ke dermaga, ohya sebelum balik ke dermaga persis, Masher penasaran dengan biota laut di sekitar dermaga, karena terlihat terumbu karang yang indah samar-samar, tapi ternyata Zonk, banyak sampah euy!

Beberapa menit kemudian kami tiba di dermaga, untuk kembali ke renthouse. Bersih-bersih sambil nyemil makanan lokal seperti keripik sukun. Sehabis mandi kami melanjutkan "petualangan" menuju bagian barat pulau pari untuk mengejar Sunset di Pantai LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia). Kami menggunakan sepeda dalam perjalanan ke ujung barat pulau pari ini, sepanjang perjalanan kami banyak berpapasan dengan wisatawan bersepeda lain yang mempunyai tujuan yg sama, jadi agak macet gitu deh.
10 menit jalan kita melewati pantai yang menarik perhatian saya, yaitu pantai Kresek, pantai yang lumayan bersih dan ditunjang dengan beberapa warung, tapi yang menarik perhatian itu adalah sekumpulan tenda-tenda yang berada di bibir pantai, ya, tempat ini salah satu spot untuk camping di Pulau Pari selain Pantai Pasir Perawan. Jalan lagi menuju barat, sekitar 5 menit kemudian kami berada di sebuah pantai lagi, kali ini nama pantainya adalah Pantai Bintang. Konon katanya pada malam hari kita dapat melihat jelas bintang-bintang di pantai ini.

Kita pun memutuskan untuk main-main sebentar di pantai ini, ohya pantai Bintang ini terlihat lebih bersih dari pada pantai Kresek, Mungkin karena itu harus bayar sebesar Rp 2.500 untuk biaya retribusi kebersihan di sini, yaaaa masuk worthed lah ya.
Ohya di pantai ini banyak disediakan hammock gitu, cocok banget kalau mau main-main berkelompok sambil santai-santai di pantai yang berpasir putih ini.
Setelah puas main di pantai Bintang, kami bergegas menuju pantai Lipi karena hari sudah mulai gelap. Kuy! Tiba di pantai Lipi sekitar jam 5.30 tapi agak mengecewakan karena sunset-nya tertutup awan, arghhhh!



Ohya sebelum balik, kami main-main ke hutan bakau di sekitaran pantai Lipi, masher bilang ada jembatan yg keren di ujung hutan bakau itu, ternyata cuma reruntuhan batas tembok *etdah!* Tapi ternyata melihat sunset melalui tembok ini, terlihat lebih jelas sunsent-nya hehe (walaupun gak sempurna juga yak) Ohya dari batas tembok ini, kita bisa melihat jelas ke tetangga pulau Pari yang adalah pulau paling mewah se-kepulauan Seribu, namanya Pulau "H" kalau kalian ingin bermalam di sana, siap aja merogoh kocek yang dalam. Secara, harga sewa Villa semalam di sana itu $5.000!

Sebelum Maghrib kami sudah tiba di renthouse sengaja lebih cepat karena sudah tidak ada niatan untuk menonton sunset yang tertutupi oleh awan, jadi kami memutuskan untuk balik lebih cepat. Sholat, istirahat sebentar, sampai jam 7, kami berjalan kaki untuk pergi ke pantai yang menjadi icon pulau pari, Pantai Pasir Perawan.

Pantai yang terletak di ujung bagian barat Pulau Pari ini bisa dibilang pantai yang hampir sempurna untuk rekreasi keluarga, warung-warung penjaja makanan yang berjejer, spot-spotistirahat seperti bangku dan gazebo yang terawat dan bibir pantai yang diselimuti dengan pohon bakau yang juga berfungsi sebagai pembatas kawasan "aman" untuk anak-anak.
Untuk anak muda seperti saya? Yang menginginkan suasana se-natural mungkin, agak sedikit mengganggu pemandangan, "pembatas" yang saya sebutkan di atas, tapi kita bisa jalan ke pojok bagian selatan Pantai Perawan bila ingin melihat bentangan laut yang tanpa halangan, ohya daerah di ujung selatan ini juga berfungsi sebagai titik tempat membangun tenda di kawan Pantai Perawan ini. Kita hanya bayar retribusi sebesar Rp 10.000 untuk membangun tenda di sini.

Ohya di bibir pantai Perawan ini juga ada fenomena yang mirip terjadi di Jakarta daratan (sebut aja gitu, untuk Jakarta yang berada di Pulau Jawa) yaitu adanya reklamasi pulau tepat di bibir pantai hehe, pulaunya tentu tidak sebesar di Jakarta daratan, rencananya pulau itu akan dibangun gazebo-gazebo tempat santai yang membuat rekreasi keluarga makin asik.

Tapi semua itu akan lebih jelas bila datang ke sini pada hari yg terang, rencananya besok kami akan kembali lagi ke pantai Perawan. Sebelum balik ke renthouse hidangan barberque ala-ala alay selesai dihidangkan untuk kami, dan ini sudah termasuk paket wisata juga. menunya 3 ikan tongkol (?) dan cumi. Rasanya? So smooky and less in spices, tapi karena gue adalah pelahap profesional, ya enggak masalah sih.

Sampai di renthouse sekitar jam 10 malam dan semua tidur cepat, karena lelah sepertinya.
Pagi jam 3, tepat 10 detik sebelum alarm HP saya berdering, saya langsung matikan, karena takut mengganggu teman-teman yg masih lelap. Bikin teh (gk manis) lalu nongkrong deh, di teras depan. Saya sangat menyesal tidak membawa earphone piston kesayangan, jadi play lagu dengan speaker built-in Meizu yang seadanya emoticon-Big Grin Suara merdu dari lagu-lagu king of convenience berdendang, Renegade, Homesick, Misread, Cayman islands, know-how dan lagu-lagu terbaik dari king of Convinience lainnya menebas suasana yang sepi dan dingin pada dini hari itu.

Waktu bergulir begitu cepat, rencana pagi ini akan bersepeda ke Pantai Perawan. Wow! ternyata pantai perawan jauh lebih cantik kalau dilihat di hari yg terang. Angin yang bersemilir santai, terdengar dari jauh, sayup-sayup musik reggae, luar biasa pokoknya.


Setelah nongkrong dan foto-foto (kebanyakan selfie) di pantai perawan, kami bergegas kembali ke renthouse untuk berkemas balik ke Jakarta daratan! Waktu tempuh balik sedikit lebih lama dibanding pada saat menuju pulau pari, karena kita harus transit dulu di pulau Untung Jawa. Berangkat dari Pulau Pari sekitar jam 8 pagi, sampai di Jakarta daratan sekitar jam 11 siang. Btw Jakarta terlihat begitu eksotis kalau dilihat dari kejauhan, air laut yang menghitam legam di sekitaran daratan, tumpukan sampah industri yang berseni tinggi. Well, i love Jakarta!

NB: Ini adalah postingan terakhir saya yg banyak bacot dan ngalor ngidul kek gini, kedepannya bakal nulis yg lebih formal emoticon-Smilie

Diubah oleh B.Dog.God 19-12-2016 16:26
0
6.7K
46
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan