Kaskus

Entertainment

tempolongbolongAvatar border
TS
tempolongbolong
natuna kepulauan dengan lantai batu
bantai malingshit
Spoiler for natuna:


Mungkin beberapa orang belum pernah mendengar nama ini, walau termasuk dalam wilayah Kepulauan Riau, tetapi Kepulauan Natuna terletak jauh di utara sana. Jika kita lihat di peta mungkin kita akan menyangka bahwa kepulauan ini masuk dalam wilayah Kalimantan karena letaknya yang lebih dekat. Dengan letaknya yang berada diantara Malaysia Barat dan Borneo, tak heran jika dulunya kepulauan ini menjadi daerah rebutan. Apalagi simpanan minyak dan gas buminya yang masih melimpah, daerah inipun diperebutkan oleh tiga negara: Indonesia, Malaysia, dan Cina.

Dari masyarakatlah saya mengetahui bagaimana akhirnya kepulauan ini masuk dalam wilayah Indonesia. Menurut kisah yang beredar di masyarakat, untuk menengahi masalah itu seorang Presiden Indonesia mengusulkan tempat itu menjadi pangkalan militer bersama, maka setiap negara mengambil tugas masing-masing untuk mewujudkan pangkalan tersebut.

Cina dan Malaysia menyiapkan infrastruktur, sedangkan Indonesia menyediakan tentara yang saat itu memang hebat. Setelah pembangunan selesai, ternyata Natuna diambil alih oleh Indonesia dengan alasan disanalah pangkalan militer Indonesia berkedudukan bahkan sampai sekarang.

Sebagai daerah pangkalan militer, tak banyak yang ingin pergi kesana, memang ada apa sih di Natuna? Yang terbayang adalah seperti pulau kecil dengan banyak kapal–kapal militer bersandar. Tapi ini tak mengurung niat saya untuk pergi kesana, saya yakin dengan letaknya yang berada di antara itu pastilah menyimpan banyak rahasia, terutama apa yang ada di bawah lautnya.

Saya naik kapal perintis dari Pemangkat, Kalimantan Barat. Butuh dua hari untuk mencapai Natuna karena selain kapal tidak begitu laju, kami juga berhenti di beberapa pulau kecil untuk menurunkan bahan pangan. Bagi saya, pengalaman ini menarik, sepanjang malam saya tidur di atap geladak sambil memandang nebula dalam galaksi bimasakti yang terlihat jelas. Pagi hari terbangun oleh kirana matahari terbit. Walaupun dalam kapal penuh sesak, ternyata saya dapat menikmatinya.

Akhirnya saya tiba di Pulau Bunguran – pulau terbesar di Kepulauan Natuna Besar, terlihat orang dari penginapan menu-nggu kedatangan saya. Kami menyusuri garis pantai bagian barat, kompleks militer dan kompleks Masjid Ranai pun terlewati. Ketika sampai di penginapan, dari luar terlihat biasa saja. Namun begitu masuk ke dalam, saya langsung melihat gugusan acak batuan granit super besar di belakang penginapan yang menghadap pantai. Gugusan batuan granit ini ternyata juga ditemukan sepanjang kepulauan di Selat Karimata, mulai dari Natuna hingga Belitung. Konon katanya, batuan ini berasal dari ledakan gunung Danau Toba zaman dahulu.

Hari pertama langsung dihabiskan dengan menikmati pantai, mencium segarnya udara, melihat cerahnya biru langit, mencoba menggambar awan diatas batuan besar yang lebih besar dari kasur saya hingga matahari merona menjadi jingga. Malam harinya, saya pun menyiapkan peralatan menyelam untuk besok. Kemudian setelah semua tabung terisi, saya kembali ke penginapan. Sebenarnya hasrat untuk menikmati rasi bintang dari atas kasur batu itu masih ada, kalau saja tidak terhalang oleh banyaknya nyamuk.

Pagi hari, saya menyempatkan lari pagi di sepanjang pantai. Bibir pantai mengecil di beberapa bagian, juga ada yang tersambung dengan anak sungai. Masih sangat alami. Sepanjang pantai saya melihat beberapa rumah yg menghadapkan daerah servisnya ke pantai. Sayangnya kebiasaan menjadikan laut sebagai tempat pembuangan masih kerap ditemui hingga wajar saja di beberapa bagian menjadi sangat kotor.

Pagi hari yang cerah, setelah berkeringat di pagi hari, sebelum matahari tinggi, saya pun bersiap untuk menjelajahi dunia bawah laut Natuna. Berangkat dengan kapal kecil yang disebut pompong oleh penduduk sekitar. Tujuan pertama adalah pulau Senoa yang terletak persis di depan tempat saya menginap.

Pulau Senoa ini adalah salah satu dari 92 pulau terdepan Indonesia. Airnya dari atas terlihat sangat jernih, tetapi ternyata visibility tidak terlalu jauh, kurang dari 12 meter. Banyak ikan besar melintas disini, seperti ikan napoleon, penyu, hiu, bahkan pada musim tertentu dilewati oleh Whaleshark. Pada musim tertentu ada Paus yang terdampar di pantai, bahkan di tempat saya menginap pun terdapat tulang belulang Paus yang sudah di rangkai ulang.

Berikutnya kami pindah spot di-ving, kali ini lokasinya hanya pasir tanpa koral. Ternyata disini tempatnya pari-pari berterbangan. Satu hal yang paling saya ingat adalah saat saya menginjak pasir, berdiri di dasar laut, kaki saya tidak masuk dalam pasiran, namun kokoh seperti biasa. Saat pasir mulai terdispersi, saya tahu bahwa saya baru saja menginjak bebatuan besar, beba-tuan granit yang menjadi lantai laut. Selain wisata laut saya juga berkeliling pulau dengan menumpang sebuah truk yang lewat. Di Natuna, kendaraan umum hanya disediakan untuk para pelajar, angkutan itu gratis dan hanya lewat saat jam pergi dan pulang sekolah. Berkeliling sebagian pulau ini membuat saya sadar bahwa budaya kota besar dan masyarakat di pulau sangat berbeda, terutama karena daya saing yang kurang, akses informasi yang minim, membuat alur hidup terasa sangat lambat, bukan malas.

Saya merasa tidak sabar melihat keajaiban lain yang ada di Indonesia. Saya yakin harta karun terindah bisa ditemukan saat kita mengenal negeri kita apa adanya. Harta karun itu bukanlah guci antik dan emas yang terkubur ratusan tahun tapi rasa cinta terhadap bangsa ini.

bantu ane emoticon-Rate 5 Starya gan biar pemerintah lebih menjaga pulau nya
0
2.3K
16
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan