Haloooo agan-sista semuanya...bagaimana kabarnya hari ini??? Sehat semuanyaa kan,,,yang lagi puasa juga semoga puasanya lancar jaya terus bak Jalan Tol
*jalan tol sekarang malah macet parah ya wkwk
Pada kesempatan kali ini TS mau coba sedikit share tentang
"ASAL-USUL MUDIK". Kenapa TS mau bahas soal mudik?? Berhubung 10hari lagi menjelang lebaran pastinya agan-sista yang mau mudik sudah pasti prepare untuk persiapan mudiknya, entah pembelian tiket, pembelian baju lebaran, atau mungkin persiapan beli oleh-oleh buat yang dikampung. Serba ribet, serba repot yaa, tapi tetep jiwa udah bahagia banget kalau mau mudik seberapa repotnya kita. Yuk, jangan berlama-lama lagi intronya, kita langsung ke Thread utama saja...Cekidottt

Sudah tidak asing lagi ya agan-sista setiap setahun sekali budaya di indonesia ini saat menjelang lebaran tiada lain identik dengan kata "MUDIK". Tradisi dari jaman ke jaman memang mudik ini menjadi suatu icon utama yang hanya ada di Indonesia, perasaan senang dan semangat saat mudik lebaran ini sangat terasa ketika kita membawa suatu kabar gembira dan sesuatu perubahan positif yang ada pada diri kita sehingga saat keluarga dikampung halaman melihat sosok kita sudah berbeda dari tahun lalu merupakan kebanggan tersendiri bagi mereka. Pernahkah agan-sista berfikir kata "MUDIK" ini mempunyai sejarah yang sebagian besar orang mungkin tidak mengetahuinya, apa saja sih yang menjadi asal-usul mudik tersebut??? Yuk, kita simak penjelasan dibawah ini
Quote:
Mudik dari Betawi?
Dalam pergaulan masyarakat Betawi terdapat kata "mudik" yang berlawanan dengan kata "milir". Bila mudik berarti pulang, maka milir berarti pergi. Kata "milir" merupakan turunan dari "belilir" yang berarti: pergi ke Utara. Dulu, tempat usaha banyak berada di wilayah Utara - lihat sejarah Batavia dan Sunda Kelapa. Karena itulah kata "mudik" bermakna: Selatan. Sehubungan dengan kata ini, pendapat lain mengungkapkan bahwa kaum urban di Sunda Kelapa sudah ada sejak abad pertengahan. Orang-orang dari luar Jawa mencari nafkah ke tempat ini, menetap dan pulang kembali ke kampungnya saat hari raya Idul Fitri tiba. Karena itulah, kata "mudik" dalam istilah Betawi juga mengartikan "menuju udik" (pulang kampung).
Quote:
Mudik Budaya Agraris?
Ada pula pendapat mengatakan mudik merupakan tradisi primordial masyarakat petani Jawa. Mereka sudah mengenal tradisi ini bahkan jauh sebelum Kerajaan Majapahit berdiri.Biasanya tujuan pulang kampung untuk membersihkan pekuburan dan doa bersama kepada dewa-dewa di kahyangan untuk memohon keselamatan kampung halamannya yang rutin dilakukan sekali dalam setahun.Tradisi 'nyekar' masih terlihat hingga kini. Kebiasaan membersihkan dan berdoa bersama di pekuburan sanak keluarga sewaktu pulang kampung masih banyak ditemukan di daerah Jawa.
Quote:
Mudik Ada Sejak Nenek Moyang?
Bagaimana dengan pernyataan bahwa mudik telah ada sejak zaman nenek moyang? Beberapa ahli mengaitkan tradisi mudik ada, karena masyarakat Indonesia merupakan keturunan Melanesia yang berasal dari Yunan, Cina. Sebuah kaum yang dikenal sebagai pengembara. Mereka menyebar ke berbagai tempat untuk mencari sumber penghidupan. Pada bulan-bulan yang dianggap baik, mereka akan mengunjungi keluarga di daerah asal. Biasanya mereka pulang untuk melakukan ritual kepercayaan atau keagamaan. Pada masa kerajaan Majapahit, kegiatan mudik menjadi tradisi yang dilakukan oleh keluarga kerajaan. Sejak masuknya Islam, mudik dilakukan menjelang Lebaran.
Quote:
Mudik Dalam Kajian Bahasa Arab?

Untuk menguatkan akar mudik berkaitan dengan tradisi islami, beredar pula argumen makna mudik dalam kajian ala timur-tengah.
Kata "mudik" seperti istilah arab untuk "badui" sebagai lawan kata "hadhory". Sehingga dengan sederhana bisa diambil kesimpulan bahwa mudik, adalah kembali ke kampung halaman.
Mudik dari akar kata “ adhoo-a” yang berarti “ yang memberikan cahaya atau menerangi”
Ini bisa dipahami dengan mudah, bahwa mereka para pemudik itu secara khusus memberikan ‘cahaya’ atau menerangi kampung-kampung halaman mereka.
Mudik dari akar kata “ Adhoo-‘a”, yang berarti “ yang menghilangkan “
Selanjutnya, mudik berasal dari bahasa arab yang berarti : orang yang menghilangkan. Hal ini juga akan mudah kita tangkap, bahwa mereka pemudik itu adalah orang-orang perantauan yang dipenuhi beban perasaan kerinduan, dan kesedihan karena jauh dari orangtua, keluarga atau kampung halamannya. Karenanya mereka melakukan aktifitas mudik , dalam rangka ‘menghilangkan’ semua kesedihan tersebut.
Mudik dari akar kata “ adzaa-qo” yang berarti “ yang merasakan atau mencicipi “
Orang yang mudik ke kampung halaman pastilah mereka yang ingin kembali ‘merasakan dan mencicipi’ suasana kampung tempat kelahiran.
Quote:
Kata "Mudik" Mengartikan "Hulu"

Nah, sekarang TS akan menyarikan apa yang pernah ditulis oleh budayawan, sastrawan, guru besar Jakob Sumardjo. Buat kamu yang belum mengenalnya dan ingin berkenalan dengan tulisannya, coba dulu baca yang paling populer "Olenka". Ia juga populer sebagai kolumnis yang kerap dimuat di koran-koran nasional.
Pada zaman pramodern hanya dikenal komunikasi sosial lewat sungai. Hampir semua hunian tua di Indonesia selalu berada di tepi sungai. Karena sungai merupakan sarana komunikasi dan transportasi yang vital, maka dikenal adanya istilah arah hulu dan hilir, mudik dan muara. Pada waktu itu, kalau orang mengatakan mau mudik, jelas artinya mau pergi ke hulu. Dan kalau mau ke hilir, berarti mau ke arah muara. Orang yang menuju ke hulu dapat berarti “naik”, “munggah”, “pulang”, “ke hutan”, “ke kebun”, “ke bukit”, “ke kampung”. Sedangkan orang yang menuju ke hilir dapat berarti pergi, “keluar”, “ke pasar”, “merantau”, “kerja”.
Dengan demikian arah hulu lebih bermakna “perempuan” dan hilir bermakna “lelaki”. Perempuan adalah hulu adalah rumah adalah kampung halaman. Lelaki adalah hilir adalah luar adalah asing, atau rantau.
Dengan pola pikir yang demikian itu, munggah dan mudik maknanya sama, yakni kembali ke ibu, ke kampung halaman, ke nenek moyang, ke asal adanya, ya kembali ke fitrahnya. Begitulah kesadaran kolektif bangsa ini sejak zaman dahulu kala, yakni tidak pernah melupakan jati dirinya, asal usulnya, nenek moyangnya, kampung halaman tempat ia dilahirkan. Manusia Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, dalam hubungan munggah dan mudik ini, selalu ingat asal usulnya, indungnya, sangkan paran atau asal dan tujuan hidup ini.
Quote:
Mengapa Mudik Identik Dengan Lebaran?

Di zaman purba Indonesia ada upacara setiap tahun yang bermakna manunggal dengan nenek moyang sebuah komunitas. Sisa-sisa upacara demikian masih lestari dalam bentuk bersih desa, ngalaksa, seren taun, ngarot dan banyak lagi. Dalam upacara-upacara semacam itu dilakukan penyatuan manusia sebagai mikrokosmos dengan alam sebagai makrokosmos dan arwah nenek moyang berupa mitos-mitos sebagai metakosmos. Rangkaian upacaranya mulai dari mandi bersama (bersih badan), pantang dan puasa, ziarah kubur, seni pertunjukan yang mementaskan kisah mitologi nenek moyang pendiri wilayah, dan akhirnya makan bersama atau kenduri. Tempatnya bisa di tanah lapang, di balai desa, di leuwi, di mata air, di kuburan desa.
Dalam upacara-upacara tahunan semacam itulah seluruh penduduk kampung kumpul bersama, tua atau muda atau kanak-kanak. Upacara menyatukan diri seluruh penduduk kampung dengan makrokosmos dan metakosmos ini, dapat bermakna sangkan-paran atau kembali menyatu dengan yang asal. Mereka sedang munggah atau mudik. Kembali ke indung asal kehidupan ini. Kembali ke Sang Pencipta dengan seluruh warga yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Ketika agama Islam dipeluk oleh bangsa Indonesia, maka sisa-sisa ritual primordial ini tidak dilenyapkan karena sudah merupakan bagian dari arketip budayanya. Kalau tidak melakukan, mereka merasa ada yang hilang dari bagian dirinya sebagai kelompok. Padanan untuk itu adalah bulan puasa bagi umat Islam, atau puncaknya pada hari Lebaran. Tradisi manusia Indonesia untuk nyekar atau menebar bunga di kuburan nenek moyang, mandi bersama di pantai atau di sungai desa, mengirim makanan bagi sanak saudara, yang semua itu dilakukan sebelum bulan puasa, adalah inkulturisasi Islam terhadap budaya sebelumnya.
Nahh,,ternyata history tentang mudik ini lumayan menambah wawasan agan-sista kan tentunya??? Tradisi mudik yang sudah sangat melekat ini memang harus tetap dijaga keasliannya sebagai identitas yang hanya ada di Indonesia
Pesan dari TS buat agan-sista yang mau mudik : Tetap jaga keselamatan dalam berlalu lintas, istirahat sejenak dan tidak perlu memaksakan diri kalau sekiranya capek atau mengantuk. Cukup bawa perlengkapan mudik seperlunya dan tidak disarankan untuk membawa barang perhiasan yang bisa mengundang kejahatan buat diri kita sendiri