- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
APA JOKOWI TAK PERCAYA BANG YOS?


TS
nawaduka
APA JOKOWI TAK PERCAYA BANG YOS?
Kalangan DPR terheran-heran dengan keputusan Presiden Jokowi mengangkat dua staf khusus (stafsus) baru yaitu Komjen (Purn) Gories Mere dan Diaz Hendropriyono. Apalagi salah satu dari dua stafsus tadi kabarnya ditugaskan untuk memberi masukan khusus mengenai intelijen.
Para politisi Senayan kaget lantaran untuk bidang intelijen sudah ada Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen (Purn) Sutiyoso. DPR pun curiga, pengangkatan stafsus itu lantaran Jokowi kurang puas dengan kinerja Bang Yos, demikian Sutiyoso disapa.
"Kami kaget juga. Kami akan tanya ke Kepala BIN, memang ada hambatan apa sehingga dibentuk staf khusus intelijen untuk memberi masukan mengenai masalah intelijen," kata anggota Komisi I DPR, Abdul Kharis Almasyhari, kemarin.
Politisi PKS ini melihat, sekarang ini kondisi intelijen kurang koordinasi. Contohnya, saat ada ledakan di Mapolresta Surakarta, intelijen tidak solid dan terkesan saling menyalahkan. Dia pun menduga, hal seperti inilah yang melatarbelakangi keputusan Jokowi mengangkat stafsus bidang tersebut.
"Dalam kasus ledakan itu, malah Polres yang disalahkan. Padahal, Polres nggak memiliki kemampuan atasi teror. Yang punya kemampuan itu ya Densus dan BNPT, yang punya program, pelatihan dan punya anggaran yang besar. Sedangkan untuk mengetahui potensi teror itu kan ada BIN," cetusnya.
Kata Kharis, dalam UU Intelijen disebutkan, seluruh kerja intelijen dikoordinasikan BIN. Kepala BIN Sutiyoso bertanggung jawab kepada presiden dengan memberikan data dan informasi.
"Tanya ke Presiden, apa jangan-jangan nggak percaya pada Kepala BIN, atau ada hambatan komunikasi. Tapi kan nggak boleh sampai nggak percaya. Saya nggak tahu maksud Presiden angkat Gories dan Diaz," ujar Kharis.
Wakil Ketua Komisi III Mulfachri Harahap melihat hal yang sama. Menurutnya, pengangkatan stafsus bidang intelijen disinyalir karena kurang optimalnya fungsi BIN selama ini.
"Ini kan menyangkut fungsi intelijen kita. Ya boleh jadi pengangkatan stafsus bidang intelijen ini juga karena ada semacam ketidakpuasan Presiden terkait soal seperti ini," katanya.
Di Istana, Mensesneg Pratikno mengemukakan, Keppres pengangkatan Gories Mere dan Diaz Hendroprijono sudah ditandatangani Presiden sejak beberapa minggu lalu. Namun, sebagaimana sebelumnya, tidak ada upacara pelantikan atas pengangkatan Gories Mere dan Diaz Hendroprijono sebagai stafsus baru.
"Selama ini tidak ada pelantikan untuk pejabat Staf Khusus Presiden. Misalnya, Pak Johan Budi, Ari Dwipayana, mereka kan tidak dilantik," jelas Pratikno seusai Halal bi Halal dengan Presiden Jokowi, kemarin.
Mengenai tugas Gories dan Diaz, Pratikno tidak mau buka-bukaan. Dia malah menyebut, tidak ada spesifikasi atau nomenklatur penugasan tertentu bagi stafsus. "Yang dicantumkan di Keppres seperti itu. Bisa saja ada penugasan khusus sesuai dinamika di lapangan."
Hingga saat ini, Kementerian Sekretariat Negara baru menata fisik ruangan untuk dua stafsus baru itu. ***
http://www.rmol.co/read/2016/07/12/2...medium=twitter
Para politisi Senayan kaget lantaran untuk bidang intelijen sudah ada Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen (Purn) Sutiyoso. DPR pun curiga, pengangkatan stafsus itu lantaran Jokowi kurang puas dengan kinerja Bang Yos, demikian Sutiyoso disapa.
"Kami kaget juga. Kami akan tanya ke Kepala BIN, memang ada hambatan apa sehingga dibentuk staf khusus intelijen untuk memberi masukan mengenai masalah intelijen," kata anggota Komisi I DPR, Abdul Kharis Almasyhari, kemarin.
Politisi PKS ini melihat, sekarang ini kondisi intelijen kurang koordinasi. Contohnya, saat ada ledakan di Mapolresta Surakarta, intelijen tidak solid dan terkesan saling menyalahkan. Dia pun menduga, hal seperti inilah yang melatarbelakangi keputusan Jokowi mengangkat stafsus bidang tersebut.
"Dalam kasus ledakan itu, malah Polres yang disalahkan. Padahal, Polres nggak memiliki kemampuan atasi teror. Yang punya kemampuan itu ya Densus dan BNPT, yang punya program, pelatihan dan punya anggaran yang besar. Sedangkan untuk mengetahui potensi teror itu kan ada BIN," cetusnya.
Kata Kharis, dalam UU Intelijen disebutkan, seluruh kerja intelijen dikoordinasikan BIN. Kepala BIN Sutiyoso bertanggung jawab kepada presiden dengan memberikan data dan informasi.
"Tanya ke Presiden, apa jangan-jangan nggak percaya pada Kepala BIN, atau ada hambatan komunikasi. Tapi kan nggak boleh sampai nggak percaya. Saya nggak tahu maksud Presiden angkat Gories dan Diaz," ujar Kharis.
Wakil Ketua Komisi III Mulfachri Harahap melihat hal yang sama. Menurutnya, pengangkatan stafsus bidang intelijen disinyalir karena kurang optimalnya fungsi BIN selama ini.
"Ini kan menyangkut fungsi intelijen kita. Ya boleh jadi pengangkatan stafsus bidang intelijen ini juga karena ada semacam ketidakpuasan Presiden terkait soal seperti ini," katanya.
Di Istana, Mensesneg Pratikno mengemukakan, Keppres pengangkatan Gories Mere dan Diaz Hendroprijono sudah ditandatangani Presiden sejak beberapa minggu lalu. Namun, sebagaimana sebelumnya, tidak ada upacara pelantikan atas pengangkatan Gories Mere dan Diaz Hendroprijono sebagai stafsus baru.
"Selama ini tidak ada pelantikan untuk pejabat Staf Khusus Presiden. Misalnya, Pak Johan Budi, Ari Dwipayana, mereka kan tidak dilantik," jelas Pratikno seusai Halal bi Halal dengan Presiden Jokowi, kemarin.
Mengenai tugas Gories dan Diaz, Pratikno tidak mau buka-bukaan. Dia malah menyebut, tidak ada spesifikasi atau nomenklatur penugasan tertentu bagi stafsus. "Yang dicantumkan di Keppres seperti itu. Bisa saja ada penugasan khusus sesuai dinamika di lapangan."
Hingga saat ini, Kementerian Sekretariat Negara baru menata fisik ruangan untuk dua stafsus baru itu. ***
http://www.rmol.co/read/2016/07/12/2...medium=twitter
0
2.1K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan