Kaskus

News

sabaran2011Avatar border
TS
sabaran2011
BRISAT vs SATELIT INDOSAT
Sebagai pencerahan, mungkin berita yang terlambat beberapa hari ini bisa dimaklumi.

Dibalik cerita penjualan INDOSAT ternyata ada sesuatu yang lebih DAHSYAT yaitu terjualnya SATELIT satu-satunya milik INDONESIA.
Rangkaian berita ini semoga bisa menjadi bahan instrospeksi kita, jangan sampai melihat sesuatu dari kulitnya saja.


---
http://katadata.co.id/berita/2015/04...bank-bumn-lain
KATADATA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menyatakan siap berbagi manfaat penggunaan satelit yang dimilikinya untuk kegiatan transaksi perbankan pelat merah lainnya. Berbagi manfaat ini sebagai upaya efisiensi dan persiapan konsolidasi perbankan badan usaha milik negara (BUMN).

Direktur Utama BRI Asmawi Syam menuturkan, perseroan akan mengikuti rencana pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas. “Kalau untuk efisiensi nasional, kan pemiliknya sama (pemerintah). Tinggal kami lihat seperti apa? Di mana bisa kami koneksikan?” kata dia seusai rapat kerja dengan Komisi XI DPR di Jakarta, Senin (6/4).

Saat ini perkembangan pemasangan satelit sudah selesai 50 persen dan akan mulai diaktifkan pada Juli 2016. Menurut Asmawi, penggunaan satelit akan memudahkan perseroan dalam menjalankan program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai yang diinisiasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Terutama, untuk menjaring nasabah yang ada di kawasan pedesaan.

“Di Wamena, transaksinya (Laku Pandai) kan luar biasa. Semua sistem pembayaran akan dilayani teknologi satelit. Harapan kami 2015 menjadi ‘the biggest national bank’. Jangan dilihat uangnya tapi transaksinya,” ujarnya.

Komisi XI DPR yang membidangi keuangan dan perbankan mengapresiasi BRI yang berinvestasi di bidang satelit. Anggota Komisi XI Abdul Kharis Almasyhari berharap, pemanfaatan satelit dapat mendorong kegiatan transaksi perbankan di pedesaan serta meningkatkan penyaluran kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Ketua Komisi XI Fadel Muhammad menambahkan, BRI dapat mengoptimalisasikan sistem pengamanan dalam program Laku Pandai ini. “Termasuk mengembangkan teknologi perbankan,” ujar dia.

- See more at: http://katadata.co.id/berita/2015/04....8vYyhTj0.dpuf



---
http://www.merdeka.com/uang/patrioti...r-angkasa.html
Merdeka.com - Dari Tual terbang ke Bali. Dulu jual sekarang beli. Itulah pantun yang tiba-tiba diucapkan seorang tokoh saat berada di dalam lift kantor pusat Bank Rakyat Indonesia ( BRI ).

Hari itu Direktur Utama BRI , Sofyan Basyir, menandatangani kontrak pembelian satelit dari perusahaan Amerika Serikat Space System/Loral, LLC. Satelit itu akan diluncurkan oleh perusahaan Prancis, Arianespace.

Presiden SBY hadir di acara itu meski tidak memberi pidato sambutan. Saya dan Menkominfo Tifatul Sembiring mendampingi beliau. Banyak pertanyaan wartawan setelah itu: Perlukah BRI beli satelit sendiri? Mengapa dilakukan sekarang ketika mau pilpres?

Saya sudah biasa menerima pertanyaan yang menyelidik seperti itu. Jadi jawabannya pun juga sudah di luar kepala.

Yang paling tahu perlu beli satelit sendiri atau tidak tentu manajemen BRI sendiri. "Kalau Indonesia itu seperti Tiongkok atau India, memang tidak perlu," jawab Sofyan Basyir, Dirut BRI . Dua negara itu berupa daratan (mainland). Komunikasinya bisa lewat kabel.

Tapi Indonesia ini berpulau-pulau, jarak dari barat sampai ke timurnya 5.200 km. Jaringan BRI menyebar ke seluruh pelosok dan ke seluruh pulau.

"Kalau BRI sudah puas seperti ini, juga tidak perlu satelit," tambahnya.

Meski BRI sudah menjadi bank yang sangat besar, harus terus berkembang. Besar untuk ukuran Indonesia belum besar untuk ukuran dunia. BRI sudah menjadi micro banking terbesar di dunia. Sistemnya harus benar-benar kuat. Sistem teknologi informasinya harus benar-benar modern.

Masih ada lagi. "Kalau harga satelit itu mahal, juga tidak perlu," kata Sofyan Basyir. Bagi BRI , dengan laba tahun lalu Rp 21,5 triliun, pengadaan satelit ini berada dalam jangkauan kemampuannya. Apalagi pengeluaran rutin untuk komunikasinya sudah mencapai Rp 500 miliar setahun.

"Kalau punya satelit sendiri pengeluaran itu bisa turun menjadi kurang dari Rp 250 miliar setahun. Ada penghematan Rp 250 miliar setahun," ujar Sofyan.

Saya memang menyetujui langkah besar BRI ini. Dengan demikian BRI bisa memberikan pelayanan lebik baik. Bahkan bisa leluasa membuka jaringan di pulau sejauh apa pun dan seterpencil apa pun. Pulau-pulau yang jauh itu tidak lagi jauh secara sistem. Semuanya bisa dikontrol secara tersentral dan real time.

Tapi mengapa dilakukan sekarang? Ketika dekat pilpres? Pertanyaan ini sama sekali tidak relevan. Sebuah korporasi harus tetap bergerak di saat apa pun. Sebelum pilpres atau sesudah pilpres. Korporasi bukan institusi politik dengan siklus politiknya.

Bila kita melakukan sesuatu di hari Senin, akan ditanya mengapa tidak Selasa. Dilakukan Selasa pun pasti akan ditanya mengapa tidak Rabu! Tidak akan ada habis-habisnya.

Saya ingin terus mendorong BRI maju. Mumpung momentumnya tepat. Kadang momentum muncul hanya sekali. Kalau tidak dimanfaatkan bisa lewat begitu saja.

Apalagi pembelian satelit oleh BRI ini mengandung unsur patriotisme dan kebanggaan nasional yang tinggi. Ini bukan pidato tentang patriotisme. Ini langkah nyata.

Kapling orbit satelit ini dulunya milik Indonesia. Jelasnya milik Indosat. Namun ketika Indosat dijual tahun 2002, satelit tersebut ikut terjual. Kapling satelit itulah yang kini "direbut" kembali oleh BRI .

Tidak gampang. Sulit. Sangat sulit. Saya bersyukur usaha yang ruwet itu akhirnya berhasil.

BRI (dan kita semua) sangat berterima kasih kepada Menkominfo Tifatul Sembiring. Beliaulah yang berada di depan untuk berjuang mendapatkan kembali kapling satelit itu. Tentu juga mendapat dukungan penuh Bapak Presiden SBY. Perjuangan satelit ini tidak kalah heroiknya dibanding dengan perjuangan mendapatkan Inalum tahun lalu.

Seandainya perjuangan "merebut" kembali kapling satelit ini tidak sulit, tidak perlu memakan waktu. Pembelian satelit itu pun sudah bisa dilakukan tahun lalu. Bukan menjelang pilpres begini.

Satelit itu nanti diberi nama BRIsat. Akan diluncurkan dari pulau kecil Guyana di pesisir Karibia, Amerika Selatan. Satelitnya sendiri dibuat di AS. Lalu diangkut ke Prancis. Dari Prancis dinaikkan kapal feri ke Guyana, memakan waktu lebih satu bulan. Tergantung cuaca dan gelombang laut.

Setelah diluncurkan dari Guyana, hanya dalam waktu 29 menit BRIsat sudah berada di ketinggian 35.000 km. Dari luar angkasa sana BRIsat bisa meng-cover wilayan seluruh Indonesia, Asia Tenggara, sampai Australia Barat.

Lokasi BRIsat adalah orbit terbaik. Di orbit ini mestinya hanya bisa diisi 360 satelit, karena mereka harus dideretkan di tiap derajat dari 360 derajat keliling bumi. Orbit ini jadi rebutan semua negara.

Saking banyaknya negara yang mengincarnya sampai-sampai kompromi harus dilakukan. Di lokasi yang mestinya diisi 360 satelit itu kini sudah diisi lebih dari 900 satelit! Alangkah padatnya. Alangkah berjejalnya. Betapa penuhnya orbit itu. Satelit dari seluruh dunia.

Itulah sebabnya apa yang dilakukan BRI ini sungguh heroik! Terlambat sedikit lokasi itu bisa jatuh ke negara lain.

Dengan langkah ini pula BRI bisa menarik pulang ahli-ahli satelit kita yang selama ini bekerja di luar negeri. Anak-anak bangsa itu dulunya disekolahkan Pak Habibie ke luar negeri. Lalu tidak pulang karena kondisi ekonomi kita yang terpuruk.

Salah satu di antara mereka adalah Dr Ir Meiditomo Sutyarjoko, MSEE. Dia benar-benar ahli satelit yang dipercaya oleh dunia maju. Suatu hari, dua tahun lalu, Meiditomo liburan ke Jakarta. Dia memperkenalkan diri kepada saya. Meiditomo mengatakan suatu saat nanti Indonesia harus bisa meluncurkan satelitnya sendiri. Dia merasa mampu.

Meiditomo (adik kandung ahli nuklir kita Yudiutomo Imarjoko, Dirut PT Batantek) juga sudah melakukan studi di pantai mana di Indonesia ini yang terbaik untuk tempat peluncuran satelit.

Lokasi itu, kata Meiditomo "terbaik di dunia". Dia lantas menyebutkan nama lokasi yang ternyata sudah pernah saya kunjungi. "Lurus langsung menuju orbit," katanya. Kita punya lokasi peluncuran satelit yang posisinya terbaik di dunia!

Kini ada satu tim ahli satelit bangsa sendiri yang pulang ke Indonesia. Mereka menjadi pegawai Bank BRI . BRIsat memang akan dikelola BRI sendiri. Bukan dikelola, misalnya, anak perusahaan.

"Kami ingin satelit ini tidak pernah dijual," kata Sofyan Basyir. "Kalau dimiliki anak perusahaan bisa-bisa nanti ujung-ujungnya dijual," tambahnya.

Saya dukung sepenuh-penuhnya.

http://www.merdeka.com/uang/dahlan-d...i-satelit.html
Merdeka.com - Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku bangga atas prestasi yang berhasil ditorehkan oleh BRI. Bank dengan laba terbesar di Indonesia ini mampu membeli satelit dari Amerika dan akan diluncurkan dari Perancis tahun 2016 nanti.

Dia menyebut proses pembelian satelit tersebut sebagai perjuangan lantaran cukup rumit. Pemerintah pun perlu turun tangan untuk mendapatkan ruang orbit di luar angkasa dengan memakan waktu hingga 2 tahun.

Satelit baru ini akan menggunakan ruang orbit Indosat yang telah habis masa berlakunya. Orbit tersebut milik pihak asing karena Indosat dijual keluar negeri beberapa tahun lalu.

"Pepatahnya dari Tual ke Bali, dulu jual sekarang beli. Satelit Indosat itu akan habis. Perjuangan kita itu dua tahun. Tapi memang tidak pernah kita buka karena agak sensitif. Sekarang sudah jadi, kita buka," ujar Dahlan di markas band Slank, Gang Potlot, Jakarta, Kamis (1/5).

Dahlan bercerita Indosat telah dimiliki asing karena dijual pemerintah pada 15 tahun silam. Komoditas yang dijual juga termasuk jalur orbit yang digunakan satelit Indosat.

Sehingga, terang Dahlan, pembelian satelit ini juga bermaksud untuk mengembalikan kepemilikan orbit satelit dari asing ke pangkuan Ibu Pertiwi.

"Indosat dulu dijual, sekarang BUMN bank besar akan meluncurkan satelit sendiri. Kita sudah punya kavling milik Indonesia sendiri yang dulu kita jual sekarang dibeli," tegasnya.

Rencananya, setelah selesai dirakit, satelit tersebut akan dibawa diangkut dari Amerika menuju sebuah pulau di kawasan Perancis. Dari pulau tersebut nantinya satelit akan diluncurkan ke ruang orbitnya.

"Dalam waktu 29 menit, satelit itu akan mencapai ketinggian 35.000 Km. Satelit ini kita pakai untuk kemajuan Indonesia," tutupnya.


http://www.merdeka.com/teknologi/tif...er-ke-bri.html
Merdeka.com - Hak pengelolaan slot satelit 150,5 BT yang semula dimiliki Indosat nampaknya akan segera berpindah ke BRI. Sinyal kuat itu diungkapkan Menkominfo Tifatul Sembiring yang ingin Indosat menyewa tranponder saja ke BRI.

"Sebenarnya terserah pembicaraan diantara mereka, business to business. Pola kerja sama seperti apa yang mereka sepakati, misalnya Indosat cukup menyewa transponder satelit ke BRI," ujarnya di sela-sela peluncuran SMS Broadcast Pemilu, Senin (25/3).

Sebelumnya, Kepala Pusat Informasi dan Humas Kominfo Gatot S. Dewabroto mengungkapkan keputusan soal pengelolaan slot orbit satelit 150,5 BT akan ditentukan pekan ini.

Seorang eksekutif BRI sendiri mengklaim pihaknya telah mendapatkan lampu hijau untuk mengelola satelit di slot orbit tersebut yang mana sekitar 80 persen akan dimanfaatkan BRI sedangkan sisanya untuk pemerintah, diantaranya Kemenhan.

"Kebutuhan BRI akan satelit sangat banyak. Nantinya pun satelit tersebut lebih banyak digunakan sendiri sehingga diharapkan perizinannya tidak terlalu kaku," katanya.

Sementara itu, Presdir Indosat Alexander Rusli mengklaim pihaknya tidak merasa pemerintah lebih condong ke BRI karena pembicaraan diantara kedua pihak masih terus berlangsung."Kami sih siap bekerja sama dengan siapa saja, termasuk dengan BRI," tegasnya



Saya sendiri baru tahu, dibalik penjualan INDOSAT dampaknya adalah hilang/lepasnya SATELIT YANG DIMILIKI INDONESIA.
Semoga, saat ini tidak ada lagi penjualan-penjualan BUMN yang ujung-ujungnya hilangnya asset strategis bangsa ini.
Kita simak dan cermati.
0
10.2K
58
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan