- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Bumi [Fiksi]
TS
arerlangga
Bumi [Fiksi]
Setelah Sekian lama ane jadi SR aja di SFTH, akhirnya ane mencoba buat tulisan-tulisan absurd hahahaha Ini tulisan ane akhir-akhir ini, cuma fiksi sih, soalnya ane nggak ahli menulis kehidupan ane sendiri Well, happy reading gan
Quote:
-----------------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------------------
Bumi. Tempat lahirnya kehidupan. Tempat berpijaknya kaki mungilku untuk pertama kalinya setelah lahir ke dunia ini. Tempat dimana air mataku jatuh untuk pertama kalinya walaupun dalam pelukan. Tempat yang paling pertama meberitahuku betapa sakitnya kehidupan. Tempat terenggutnya seluruh kebahagiaan yang semestinya kumiliki. Tempat yang memaksaku untuk belajar merelakan, walau sakit. Kau renggut segala yang aku punya! Memangnya apa yang salah dariku! Kau menjadikanku seperti ini! Pendendam, pendengki, pengingkar segala kepastian langit!
ooOOoo
Perkenalkan namaku Raihan, kalian bisa memanggilku Rai. Aku adalah seorang pengusaha besar yang memiliki saham terbesar seluruh perusahaan yang ada di pulau Jawa. Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Ya, aku merupakan anak pertama yang menjadi panutan adikku. Aku terlahir dari keluarga yang sangat bahagia, ayah dan ibu merupakan pasangan yang sungguh sangatlah harmonis, selama masa kecilku, aku hampir tidak pernah melihat ayah dan ibu bertengkar, yang ada hanyalah aku yang sering membuat mereka marah akibat ulahku yang sungguh teramat jahil. Sungguh keluarga yang amat sangat diidam-idamkan oleh orang-orang kebanyakan. Keluargaku bukanlah keluarga yang kaya, dan bisa dikatakan pas-pasan dalam kebutuhan sehari-harinya, namun kami sekeluarga bahagia karena kami saling memiliki. Dengan hadirnya aku dan adikku, tentu ini memaksa ayah dan ibu untuk bekerja lebih keras dari biasanya. Ayah memutuskan untuk pergi ke kota besar untuk mencari pekerjaan yang lebih layak untuk menyekolahkanku beserta adikku, sedangkan ibu bekerja mengolah lahan yang diberikan oleh kakek untuk mencukupi kebutuhan kami sehari-hari.
Ayah yang bekerja di kota hanya pulang beberapa kali dalam beberapa bulan, aku yang menginjak usia 10 tahun sekarang sudah duduk di kelas 6 sekolah dasar di desa, dan adikku yang menginjak usia 8 tahun sudah duduk di kelas 4, tiap bulannya selalu ada kiriman dari ayah yang berisikan uang dan beberapa camilan khas kota besar. Aku dan adikku selalu setia menunggu didepan pintu rumah setiap awal bulan, harap-harap cemas apakah paket kiriman ayah sampai hari ini atau tidak, sungguh masa-masa yang menyenangkan. Karena ayah sangat jarang pulang, maka saat ayah pulang, maka aku akan menyeruak keluar dan berlari menuju ayah, bercerita pengalamanku selama bersekolah, bercerita tentang mimpi-mimpi yang ingin kucapai setelah lulus dari sekolah. Ayah dengan sabarnya mendengarkan celotehanku yang tidak ada hentinya tanpa menyela sedikitpun, setiap aku selesai bercerita, maka ayah akan mengusap pelan rambutku dan berkata,
Quote:
Hidup tanpa sosok seorang ayah yang selalu ada untuk memberi panutan, memaksaku untuk menjadi lebih dewasa, dimana anak-anak seusiaku masih sibuk bermain kesana-kemari bersama teman, maka aku harus merelakan masa itu dan membantu ibu untuk mengolah lahan untuk ditanami sayur-mayur untuk dijual nanti. Kebun seluas 1 hektar ini merupakan hadiah dari kakek untuk bekal ayah dan ibu setelah menikah. Hamparan sayur mayur yang mulai meninggi dan matahari yang sudah berada diujung kepala, membuat landscape yang sungguh indah dipandang. Aku selalu pergi membantu ibu untuk mengurusi kebun setelah pulang sekolah, dan adikku langsung pulang ke rumah untuk membereskan rumah. Ya, kami dituntut untuk bisa mengurusi hal-hal yang bisa kami lakukan untuk mengurangi beban yang dirasakan oleh ibu
. Quote:
Aku yang sedang berteduh dibawah pohon, mengelap dahi yang berceceran keringan dengan punggung tangan, panas sekali. Ibu yang tadinya sedang mengipas-ngipaskan topi untuk mengusir panas, berhenti sejenak dan kemudian menatapku dengan halus.
Quote:
ooOOoo
Tahun demi tahun, kehidupan kami semakin membaik dari sebelumnya, ayah yang sekarang menjadi atasan yang disegani oleh bawahannya, menjadi orang kepercayaan teratas oleh bosnya. Diumurnya yang sekarang, 35 tahun. Itu sungguh pencapaian yang luar biasa bagi kami yang tumbuh besar di pedesaan seperti ini. Ibu? Ibu sekarang punya warung sendiri, berkat hasil jerih payah ayah dan ibu, aku dan adikku sekarang sudah menempuh pendidikan yang lebih baik, sebentar lagi aku lulus SMA dan adikku akan masuk ke SMA juga. Aku lulus dengan berbagai prestasi yang sangat membanggakan walaupun aku hanya seorang anak pedesaan yang kesehariannya sekolah, membantu orang tua di kebun, dan belajar di malam harinya dengan penerangan yang seadanya. Banyak guru-guruku yang memujiku atas prestasiku dan menyuruhku untuk melanjutkan pendidikanku ke jenjang perkuliahan, karena aku sejak kecil sudah terbiasa dengan lingkungan perdagangan pasar karena sering ikut ibu ke pasar, maka aku akhirnya memutuskan untuk melanjutkan ke sekolah bisnis yang ada di kota, tentunya melalui jalur beasiswa yang brosurnya aku dapatkan dari guru-guruku disekolah.
Akulah Rai, sang pebisnis paling kejam yang pernah ada.
anasabila memberi reputasi
1
705
1
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan