Sejarah mulai berubah sekitar tahun 130 M. Seorang Aki Tirem (leluhur orang sunda) penghulu sebuah kampung menerima kunjungan tim ekspedisi dari negeri Pallawa India, yang dipimpin Dewawarman.

Mula mula Dewawarman berkunjung untuk memenuhi pasokan logistik rombongannya. Karena Aki Tirem mempunyai masalah dengan para bajak laut di selat sunda (Lokasi kediaman Aki Tirem dipercaya di sekitar Gunung Salak Pandeglang sekarang, dengan pelabuhan Teluk Lada yang ramai dengan kegiatan perdagangan), maka Dewawarman dengan pasukan terlatih diminta memerangi gangguan bajak laut ini. Misi berhasil.

Kejadian dengan bajak laut selat Sunda menjadikan kemitraan Aki Tirem - Dewawarman semakin erat. Lebih erat lagi ketika Dewawarman mempersunting puteri sang Aki, Dewi Pohaci Larasati. Akhirnya seluruh rombongan ekspedisi memutuskan untuk bermukim di tanah baru ini.

Sepeninggalan Aki Tirem, Dewawarman mendeklarasikan sebuah kerajaan baru bernama Salakanagara. Ini terjadi pada tahun 130 M. Salakanagara berarti negeri perak. Sangat mungkin dinamakan demikian karena saat itu masa pembuatan benda benda dari logam sedang berkembang pesat di daerah tersebut. Sejalan pula dengan penulisan kata negeri Argyre oleh Claudius Ptolemeus (150 M) yang juga berarti negeri perak. Sementara beberapa sumber dari China menyebutnya Koying. Dan era kerajaan di tatar Sunda dimulai dari sini..

Kerajaan Sunda

Selama kekuasaan dinasti Dewawarman, banyak peristiwa menarik terjadi. Yang pertama, tentu saja tradisi mewariskan tahta secara turun temurun dimulai, sesuatu yang tidak terjadi sebelumnya. Keturunan merekapun berjiwa Leadership dan menjadi raja-raja besar di Nusantara, selain Sri Baduga Maha Raja / Prabu Siliwangi (Raja Sunda paling Legendaris), ada juga Raden Wijaya yang merupakan pendiri sekaligus raja pertama Majapahit, Ayah Raden Wijaya merupakan Urang Kulon (sekarang tersematkan sebagai suku Sunda), selain itu ada juga Adityawarman, raja Sriwijaya yang juga masih keturunan dari Dewawarman.

Secara garis besar, Kerajaan urang Sunda berturut-turut yaitu :
1. Thn 130 M, Kerajaan Salakanagara (Ibu Kota: Raja Tapura/Pandeglang)
2. Thn 358 M, Kerajaan Tarumanagara (Ibu Kota: Sunda Pura/Bekasi) > perkembangan Salakanagara
3. Thn 669 M, Kerajaan Sunda (Ibu kota: Sunda Kalapa/Jakarta) dan Kerajaan Galuh (Ibu kota: Kawali/Ciamis) > keduanya pecahan Tarumanagara, dengan sungai citarum sebagai pembatas antara keduanya.
4. Thn 1482 M, Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh bersatu kembali dengan menggunakan satu nama yaitu Kerajaan Sunda, dikenal juga dengan nama Kerajaan Padjadjaran (Ibu Kota: Pakuan Pajajaran/Bogor)

* Wilayah Kerajaan Padjadjaran disebut Pasundaan(Pasundan)/Parahiyangan/Priangan/Preanger.

Setiap wilayah di Indonesia pasti memiliki aliran ilmu pencak silat. Namun dari sekian banyak aliran, pencak silat ternyata berasal dari satu sumber yakni Pencak Sunda. Seperti diceritakan Ketua perguruan silat Sasangka Buana, Djatnika Nangamiharja, pencak silat berasal dari silat Cimande, Bogor. Silat Cimande sendiri sudah ada sebelum zaman kerajaan Padjadjaran.

Setelah era kerajaan Padjadjaran selesai, ada tokoh silat Cimande bernama Mbah Khair yang memiliki murid bernama Mbah Datuk dari Sumatera Barat dan Mbah Jago. Kemudian keduanya menyebarkan silat Cimande. Silat pun berkembang ke Sumatera Barat dan menyebar ke seluruh Nusantara hingga luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Timur Tengah, Eropa hingga Afrika. Jadi, bisa dikatakan jika Pencak Sunda adalah saudara tua dari pencak silat, termasuk Silek Minang yang berasal dari Sumatera Barat.

Sedangkan arti kata Pencak asli dari bahasa sunda yang artinya itu adalah lima, dan kata silat diambil dari kata dialek bahasa Sumatera Barat yang maknanya ilmu gerak yang sempurna.

Iket/Totopongyaitu aksesoris kepala / penutup kepala yang biasa digunakan oleh masyarakat Sunda. Iket memiliki jenis yang banyak, bahannya terbuat dari kain dengan warna polos ataupun bercorak kebat (batik).

Badawangberawal dari Bebegig Sawah atau boneka yang dibuat dari kayu dan jerami, digunakan masyarakat Sunda untuk mengusir Hama pada ladang pertanian mereka. Seiring berjalannya waktu Bebegig Sawah ditampilkan sebagai seni pertunjukan rakyat dengan nama Badawang.

Angklungawalnya berdasarkan pada kehidupan masyarakat Sunda yang agraris dengan padi (Pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini menimbulkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang dari Dewi Padi pemberi kehidupan. Masyarakat Baduy dianggap sebagai urang Sunda yang masih menerapkan Angklung sebagai bagian dari ritual yang dilakukan saat mengawali penanaman padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri Pohaci supaya turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.

Selain digunakan sebagai sarana ritual saat bertani, Angklung juga digunakan masyarakat Sunda sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi Angklung sebagai sarana pemompa semangat rakyat sangat terasa sampai pada masa penjajahan bangsa Asing, itu sebabnya pemerintah hindia belanda sempat melarang masyarakat menggunakan Angklung.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat Sunda mulai mengembangkan Angklung sebagai alat musik yang lama kelamaan penyebarannya tidak hanya terbatas di tanah Sunda, tapi menjangkau hingga kawasan Asia Tenggara.

Sulingmerupakan alat musik yang lahir buah dari kreatifitas masyarakat Sunda. Selain dimainkan secara tunggal, orang Sunda juga biasanya memainkan Suling ini bersamaan dengan alat musik Kacapi, perpaduan kedua alat musik ini sering disebut sebagai Kacapi Suling atau Cianjuran. Kapan persisnya kemunculan Suling tidak diketahui secara pasti, namun dipercaya muncul bersamaan dengan alat musik khas Sunda lainnya yang sama2 terbuat dari Bambu ataupun Kayu, misalnya Angklung, Calung, Karinding, Celempung.

Degungberarti sekumpulan instrumen / alat musik Sunda, masing-masing memiliki nama yang identik dengan istilah Sunda seperti Goong (dibaca go - ong), Panerus, Kulanter, Gambang, dll. Degung ini lebih populer dilingkungan Kerajaan Sunda pada masa itu. Pada Masyarakat Jawa Degung dikenal dengan istilah Gamelan.

Dalam kebudayaan Sunda, seni suara dalam bermusik disebut dengan istilah Karawitan. Karawitan sendiri terbagi lagi menjadi 3 jenis yaitu Karawitan Sekar (menonjolkan suara vokal). Karawitan Gending (menonjolkan suara instrumen), dan Karawitan Sekar Gending (memadukan keselarasan vokal dan instrumen). Sedangkan pemvokal sendiri disebut dengan Sinden.

Jaipongmerupakan tarian tradisional masyarakat Sunda yang dilahirkan dari sentuhan tangan dingin H. Suanda di Karawang. Jaipong sendiri merupakan pengembangan dari tarian Sunda yang lebih dulu muncul sepeti Ketuk Tilu, Kliningan, dan Ronggeng.

Saat menikah kebanyakan orang Sunda cenderung meninggalkan adat-adat yang dirasa bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Ini dilakukan orang Sunda dalam upayanya untuk melupakan kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya mempersekutukan Allah. Selain itu, meninggalkan adat2 tertentu saat menikah juga dapat membuat biaya pernikahan lebih hemat.

Sepintas, orang mungkin sulit membedakan pernikahan adat Sunda dan pernikahan adat Jawa dikarenakan kemiripan busana dan aksesoris pengantin pria antara kedua adat tersebut, namun sebenarnya kita hanya perlu melihat ke arah pengantin wanita, jika pengantin wanitanya memakai mahkota bisa dipastikan pernikahan tersebut merupakan adat Sunda. Untuk pengantin wanita yang berjilbab maka pengantin prianya menggunakan peci.

* Istilah Sunda : Hayu (Ayo/mari), Keukeuh (bersikeras), Ujug-ujug (Tiba-tiba), Ngabuburit (menunggu waktu buka puasa), dan lain-lain.
* Istilah dengan akhiran huruf G : Rempug, Rembug, Belegug, Gebug, Ujug-Ujug, Begog, Rewog, dan lain-lain,
* Menamakan daerah/wilayah tinggal dengan awalan Ci (Air) : Cikarang, Cileunyi, Cilacap, Cirebon, Cianjur, Cimahi, dan lain-lain.
* Makanan Sunda : Batagor, Surabi, Awug, Cireng, Cilok, Odading, Cakueh, Colenak, Tahu Gejrot, Seblak, Cimol, dan lain-lain.
* Minuman Sunda : Cendol, Bajigur, Bandrek, Es Goyobod, Es Oyen, dan lain-lain.