Kaskus

News

BeritagarIDAvatar border
TS
BeritagarID
Bellaetrix Manuputty: Oleh PBSI saya dibilang makan gaji buta

Terbaring, selimut putih menutup hingga ke dada Bellaetrix Manuputty. Pipinya agak tirus, tampak lebih kurus.

Lutut kirinya yang cedera masih terbalut perban dan besi penopang dengan bantal pelindung. Beban tubuhnya bersandar pada kaki kanan--saat berdiri.

"Mungkin sembilan bulan lagi saya baru kembali (tanding)," kata atlet tunggal putri badminton Indonesia itu saat wawancara dengan Heru Triyono dan fotografer Wisnu Agung Prasetyo dari Beritagar.id.

Kami menemui Bella, panggilan akrabnya, di kamar rawat inap, Paviliun Kartika, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, Jumat, menjelang senja (17/6/2016).

Lama tak muncul, peraih emas tunggal putri SEA Games 2013 itu mengejutkan publik, setelah melakukan operasi lutut pada Senin lalu (13/6/2016)--tanpa rekomendasi tim dokter PBSI (Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia).

Padahal ia diketahui sedang menjalani exercise therapy yang ditangani PBSI, karena cedera lutut yang dialaminya saat tampil di Piala Sudirman Mei tahun lalu.

Terapi latihan adalah suatu teknik fisioterapi yang mempercepat penyembuhan dari suatu cedera dengan menggunakan latihan-latihan gerakan tubuh.

Bella ternyata tak mengalami kemajuan dengan terapi itu. Oleh PBSI ia diminta menemui psikiater untuk memperkuat komitmennya dalam program penyembuhan.

Perempuan 27 tahun ini terkejut saat direkomendasikan ke psikiater, karena merasa jiwanya tidak sakit. Ia juga merasa telah menjalani terapi dengan baik. "Lutut saya sudah seharusnya dioperasi, bukan psikis," tutur Bella.

Pendapatnya berseberangan dengan dokter spesialis kedokteran olahraga dari PBSI, Michael Triangto, yang menilainya tidak utuh dalam menjalankan terapi. "Operasi adalah opsi jika terapi tak memberikan hasil," kata Michael mengutip Badmintonindonesia.org, Selasa (14/6/2016).

Selain Bella, atlet lain bernama Annisa Saufika menjalani terapi sama. Tapi, dua pekan berselang, kondisi Bella tak membaik. Berbeda dengan Annisa yang justru mengalami kemajuan. "Tolong bedakan terapi untuk pemain tunggal dan ganda," kata Bella bernada tinggi.

Sambil berbaring di ranjang pasien dia menjelaskan panjang lebar soal polemiknya dengan PBSI. Sementara Jane Thomas, sang bunda, menemaninya dalam perbincangan selama satu jam lewat tersebut. Berikut petikannya:
Bellaetrix Manuputty: Oleh PBSI saya dibilang makan gaji buta
Bellaetrix Manuputty, pemain bulu tangkis tunggal putri Indonesia, di kamar rawat inap Paviliun Kartika, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, Jumat menjelang senja (17/6/2016).

Berapa lama Anda mempertimbangkan untuk keluar dari Pelatnas PBSI di Cipayung?Saya tidak bilang keluar, tapi hanya memilih diam saja. Karena saya tidak tahu mau bagaimana. Saya sakit dan tidak bisa latihan maksimal tapi justru dibilang sakit jiwa, ya mending saya pergi.

Artinya Anda memilih pergi ketimbang cedera semakin parah...Seperti tidak ada yang percaya bahwa saya sakit. Bahkan mama saya sendiri sempat tidak percaya. Saya coba paksa latihan dua hari, tapi bengkaknya seminggu. Begitu seterusnya.

Apakah terapi medis (exercise therapy) yang dilakukan PBSI tidak cocok dengan Anda?Bukan tidak cocok. Pertama kali urat ACL saya sobek kan di Piala Sudirman Mei tahun lalu. Saat itu dokter di PBSI merekomendasikan ke Rumah Sakit Medistra untuk melakukan MRI (Magnetic resonance imaging) pada lutut saya.

Hasilnya didapati ada sobekan urat sebesar 20 persen. Ketika itu pemulihannya adalah minum obat, fisioterapi dan latihan. Tapi saat pertandingan di bulan Oktober nyatanya lutut saya bengkak lagi. Terapi itu tidak memulihkan kondisi saya. Dan ketika MRI dilakukan kembali di rumah sakit lain sobekannya sudah mencapai 60 persen.

*Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah urat di dalam sendi yang menjaga kestabilan sendi lutut.

Sebenarnya untuk jangka waktu berapa lama PBSI menyusun program pemulihan cedera bagi Anda?Saya diberi batas waktu 6 bulan. Jika tak sembuh maka saya keluar. Terhitung, sejak Mei tahun lalu sampai Februari 2016 saya ditangani PBSI, tapi kemudian saya memilih kabur sekitar pertengahan Maret.

Kenapa? Karena tidak enak tinggal di asrama tapi tidak ikut latihan. Ada pengurus (PBSI) bilang bahwa semenjak cedera, hidup saya enak di Cipayung dan dikatakan hanya makan gaji buta.

Wajar sih mereka berpendapat begitu, karena dokter PBSI-nya menyatakan saya sakit psikis, bukan fisik. Padahal dua dokter di luar PBSI yang saya minta opininya sudah merekomendasikan saya untuk operasi.

Bagaimana opini dari dua dokter yang menyarankan tindakan operasi terhadap Anda?Menurut dua dokter di Pondok Indah dan Siloam itu cedera saya memang sudah parah. Istilahnya lutut saya itu sudah oglek (goyang), dan berbahaya jika terus latihan dan bertanding.

Pertanyaan besarnya, kenapa tim dokter PBSI tidak menyarankan Anda untuk operasi?Salah satu dokter PBSI menyatakan operasi itu makan waktu lama, sehingga cukup dilakukan exercise therapy saja. Dia (dokter PBSI) itu bilang dokter yang menyarankan operasi hanya cari duit semata.

Saya merasa seperti dicuci otaknya. Karena terapi suntik dan latihan dari PBSI tidak berpengaruh juga ke saya.

Sebenarnya pengobatan lewat suntik itu efeknya apa dan ada kandungan apa di dalamnya...Saya tidak terlalu mengerti. Dokter PBSI yang lebih tahu.

Berapa kali dalam sebulan misalnya kebutuhan suntikan tersebut Anda dapatkan?Menurut dokter hanya dua kali saja. Jadi ketika itu disuntik, kemudian saya harus dua minggu bed rest, baru mulai lagi latihan dari awal.

Suntikan itu sifatnya menyembuhkan sementara atau permanen...Awalnya saya dan pelatih berpikir suntikan itu menyembuhkan dan mengandung doping--sehingga saya diperhitungkan tidak boleh bertanding selama lima bulan. Tapi ternyata suntikan itu murni doping saja, dan tidak menyembuhkan.

Bagaimana efeknya untuk cedera pada lutut Anda?Tetap saja tidak bisa menyambung urat saya yang sobek. Tidak ada perubahan yang saya rasakan, malah semakin parah. Sampai pada akhirnya ketika latihan di bulan Februari saya jatuh. Rasanya sakit.

Pelatih bingung cedera saya yang tidak kunjung sembuh. Saya kemudian diminta untuk konsultasi ke tim dokter lagi dan tidak disangka ketika itu saya justru dimaki-maki oleh salah satu dokter.

Apa alasan si dokter itu memaki-maki. Mungkin karena Anda tidak mengikuti petunjuknya dengan benar...Saya melapor ke dia bahwa kemarin latihan dan bengkak lagi. Saya juga minta dilakukan tindakan operasi. Tapi suara si dokter langsung meninggi dan membentak-bentak.

Si dokter bilang terapi saya sudah makan waktu lama, dan dikejar waktu. Si dokter juga malah bilang saya itu yang sakit jiwanya, bukan di kaki saya. Sebab itu saya didaftarkan ke psikiater di Kelapa Gading.

Cerita sakit Anda dianggap mengada-ada oleh tim dokter PBSI?Saya sudah bilang ke dokter PBSI bahwa saya tidak mengkhayal, apalagi mengada-ada, tapi dia tidak mau dengar. Malah saya disuruh jadi artis saja.

Yang jadi pertanyaan kenapa Anda sampai dituduh sakit jiwa, apakah ada riwayat Anda depresi dalam pemulihan cedera...Saya tidak tahu kenapa mereka berkesimpulan psikis saya yang sakit. Lagi pula saya juga tak berani menjelaskan lebih jauh lagi ke si dokter. Karena ketika dia bentak-bentak, saya hanya bisa menangis.

Tapi bukan kah wajar direkomendasi ke psikiater dalam rangka pemulihan dari trauma cedera?Masuk akal memang, trauma pasti ada. Tapi saya itu bukan diam saja, dan tetap tidak takut untuk latihan. Saya ini tidak trauma, tapi lutut saya yang sakit. Saya hanya sempat ke psikiater itu satu kali.

Lalu bagaimana hasil diagnosa psikiater itu?Psikiater bilang tidak ada masalah di jiwa saya. Jadi apa yang dokter PBSI khawatirkan tentang psikis saya tidak terbukti.

Persoalannya dari pihak PBSI menyatakan Anda tidak utuh mengikuti terapi, sehingga cedera tidak kunjung sembuh...Saya ini di bawah naungan PBSI. Saya ikuti apa yang disuruh dan segala aturannya. Kalau mau bandel saya sudah operasi cedera itu dari awal.

Tapi ada juga atlet sembuh dengan memakai terapi yang sama dengan Anda, misalnya Annisa Saufika?Iya betul, tapi kan dia pemain ganda campuran. Kalau ganda putri aktifnya masih 50-50 di lapangan. Tapi Anda tahu sendiri kalau ganda campuran bagaimana? Ya putrinya lebih pasif, lebih banyak yang putranya--untuk bermobilitas di lapangan.

Sementara tunggal putri, semuanya akan dilakukan sendiri. Jika bola jauh tidak bisa meminta pasangan untuk mengambil. Jadi lebih rentan sebenarnya.

Jenis cedera yang Anda derita di lutut itu sama dengan Annisa?Sama. Tapi begini, kalau mau membandingkan harusnya sama-sama yang tunggal, jangan dengan yang ganda campuran. Jelas definisinya berbeda. Coba Anda lihat Adriyanti Firdasari, pemain tunggal yang cedera sobek bantalan lututnya. Dia bareng terapinya dengan saya, tapi sudah tidak bisa main lagi karena bengkak terus.

Dari pengalaman teman dan saya sendiri itu ya saya ingin sembuh, dan akhirnya memutuskan operasi.

Kenapa tindakan operasi tidak dikomunikasikan dengan dokter PBSI?Saya sudah minta tapi kan tidak dikasih-kasih. Akhirnya saya bikin surat ke Pak Budi (Wakil Sekretaris Jenderal PP PBSI Achmad Budiarto) dan meminta izin operasi sendiri. Eh tahu-tahunya mahal biayanya he-he.

Seberapa mahal...Di atas Rp100 juta. Jumlah itu adalah hitung-hitungan saya dan mama untuk operasi di Filipina. Kemudian biaya operasi saya dibantu oleh salah satu pengusaha dan politisi di Indonesia, yaitu Pak Oesman Sapta.

Menurut Anda operasi menjamin kesembuhan secara total pada cedera Anda?Semoga sembuh karena sudah dioperasi. Adik saya pernah punya pengalaman cedera yang sama. Dia adalah atlet basket, dan sekarang sudah aktif kembali.

Semua tergantung kedisiplinan kita pasca operasi. Kalau disiplin pasti sembuh lebih cepat. Dokter menyatakan saya akan pulih dalam 9 bulan.

Sebelumnya Anda pernah memiliki riwayat cedera parah?Ini yang terparah, dulu hanya ngilu-ngilu saja.
Bellaetrix Manuputty: Oleh PBSI saya dibilang makan gaji buta
Bellaetrix Manuputty, pemain bulu tangkis tunggal putri Indonesia, di kamar rawat inap Paviliun Kartika, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta, Jumat menjelang senja (17/6/2016).

Bisa ceritakan bagaimana mulanya mengenal bulu tangkis?Awalnya ikut-ikut kakak. Dia aktif di basket, futsal dan badminton. Nah saat latihan badminton saya suka ikut. Kerjaan saya adalah kumpulin shuttlecock.

Kata pelatihnya, saya malah lebih semangat ketimbang kakak. Selanjutnya saya latihan sungguhan, dan tidak mau kalahan orangnya. Kalau kalah menangis, kemudian suka menambah porsi latihan sendiri, sesudah yang lain pulang.

Klub pertama saya adalah Dian Jaya di Bekasi, lalu saya masuk ke klub Jaya Raya--yang merupakan klub pemain idola saya yaitu Susi Susanti.

Cita-cita kecil Anda memang ingin menjadi atlet badminton?Nggaklah. Pas kecil saya ingin jadi penari, bahkan sampai pernah ikut sebuah sanggar.

Tahun berapa Anda dipanggil ke Pelatnas PBSI Cipayung?Antara tahun 2006 atau 2007.

Menurut Anda pada tahun itu ada banyak bibit-bibit berbakat terutama di sektor tunggal putri?Banyak sekali. Saya lihat bagus-bagus. Tekniknya lebih baik dibanding dengan pemain luar negeri.

Tapi kenapa sulit sekali menemukan pengganti Susi Susanti. Bahkan ketika Anda merebut emas SEA Games 2013 saja, itu setelah 6 tahun tunggal putri Indonesia puasa gelar...Sabar saja. Menurut saya prestasi itu adalah buah kerjasama antara pelatih dan pemain. JIka metode kepelatihan pas, maka yakin deh gelar dan prestasi lain akan menyusul.

Anda dianggap sebagai salah satu atlet berparas cantik. Menurut Anda mungkin tidak seorang atlet mengubah haluan menjadi seorang artis...Kenapa enggak? Yuni Kartika (pemain bulu tangkis era 90-an) sekarang jadi presenter televisi.

Anda sendiri pernah berkecimpung di dunia hiburan?Saya pernah menjajal film televisi, meski bukan pemeran utama. Lalu pernah juga mengisi acara olahraga dengan menjadi presenter di televisi swasta.

Setelah tidak jadi atlet lagi ada kemungkinan terjun di dunia hiburan dong...Lihat nanti. Yang pasti saya suka cuap-cuap. Asyik juga ya jika jadi penyiar radio.

Btw, apa langkah Anda selanjutnya setelah pulih dari cedera, kembali ke Pelatnas PBSI?Saya tidak berpikir ke sana, saya fokus untuk sembuh lebih dulu.
Bellaetrix Manuputty: Oleh PBSI saya dibilang makan gaji buta
Pemain bulu tangkis tunggal putri Indonesia, Bellaetrix Manuputty, bertanding melawan pemain Thailand, Busanan Ongbamrungphan, dalam final bulu tangkis tunggal putri Sea Games ke 27 di Wunna Theikdi Indoor Stadium (C), Nay Pyi Taw, Myanmar, Sabtu (14/12/2013). Bellaetrix merebut medali emas setelah menang tiga set: 9-21, 21-13, 21-13. Bellaetrix Manuputty: Oleh PBSI saya dibilang makan gaji buta


Sumber : https://beritagar.id/artikel/bincang...akan-gaji-buta

---

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
3.3K
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan