Kepala Ekonom Asia Ex-Jepang Daiwa Capital Markets Kevin Lai menyatakan perekonomian China saat ini sudah mengalami hard landing.

Dengan berbagai masalah ekonomi yang dialami negara tersebut, ada kemungkinan China mengalami krisis finansial dan mata uang.

"Ada 30 persen kemungkinan krisis mata uang," kata Kevin pada acara Bahana Economic Forum: The end game for China di Jakarta, Selasa (14/6/2016).

Menanggapi prediksi tersebut, Kepala Grup Ekonomi Departemen Kebijakan Ekonomi Bank Indonesia (BI) Yoga Affandi menyatakan tidak menutup kemungkinan krisis finansial bakal terjadi di China.

Pasalnya, China memiliki utang yang sangat besar. "Debt over GDP-nya 250 persen. Belum lagi shadow banking-nya," jelas Yoga.

Tidak sedikit masyarakat di China yang berani menyentuh dan berkecimpung dalam shadow banking yang akhirnya membuat sektor keuangan China tidak terkendali.

"Di sana itu pinjam melalui internet tidak diatur. Makanya meledak dan bisa krisis," ungkap Yoga.

Lebih lanjut, Yoga memandang, apabila ada guncangan finansial di China maka pasti akan ada dampaknya ke Indonesia.

Ia memberi contoh, risiko keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa pun bisa memberikan dampak pada pergerakan pasar uang dunia, tidak terkecuali di Indonesia.

"Tentu namanya guncangan finansial akan berdampak ke kita," jelas Yoga.

http://bisniskeuangan.kompas.com/rea....ke.indonesia.