Gerakan perlawanan dari internal kelompok relawan pendukung calon petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, Teman Ahok mulai muncul ke permukaan.

Sejumlah orang yang habis kontrak hingga dipecat oleh Teman Ahok mulai membongkar praktek-praktek culas para relawannya untuk mengumpulkan KTP.

"Kami direkrut Teman Ahok dengan surat tugas mengumpulkan KTP untuk Ahok maju sebagai independen. Bahkan beberapa nama dan nomor hp kami masih tercantum di website Teman Ahok," ujar mantan Relawan Teman Ahok, Paulus Romindo dalam konferensi pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (22/6/2016).

Saat masih menjadi relawan Teman Ahok, Paulus merupakan Penanggung Jawab (PJ) untuk Kelurahan Kamal, Jakarta Barat. Ia bergabung sejak November 2015 dan tidak diperpanjang kontrak pada bulan Mei 2016.

Selama itu, ia beserta PJ lainnya ditargetkan mengumpulkan 140 KTP per minggu dengan imbalan Rp500.000. PJ akan mendapat imbalan tambahan sebesar Rp500.000 jika selama satu bulan memenuhi target. Biasanya, Paulus mendapat uang satu bulan Rp2.500.000.

"Kami dikejar target dan kami perlu tambahan uang. Saya jarang mencapai target kalau murni. Untuk menyiasati target, ada modus-modusnya," ungkap Paulus.

Para relawan menggunakan cara-cara tidak fair untuk 'kejar target' 1 juta KTP sebagai syarat Ahok maju secara independen.

"Mereka menggunakan data KTP yang dikumpulkan untuk program KKS (Kartu Keluarga Sejahtera) Jokowi, membeli dari oknum-oknum kelurahan atau RT dan barter KTP dengan sesama PJ dari wilayah lain," tandas Paulus.


http://rimanews.com/nasional/politik...ibu-Per-Minggu