
Uang, mungkin bisa disebut sebagai benda yang paling familiar bagi manusia. Bagaimana tidak, setiap orang memegang benda ini berkali-kali dalam sehari. Tapi belum banyak yang tahu, jika benda yang paling banyak dicari dan digandrungi ini, butuh biaya besar sebelum sampai ke tangan kita. Secara aktual, nilai uang Rp 1.000 sebetulnya lebih besar dari nilai yang tertera tersebut.
Logikanya begini, untuk menghasilkani satu lembar uang pecahan Rp 1.000, banyak proses yang dilalui. Nah, biaya-biaya inilah yang membuat nilai uang Rp 1.000 membengkak. Dalam setahun, otoritas keuangan paling tidak mengeluarkan biaya Rp 160 triliun untuk menghasilkan uang hingga bisa digunakan (sampai ke tangan masyarakat).
Lebih jelasnya, berikut ane uraikan biaya-biaya yang dikeluarkan sebelum uang sampai ke tangan kita.
Quote:
Quote:
Produksi uang melalui proses yang kompleks. Mulai dari pembuatan desain, pemilihan kertas hingga proses cetak. Produksi uang dilakukan oleh Perum Peruri, satu-satunya perusahaan yang mampu dan diberi kewenangan oleh Bank Indonesia (BI) untuk mencetak uang kertas asli. Untuk pengadaan uang, terdiri dari pembelian kertas yang memakan hingga Rp 3 triliun pertahun.
Quote:
Quote:
Setelah biaya produksi, biaya lain yang dikeluarkan untuk setiap lembar atau keping uang adalah biaya distribusi. Uang diangkut dari pusat produksi PERURI di Karawang, ke Bank Indonesia. Dari Bank Indonesia, uang kemudian disebarkan ke perwakilan-perwakilan Bank Indonesia di daerah, sebelum akhirnya disebarkan ke bank dan lembaga keuangan lain untuk didistribusikan ke masyarakat.
Guna menyebarkan uang ke berbagai daerah, biaya yang dikeluarkan setiap tahun mencapai angka Rp 10 triliun.
Quote:
Quote:
Setiap satu lembar atau satu keping uang, memerlukan penjagaan keamanan berlapis. Terlebih jika jumlahnya banyak, seperti yang terdapat di bank-bank. Maka biaya keamanan yang dikeluarkan sangat besar, mulai dari pembuatan gudang/gedung khusus beserta seluruh perangkat keamanannya, pengadaan safety box/brankas hingga menggaji tenaga sekuriti.
Quote:
Quote:

Uang layak edar memiliki standar dan kriteria khusus yang diatur oleh undang-undang. Uang tidak layak edar disebabkan oleh dua hal, yaitu kondisi uang rupiah yang lusuh atau cacat dan kondisi uang rupiah yang rusak.
Uang rupiah yang lusuh adalah uang yang ukuran dan bentuknya tidak berubah dari asalnya tapi kondisinya telah berubah karena jamur, minyak, bahan kimia, atau coretan.
Selain itu uang rupiah yang rusak adalah uang yang telah berubah fisiknya karena terbakar, berlubang, hilang sebagian, robek, atau mengerut.
Sebagai contoh, tahun 2014 sejumlah 5.195 miliar lembar uang kertas dimusnahkan. Itu setara dengan Rp 111,575 triliun.
Quote:
Quote:
Selain biaya material, proses pencetakan uang juga membutuhkan biaya waktu yang cukup lama. Jika dihitung dari pemilihan gambar pahlawan, mendesain, hingga dicetak, prosesnya mencapai 24-28 bulan.
Quote:
Sadar dengan inefisiensi atau pemborosan jika terus menggunakan uang kertas dan uang logam, otoritas keuangan melakukan kampanye non tunai untuk membangun cashless society. Intinya, kampanye ini mengajak masyarakat untuk mengurangi penggunaan uang tunai dan beralih ke transaksi non tunai.
Lembaga keuangan dan perusahaan-perusahaan pun menyambut langkah positif gerakan nontunai. Sebab memang, penggunaan non tunai ini menguntungkan bagi kalangan lembaga keuangan. Transaksi non tunai lebih aman dan efisien.

Quote:
Bentuk sambutan tersebut terlihat dari bermunculannya produk e-money yang dirilis oleh perbankan maupun lembaga keuangan non bank. Bahkan, perusahaan dari luar pun ikut meramaikan bursa e-money. Salah satunya adalah True Money yang berpusat di Thailand.
Dirilis awal tahun ini secara resmi, TrueMoney menggebrak Indonesia dengan sejumlah program. Di televisi, kita misalnya melihat bagaimana iklan perusahaan ini menghiasi layar kaca sepanjang bulan puasa.
Bahkan untuk melakukan edukasi perlunya mewujudkan masyarakat non tunai, True Money menggelar aktivasi brand dalam tajuk kampung ramadhan. Acara ini sendiri digelar marathon sepanjang bulan Ramadhan di delapan kota besar di Indonesia seperti Makassar, Bogor, Jogja dan Medan.

Di sistem belanja online, transaksi cashless berlangsung aman. Kaskus misalnya, membuat platform pembayaran rekening bersama (Rekber) yang dilengkapi sistem sekuriti berlapis. Kekhawatiran bahwa transaksi non tunai rentan diretas, terbantahkan dengan sendirinya.
Keterlibatan pihak swasta/perusahaan dalam mengedukasi masyarakat terkait keuntungan penggunaan uang elektronik dan bertransaksi non tunai, tentu membantu tugas pemerintah. Sebab selama ini, kita masyarakat sudah terbiasa bertransaksi dengan uang tunai. Memegang ‘uang asli’ sudah bagian dari kebudayaan. Untuk mengubah kebiasan ini, perlu effort yang lebih.
Oke agan dan sista, demikian thread ane. Semoga bermanfaat. Ane tunggu
dan
Sumber : Pemikiran Ane Sendiri