Sebuah 'mobile tower' disiapkan di area Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Minggu (19/6/2016).
PT Angkasa Pura II (AP II) batal menyematkan kata "ultimate" di belakang nama Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang baru.

Kepala Sekretaris Perusahaan dan Hukum AP II, Agus Haryadi, beralasan pembatalan nama belakang tersebut hanyalah agar mempermudah penyebutan Terminal Bandara Soekarno Hatta, bukan lantaran banyaknya kritikan atas nama "ultimate" tersebut.

"Kami tegaskan, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta saat ini hanya terdapat Terminal 1, 2, dan 3," kata Haryadi dalam siaran pers yang ditayangkan Antaranews.com, Rabu (22/6/2016).

Awalnya, kata Terminal 3 Ultimate merujuk pada proyek pengembangan dan perluasan Terminal 3 yang kini ada, yang diresmikan pada 2009 oleh Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono.

Bahwa pengembangan Terminal 3 saat ini sudah paling maksimal, dan tidak bisa lebih dari yang sudah berdiri saat ini, maka jika ada pembangunan terminal baru, kemudian terminal itu akan menjadi Terminal 4.

Melihat perkembangan saat ini, kata Haryadi, di mana proyek pengembangan terminal itu hampir usai dan akan segera dioperasikan maka pihak AP II secara resmi menggunakan nama Terminal 3.

Kata ultimate dalam bahasa Inggris bemakna paling akhir, paling mutakhir, atau paling akbar, dan sejenisnya. Kata ultimate itu berasal dari bahasa Latin, yaitu ultimatus, dengan kembangan ultimare, ultim(us), dan ultima.

Sebelumnya, Anggota Komisi X DPR, Mustafa Kamal, di Jakarta, mengritik penggunaan kata ultimate pada nama terminal baru karena hal itu bukanlah kata bahasa Indonesia.

"Segala aktivitas perdagangan harus menggunakan bahasa Indonesia, tapi ada bandara yang tidak menggunakan Bahasa Indonesia. Bagaimana bandara baru Terminal 3 menggunakan bahasa asing yaitu ultimate," ungkapnya.

Lebaran belum bisa jalan

Selain batal menggunakan nama "ultimate", Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta ini juga batal dioperasikan pada 20 Juni 2016, maupun beberapa hari jelang Lebaran.

Alasan utama penundaan izin operasi dikarenakan alasan keselamatan yang dinilai belum dipenuhi oleh AP II selaku pengelola. Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, menyatakan verifikasi ulang dalam waktu dekat juga tidak bisa mengubah status penundaan operasi terbatas terminal yang memakan biaya hingga Rp7 triliun ini.

Sebelumnya, AP II menyatakan telah melakukan evaluasi dan memperbaiki sistem pendukung kelistrikan di Terminal 3.

Bahkan, pihaknya telah menempatkan tower portable yang bertujuan mendukung menara pemandu lalu lintas udara (air traffic controller/ATC) utama dalam memantau pergerakan pesawat dan lainnya di sisi udara Terminal 3.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...soekarno-hatta

---