Metrotvnews.com, Jakarta: Perjalanan vaksin dari produsen  hingga ke konsumen harus melewati rantai panjang yang rumit. Corporate Secretary PT Bio Farma M Rahman Rustan mengatakan, pada tahap produksi, vaksin harus melewati beberapa kali proses kontrol. Ruang penyimpanan bahan baku pun harus memenuhi standar Good Manufacturing Practices (GMP).


“Harus ada kontrol ruangan. Ada vaksin yang harus di suhu dingin, ada yang di suhu kamar, dan di suhu asam. Lalu ruangan produksi harus memiliki pertukaran udarannya, jumlah partikel mikronya juga harus dipantau,” kata Rustan kepada Metrotvnews.com di Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, Selasa (28/6/2016).


Setelah proses produksi selesai, vaksin di simpan di cold storage. Pemeriksaan kembali dilakukan untuk mengecek penyebaran suhu dalam cold storage. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerugian pada produk akhir.


“Kami juga pantau dengan mengkalibrasi tempatnya. Jadi vaksin ini dijamin dari awal hingga akhir,” tuturnya.


(Baca: Minta Masyarakat Tenang, Bio Farma Memastikan Kualitas Vaksin)


Setiap produk yang dihasilkan juga harus melewati tes dari organisasi kesehatan dunia di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, World Health Organization (WHO) dan Pusat Pengawasan Obat dan Makanan (PPOM).


“Perbedaan vaksin dengan obat, kalau vaksin harus diuji setiap batch-nya. Lalu sebelum diedarkan harus diaudit oleh BPOM,” ucap Rustan.


Pengauditan yang dilakukan BPOM meliputi proses produksi, fasilitas yang digunakan, produk, dan clinical trial. Setelah lolos uji BPOM, vaksin baru bisa dilepas ke distributor.




Seorang bidan menunjukkan vaksin campak dan vaksin bcg yang asli di Puskesmas Kecamatan Sawah Besar, Jakarta, Selasa 28 Juni/ANT/Rosa Panggabean


Merawat vaksin sampai kepada pengguna juga tidak gampang. Bio Farma menerapkan sistem pengiriman yang disebut sistem rantai dingin (cold chain system). Dalam proses distribusi, suhu menjadi komponen terpenting.


Kestabilan suhu saat pengiriman vaksin pun menjadi perhatian utama dalam menjaga kualitas vaksin. Setiap vaksin memiliki batas suhu maksimal dalam setiap pengiriman.

 

“Kalau ada suhu yang tidak sesuai, prosesnya bisa dihentikan dulu. Lalu lihat dampaknya sejauh mana. Kalau masih stabil bisa dlanjutkan, tapi kalau tidak ya tidak bisa dipakai,” paparnya.


Suhu yang dibutuhkan vaksin berbeda-beda, untuk vaksin BCG, DTP, DT, DTP-HB-Hib, Campak, Hepatitis B, dan Influenza harus berada di suhu dua hingga delapan derajat celcius. Sedangkan untuk vaksin polio harus berada pada suhu minus 20 derajat celcius.




Temuan vaksin palsu di Riau/ANT/Abriawan Abhe


Dengan ketentuan suhu tersebut, cara pengepakan vaksin dilakukan secara khusus. Bahan kardus yang digunakan untuk pengepakan vaksin dilapisi bahan penahan panas yakni polyurethane.

 

“Saat pengirimian kami sertakan ice pack dengan suhu yang sesuai. Bila suhu berubah maka indokator Vial Vaccine Monitor (VVM) yang terdapat di botol vaksin akan berubah warna,” jelasnya.


(Baca: BPOM Bentuk Tim untuk Bedakan Vaksin Asli dan Palsu)

 

Sementara itu, waktu pengiriman vaksin dari Bio Farma ke suatu daerah atau negara maksimal dilakukan selama 2x48 jam.


Melalui pemeriksaan berlapis dan proses rumit itu, Rustan menjamin vaksin keluaran Bio Farma aman. Ia meminta masyarakat tetap tenang rutin dan menjalankan program imunisasi nasional.


Penjelasan PT Bio Farma menyusul terungkapnya peredaran vaksin palsu di berbagai daerah. Korps Bhayangkara berhasil membongkar jaringan vaksin palsu dengan skala besar.


Polri telah menetapkan 16 tersangka. Sedikitnya 15 tersangka telah ditahan dan 18 saksi telah diperiksa dalam kasus ini.


Tersangka dianggap melanggar UU Kesehatan, UU Perlindungan Konsumen dan UU Tindak Pidana Pencucian Uang dengan ancaman hukuman di atas lima tahun penjara.

Sumber : http://news.metrotvnews.com/read/201...tribusi-vaksin

---

Kumpulan Berita Terkait PEMALSUAN VAKSIN :

- Rantai Panjang Distribusi Vaksin

- Minta Masyarakat Tenang, Bio Farma Memastikan Kualitas Vaksin

- Peredaran Vaksin Palsu dalam Catatan BPOM