act.idAvatar border
TS
act.id
Trauma Longsor Membekas, Ekonomi Warga Tertatih

ACTNews, PURWOREJO - Sudah lima hari pasca terjangan longsor, warga kampung sudah makin banyak yang berlalu-lalang melintasi spot utama longsoran, persis di atas sungai yang berada di bibir Kampung Donorati. Sementara lebih dari seratusan relawan gabungan dan anggota TNI, termasuk relawan ACT, masih fokus mencari 3 jasad tersisa yang belum ditemukan hingga jelang senja di hari ketiga.

Menggunakan tongkat kayu seadanya mereka berjalan berbaris beriringan memunggungi bukit yg longsor, sambil menusuk-nusukkan ujung tongkat ke dalam tumpukan lumpur. "Kita tusukkan ke dalam tanah lumpur ini, karena sudah tiga hari, biasanya akan tercium aroma jasad dari lubang atau ujung tongkat kalau memang ada jasad di balik lumpur," ujar salah seorang relawan.

Sementara di ujung lain area dimana 5 rumah beserta penghuninya tertimbun longsoran, backhoe mini membersihkan sisa-sisa batang kayu yang menutupi aliran sungai. Aktivitas ini menjadi tontonan tersendiri bagi ratusan warga Kampung Donorati yang selamat dari longsoran. "Ya karena warga sini kan masih berkerabat, termasuk mereka yang tertimbun di bawah situ," ujar Sarini (60), di samping rumahnya yang nyaris menjadi korban amukan 'ombak' longsoran tanah. Kediaman Sarini tak lebih dari selemparan batu dari titik rumah tetangganya yang hancur dilibas runtuhan longsor setinggi puluhan meter.

Sarini berkisah, malam itu seusai berbuka puasa kondisi gelap gulita. Hujan sejak siang hari memicu mati listrik selama berjam-jam. Dalam gulita, Ia mendulang air bocoran atap yang masuk ke rumahnya. Lepas kumandang azan Maghrib itu kondisi hujan makin deras. Lebatnya hujan sudah turun sejak pukul 15.00. seketika itu ia mendengar suara gemuruh dari belakang rumahnya.

"Seperti suara helikopter besar itu lho Pak…wung…wung…wung. Saya keluar bawa senter, ada gulungan tanah seperti ombak itu dari arah bawah dekat sungai," tutur Sarini. Longsoran berasal dari bukit setinggi hampir seratusan meter, meluncur ke bawah menerjang sungai yang juga membawa bandang lumpur akibat longsoran dari kampung di sebelah Donorati. Luncuran tanah bercampur batu besar dan batang-batang pohon itu baru berhenti persis di samping rumah Sarini yang berada sedikit di atas kelima rumah yang hancur tertimbun longsoran.

"Warga panik, berteriak-teriak keluar rumah, hujan masih deras. Berlarian ke sekitar rumah pergi ke musala kampung di atas," kisah Sarini. Ia bersyukur rumah dan keluarganya luput dari terjangan longsoran. "Tapi sampe sekarang saya masih deg-degan terus ini Pak. Ndak hilang-hilang," tutur Sarini tersenyum kecut membayangkan longsor yang sejengkal lagi nyaris menimbun rumahnya.

Trauma dan duka itu masih menyeruak di senja sore hari kelima pasca kejadian ini. Sejenak pasca kejadian longsor, otomatis nyaris seluruh kehidupan normal seribuan warga terdampak longsor tak berdetak. Sebab mata pencaharian warga Donorati sebagian besar berasal dari hasil berkebun. Kebun mereka, sebagian besarnya berada di atas perbukitan. Termasuk bukit yang di hari Sabtu malam itu luruh menggelontor dengan hebat menghantam Kampung Donorati.

Kebun itu berisi albasia, palawija, cengkeh dan sebagainya. "Itu di atas sana, tiga pohon cengkeh saya hilang ikut longsoran. Padahal paginya saya baru dari sana, dan cucu saya juga baru saja ambil kelapa di atas sana. Alhamdulillah..," ujar Sarini. Selama trauma itu masih membekas, praktis warga Donorati empat hari pasca longsor mayoritas belum dapat beraktivitas kembali.

Longsoran yang terjadi di tiga kecamatan di Purworejo ini—Kecamatan Loano, Kecamatan Purworejo dan Kecamatan Kaligesing—terhitung menimpa Desa Karangrejo (korban jiwa 16 orang dan kases jalan terputus), Desa Pacekelan (korban jiwa 3 orang), Desa Sidomulyo (Dusun Makam Dowo dan Ngerukem terisolir), Desa Donorati (korban jiwa 14 orang), Desa Keseneng (korban jiwa 2 orang) dan Desa Jelok (korban jiwa 4 orang, luka 6 orang). Untuk kesemua desa tersebut, Aksi Cepat Tanggap (ACT) telah menyiapkan Paket Pangan Ramadhan untuk semua warga di sana. Pembagian paket sudah dimulai pada Rabu sore (22/2), yang pemberiannya dilakukan langsung oleh President ACT, Ahyudin, di Posko Kemanusiaan Longsor Purworejo.

Aktivitas yang belum berdetak normal membuat hari-hari ke depan pun masih belum jelas bagi mereka. Butuh waktu yang tak sebentar untuk menyelaraskan irama hidup kembali. Semoga paket pangan mampu menghibur hari-hari warga menjalani Ramadhan tersisa.[]

Penulis Bambang Triyono

Ayo Berpartisipasi



0
1.9K
17
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan