- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Artikel HEBAT Captain BAMBANG PAMUNGKAS dan Sebab Akibat Insiden GBK


TS
razkyaditya
Artikel HEBAT Captain BAMBANG PAMUNGKAS dan Sebab Akibat Insiden GBK
Quote:
"Kita Adalah Manusia-Manusia Yang Lebih Baik"
Penulis: bepe, 26 June 2016


Waktu menunjukkan pukul 02:15 WIB ketika saya meninggalkan hotel tempat pemain menginap, dan mengendarai mobil menuju kediaman saya.
Pagi itu jalanan kota Jakarta masih cukup ramai, terlihat kerumunan masyarakat di beberapa sudut jalan. Sebagian adalah sisa-sisa pendukung Persija yang baru saja pulang dari stadion, sebagian lagi nampaknya warga ibukota yang melakukan kegiatan sahur on the road .
Perjalanan dari hotel menuju rumah saya memakan waktu kurang lebih 15 sampai 20 menit. Ketika itu banyak sekali hal berkecamuk di kepala saya. Tanpa sadar saya pun meracau selama perjalanan. Kecewa dan marah sudah pasti, namun rasanya hal yang paling saya rasakan pada saat itu adalah kesedihan, iya kesedihan yang teramat sangat mendalam. Kesedihan mendalam saya bukanlah karena saya gagal menjadi algojo pinalti. Bukan, bukan karena itu. Karena siapa saja bisa gagal, dan lagipula ini bukanlah kegagalan pertama saya dalam mengeksekusi tendangan 12 pas. Dan oleh karena itu, saya tidak akan pernah menolak, jika di lain kesempatan harus menjadi penendang kembali.
Bukan juga karena Persija harus menelan kekalahan pada pertandingan kali ini. Kekalahan memang selalu menyakitkan, terlebih lagi hal tersebut terjadi di kandang sendiri. Namun demikian toh dalam pertandingan sepakbola menang, seri ataupun kalah adalah hal yang biasa, walaupun sudah barang tentu semua pemain, klub, atau suporter selalu menginginkan hasil terbaik, yaitu menang.
Kesedihan terbesar saya adalah melihat salah satu suporter terbaik di negeri ini (Jakmania) lepas kendali dan melakukan hal-hal yang diluar dugaan saya. Sebuah tindakan anarkis yang sudah pasti mencoreng kredibilitas mereka sendiri, kredibilitas yang mereka bangun dengan susah payah selama bertahun-tahun. Entah apa (meninggalnya Fahreza, gas air mata yang ditembakkan terlalu dini oleh polisi, kegagalan saya dalam mengeksekusi pinalti, atau kekecewaan mereka karena tim kesayangannya tertinggal) yang mendasari tersulutnya emosi Jak mania, merangsek ke area lapangan hingga membuat pertandingan harus dihentikan adalah hal yang tidak dapat dibenarkan, dan dikatakan dewasa.
Hal tersebut lah yang membuat saya memilih tinggal di lapangan, saat semua pemain di evakuasi menuju ruang ganti. Saya seakan tidak percaya dengan apa yang saya lihat malam itu. Saya selalu memiliki keyakinan jika kualitas kita sebagai manusia jauh lebih baik dari apa yang tersaji pada malam itu.
Dan oleh karena itu kita seharusnya juga dapat
berperilaku, atau memberikan respon yang jauh
lebih baik dari itu. Baik terhadap segala sesuatu
yang terjadi dari dalam lapangan, maupun dari luar lapangan. Keesokan hari mungkin kita baru akan tersadar, jika apa yang terjadi pada malam itu sama sekalitidak memberikan sesuatu yang positif bagikita semua baik bagi Jak mania, kota Jakarta, danterlebih lagi bagi Persija Jakarta. Terlalu besar (potensi) konsekuensi yang harus kita bayar atas apa yang terjadi, tidak hanya bagi Jak mania namun juga Persija Jakarta, dan bisa jadi juga jalannya kompetisi di tanah air. Konsekuensi besar yang sudah barang tentu tidak kita semua inginkan.
Kesedihan saya semakin mendalam ketika melihat begitu banyak komentar yang terdapat di akun instagram saya, dimana diantara pendukung Persija Jakarta sendiri pun saling menyerang antara satu dengan yang lain. Dalam sebuah kesempatan saya pernah menyampaikan:
"Kekalahan memang sangat menyakitkan, namun lebih menyakitkan lagi jika kekalahan tersebut membuat kita menjadi terpecah-belah".
Dan oleh karena itu, serta untuk kebaikan bersama maka dengan berat hati sayapun memutuskan untuk menghapus semua komentar tersebut, dan meninggalkan pesan sebagai berikut:
"Dengan sangat terpaksa dan tanpa mengurangi rasa hormat kepada siapapun, saya harus menghapus segala komentar disini. Baik yang berupa kritik, saran, masukan serta dukungan bagi saya setelah pertandingan semalam. Hal tersebut agar tidak terjadi perdebatan yang lebih panjang mengenai diri saya yang berpotensi membuat kita semua menjadi terpecah-belah.
Namun demikian dapat saya pastikan jika saya
membaca semua pesan yang anda sekalian tinggalkan dalam akun instagram saya ini, dan oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
"Kekalahan memang sangat menyakitkan, namun lebih menyakitkan lagi jika kekalahan tersebut membuat kita menjadi terpecah-belah".
Kegagalan pinalti sepenuhnya menjadi tanggung
jawab saya, tidak ada alasan, dan oleh karena itu
saya akan perbaiki. Sedang apa yang anda sekalian dapat lakukan adalah kembali bersatu (jangan lagi ada perdebatan), kembali rapatkan barisan untuk mendukung tim kesayangan kita semua. Karena dalam situasi seperti ini Persija Jakarta sangat membutuhkan dukungan kalian semua. Regards, Bambang Pamungkas".
Kerusuhan yang terjadi akibat ulah (sebagian kecil) Jak Mania malam itu, sudah pasti akan memberikan efek negatif yang sangat luar biasa, tidak hanya bagi Jak mania, tapi juga Persija Jakarta. Karena sebagai klub, Persija Jakarta sudah pasti akan sangat dirugikan dengan kejadian tersebut.
Bukan bentuk dukungan yang seperti ini yang
Persija harapkan dari pendukungnya. Bukan fanatisme membabi-buta seperti ini yang Persija
inginkan dari manusia-manusia kreatif bernama
Jakmania. Yang kami butuhkan adalah dukungan positif (kritik, saran dan masukan) penuh kearifan agar kita dapat bersinergi dan bersama-sama
membangun, menjaga nama baik dan menjaga
kebesaran tidak hanya Persija, namun juga kota
Jakarta yang kita sama-sama kita cintai. Setelah apa yang terjadi pada malam itu, sudah seharusnya kita sama-sama merenung, dan melakukan introspeksi kedalam diri kita masing-
masing. Apakah kualitas kita sebagai manusia sedemikian buruknya, hingga tidak dapat mengendalikan diri, dan berlaku sedemikian rupa.
Apakah sudah tidak ada lagi ruang untuk rasa cinta dalam hati kita, sehingga kekerasan adalah respon dari sebuah kekecewaan. Apakah sedangkal itu kedalaman nilai dari ketulusan cinta kita kepada Persija Jakarta? Saya pikir tidak. Seperti yang saya sampaikan diawal tadi, saya masih percaya jika kualitas kita sebagai manusia jauh lebih baik dari apa yang tersaji pada malam itu. Dan oleh karena itu sudah selayaknya kita malu atas apa yang terjadi, dan segera memperbaiki diri. Oleh karena itu, mari kita segera merapatkan barisan, menahan diri dari segala bentuk provokasi, kembali berkoordinasi dengan kesatuan masing-masing, dan menghadapi segala permasalahan ini bersama-sama.
Atas nama rasa cinta, tidak hanya kecintaan kita kepada Persija, namun juga kota Jakarta, serta persepakbolaan Indonesia.
We Are Better Than This...!!!
Penulis: bepe, 26 June 2016


Waktu menunjukkan pukul 02:15 WIB ketika saya meninggalkan hotel tempat pemain menginap, dan mengendarai mobil menuju kediaman saya.
Pagi itu jalanan kota Jakarta masih cukup ramai, terlihat kerumunan masyarakat di beberapa sudut jalan. Sebagian adalah sisa-sisa pendukung Persija yang baru saja pulang dari stadion, sebagian lagi nampaknya warga ibukota yang melakukan kegiatan sahur on the road .
Perjalanan dari hotel menuju rumah saya memakan waktu kurang lebih 15 sampai 20 menit. Ketika itu banyak sekali hal berkecamuk di kepala saya. Tanpa sadar saya pun meracau selama perjalanan. Kecewa dan marah sudah pasti, namun rasanya hal yang paling saya rasakan pada saat itu adalah kesedihan, iya kesedihan yang teramat sangat mendalam. Kesedihan mendalam saya bukanlah karena saya gagal menjadi algojo pinalti. Bukan, bukan karena itu. Karena siapa saja bisa gagal, dan lagipula ini bukanlah kegagalan pertama saya dalam mengeksekusi tendangan 12 pas. Dan oleh karena itu, saya tidak akan pernah menolak, jika di lain kesempatan harus menjadi penendang kembali.
Bukan juga karena Persija harus menelan kekalahan pada pertandingan kali ini. Kekalahan memang selalu menyakitkan, terlebih lagi hal tersebut terjadi di kandang sendiri. Namun demikian toh dalam pertandingan sepakbola menang, seri ataupun kalah adalah hal yang biasa, walaupun sudah barang tentu semua pemain, klub, atau suporter selalu menginginkan hasil terbaik, yaitu menang.
Kesedihan terbesar saya adalah melihat salah satu suporter terbaik di negeri ini (Jakmania) lepas kendali dan melakukan hal-hal yang diluar dugaan saya. Sebuah tindakan anarkis yang sudah pasti mencoreng kredibilitas mereka sendiri, kredibilitas yang mereka bangun dengan susah payah selama bertahun-tahun. Entah apa (meninggalnya Fahreza, gas air mata yang ditembakkan terlalu dini oleh polisi, kegagalan saya dalam mengeksekusi pinalti, atau kekecewaan mereka karena tim kesayangannya tertinggal) yang mendasari tersulutnya emosi Jak mania, merangsek ke area lapangan hingga membuat pertandingan harus dihentikan adalah hal yang tidak dapat dibenarkan, dan dikatakan dewasa.
Hal tersebut lah yang membuat saya memilih tinggal di lapangan, saat semua pemain di evakuasi menuju ruang ganti. Saya seakan tidak percaya dengan apa yang saya lihat malam itu. Saya selalu memiliki keyakinan jika kualitas kita sebagai manusia jauh lebih baik dari apa yang tersaji pada malam itu.
Dan oleh karena itu kita seharusnya juga dapat
berperilaku, atau memberikan respon yang jauh
lebih baik dari itu. Baik terhadap segala sesuatu
yang terjadi dari dalam lapangan, maupun dari luar lapangan. Keesokan hari mungkin kita baru akan tersadar, jika apa yang terjadi pada malam itu sama sekalitidak memberikan sesuatu yang positif bagikita semua baik bagi Jak mania, kota Jakarta, danterlebih lagi bagi Persija Jakarta. Terlalu besar (potensi) konsekuensi yang harus kita bayar atas apa yang terjadi, tidak hanya bagi Jak mania namun juga Persija Jakarta, dan bisa jadi juga jalannya kompetisi di tanah air. Konsekuensi besar yang sudah barang tentu tidak kita semua inginkan.
Kesedihan saya semakin mendalam ketika melihat begitu banyak komentar yang terdapat di akun instagram saya, dimana diantara pendukung Persija Jakarta sendiri pun saling menyerang antara satu dengan yang lain. Dalam sebuah kesempatan saya pernah menyampaikan:
"Kekalahan memang sangat menyakitkan, namun lebih menyakitkan lagi jika kekalahan tersebut membuat kita menjadi terpecah-belah".
Dan oleh karena itu, serta untuk kebaikan bersama maka dengan berat hati sayapun memutuskan untuk menghapus semua komentar tersebut, dan meninggalkan pesan sebagai berikut:
"Dengan sangat terpaksa dan tanpa mengurangi rasa hormat kepada siapapun, saya harus menghapus segala komentar disini. Baik yang berupa kritik, saran, masukan serta dukungan bagi saya setelah pertandingan semalam. Hal tersebut agar tidak terjadi perdebatan yang lebih panjang mengenai diri saya yang berpotensi membuat kita semua menjadi terpecah-belah.
Namun demikian dapat saya pastikan jika saya
membaca semua pesan yang anda sekalian tinggalkan dalam akun instagram saya ini, dan oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
"Kekalahan memang sangat menyakitkan, namun lebih menyakitkan lagi jika kekalahan tersebut membuat kita menjadi terpecah-belah".
Kegagalan pinalti sepenuhnya menjadi tanggung
jawab saya, tidak ada alasan, dan oleh karena itu
saya akan perbaiki. Sedang apa yang anda sekalian dapat lakukan adalah kembali bersatu (jangan lagi ada perdebatan), kembali rapatkan barisan untuk mendukung tim kesayangan kita semua. Karena dalam situasi seperti ini Persija Jakarta sangat membutuhkan dukungan kalian semua. Regards, Bambang Pamungkas".
Kerusuhan yang terjadi akibat ulah (sebagian kecil) Jak Mania malam itu, sudah pasti akan memberikan efek negatif yang sangat luar biasa, tidak hanya bagi Jak mania, tapi juga Persija Jakarta. Karena sebagai klub, Persija Jakarta sudah pasti akan sangat dirugikan dengan kejadian tersebut.
Bukan bentuk dukungan yang seperti ini yang
Persija harapkan dari pendukungnya. Bukan fanatisme membabi-buta seperti ini yang Persija
inginkan dari manusia-manusia kreatif bernama
Jakmania. Yang kami butuhkan adalah dukungan positif (kritik, saran dan masukan) penuh kearifan agar kita dapat bersinergi dan bersama-sama
membangun, menjaga nama baik dan menjaga
kebesaran tidak hanya Persija, namun juga kota
Jakarta yang kita sama-sama kita cintai. Setelah apa yang terjadi pada malam itu, sudah seharusnya kita sama-sama merenung, dan melakukan introspeksi kedalam diri kita masing-
masing. Apakah kualitas kita sebagai manusia sedemikian buruknya, hingga tidak dapat mengendalikan diri, dan berlaku sedemikian rupa.
Apakah sudah tidak ada lagi ruang untuk rasa cinta dalam hati kita, sehingga kekerasan adalah respon dari sebuah kekecewaan. Apakah sedangkal itu kedalaman nilai dari ketulusan cinta kita kepada Persija Jakarta? Saya pikir tidak. Seperti yang saya sampaikan diawal tadi, saya masih percaya jika kualitas kita sebagai manusia jauh lebih baik dari apa yang tersaji pada malam itu. Dan oleh karena itu sudah selayaknya kita malu atas apa yang terjadi, dan segera memperbaiki diri. Oleh karena itu, mari kita segera merapatkan barisan, menahan diri dari segala bentuk provokasi, kembali berkoordinasi dengan kesatuan masing-masing, dan menghadapi segala permasalahan ini bersama-sama.
Atas nama rasa cinta, tidak hanya kecintaan kita kepada Persija, namun juga kota Jakarta, serta persepakbolaan Indonesia.
We Are Better Than This...!!!
-----------------------------------------
Quote:
Sebab
Lalu mengapa Insiden itu bisa terjadi ? bukan karena eksekusi pinalti BP tidak gol, sepertinya karena kekesalan Jak Mania terhadap aparat pada kasus Alfreza ditambah Gas Air Mata,, dilanjutkan segelintir orang turun kelapangan untuk menyerang polisi dan diikuti oleh puluhan orang.
Karena Logikanya Pinalti tidak Gol tidak sakit dibandingkan kepedihan terkena Gas Air Mata.
Gas Air Mata ditembakkan sebelum terjadi kerusuhan di GBK !!! ini Buktinya


!!!!!!!!
Lalu mengapa Insiden itu bisa terjadi ? bukan karena eksekusi pinalti BP tidak gol, sepertinya karena kekesalan Jak Mania terhadap aparat pada kasus Alfreza ditambah Gas Air Mata,, dilanjutkan segelintir orang turun kelapangan untuk menyerang polisi dan diikuti oleh puluhan orang.
Karena Logikanya Pinalti tidak Gol tidak sakit dibandingkan kepedihan terkena Gas Air Mata.
Gas Air Mata ditembakkan sebelum terjadi kerusuhan di GBK !!! ini Buktinya


!!!!!!!!
-----------------------------------------
Quote:
AKIBAT












/////












/////
-----------------------------------------
Quote:
Video GBK menjadi ajang perang bukan sepakbola

Ane turut berduka untuk korban atas kejadian insiden ini, -DAN-
Turut Berduka untuk pelaku atas KEBODOHAN yang mereka lakukan ini !
Semoga Kejadian ini dijadikan Momen Perubahan Jak Mania, bahkan seluruh suporter agar hal ini tidak terulangi kembali, diantara 2 pihak harus saling intropeksi dan semoga KETUM JAKMANIA AGAR LEBIH BAIK UNTUK MEMBINA JAKMANIA, ya seenggaknya evaluasilah
Semoga Kasus ini bisa terselesaikan dan diantara 2 elemen tsb bisa kembali menuju kebersamaan, kekeluargaan dan kekompakan aamiin
Diubah oleh razkyaditya 28-06-2016 05:51
0
8K
Kutip
60
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan