- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Seru Gan! Indosat VS Telkomsel Menabuh Genderang Perang, Ini Penyebabnya


TS
mrbink
Seru Gan! Indosat VS Telkomsel Menabuh Genderang Perang, Ini Penyebabnya
Siang gan.. Beberapa hari terakhir ini di kalangan pelaku industri telekomunikasi sedang ramai. Karena beredar foto-foto di media sosial yang menampilkan orang-orang yang pakai spanduk Indosat yang menyerang Telkomsel. Seperti ini gambarnya.
Gimana, vulgar banget ya gan nyerangnya? Hehehhee.
Nah, ternyata setelah baca-baca, itu ada penyebabnya mengapa Indosat dengan berani menyerang seperti itu.
Indosat Ooredoo Ungkap Alasan Spanduk Sindir Tarif Mahal Telkomsel
Industri telekomunikasi kembali memanas. Pasalnya, beredar foto di media sosial dengan spanduk Indosat Ooredoo yang langsung menyerang tarif mahal Telkomsel. Namun bukan tanpa maksud, operator ini ternyata memiliki alasan atas spanduk tarif yang dianggap melecehkan tarif mahal Telkomsel tersebut.
Saat dikonfirmasi ArenaLTE.com, Alexander Rusli, Chief Executive Officer Indosat Ooredoo, menyatakan bahwa sebenarnya hal itu bukanlah iklan. ”Itu betul (foto pelanggan dengan spanduk Indosat yang menyindir Telkomsel –red), tetapi bukan iklan. Melainkan sebagai bagian dari kampanye Below the Line yang sedang dijalankan,” jelas Alex.
Seperti diketahui Below the Line (BTL) adalah aktivitas marketing atau promosi yang dilakukan di tingkat retail/ konsumen dengan tujuan untuk merangkul konsumen itu sendiri, sehingga mereka aware atau mengerti dengan produk yang sedang dijual perusahaan.
Kampanye yang digaungkan Indosat Ooredoo adalah tentang pernyataan biaya tarif yang diberlakukan sebagai paket menelfon Rp 1 untuk IM3 Ooredo ke semua operator. Di media sosial, anak perusahaan Ooredoo (Qatar) tersebut menggunakan tagar #BuktikanRp1 untuk mendukung aktivitas kampanye tersebut.
Pada paket tarif menelepon Rp 1 tersebut, dikatakan berlaku untuk semua operator (all net), jauh dari biaya yang ditetap operator lain dan juga biaya standar tarif ritel yang telah ditetapkan yakni Rp 1.500 – Rp 2.000. Pun demikian, bukan berarti bahwa pemberlakuan tarif ini sekadar sebagai mendongkrak nama perusahaan belaka, tetapi bagian dari subsidi.
“Ini adalah cross subsidi, karena on net tidak gratis. Naik saja tidak banyak paling hanya Rp 1. Ini juga bukan produknya yang dianggap perang, tapi kegiatan di lapangan yang caranya dianggap buat perang,” jelas Alex.
Reaksi Persaingan Tidak Sehat
Indosat TelkomselIa juga menuturkan bahwa kampanye itu sebenarnya adalah sebagai bagian dari reaksi perusahaan, terutama atas persaingan yang dianggap tidak sehat di pasar. “Tapi ini bentuk komunikasi kita bahwa dengan Telkomsel selalu dilindungi regulasi. Mereka selalu lobi dan jegal semua proposal perubahan regulasi sehingga tidak ada environment kompetisi yang fair,” ungkap Alex.
Bahkan disebutkannya pernah ada tindakan dari karyawan Telkomsel yang mencoba untuk menghilangkan peredaran kartu Indosat Ooredoo dari pasar, sehingga kartu yang ada dalam outlet di beli habis untuk ditahan.
Dirinya menyesalkan akan tindakan yang dilakukan dalam persaingan yang tidak sehat tersebut, bahkan penekanan itu juga dilakukan Telkomsel dengan mendorong agar tidak ada biaya interkoneksi turun.
Dalam pesan singkatnya, Alex Rusli juga menampilkan jajaran foto dan broadcast pesan tentang strategi penjegalan yang dilakukan Telkomsel ke Indosat. ”Kartu yang mereka borong kartu siapa, sekarang mereka dorong hak mau interkoneksi turun menolak netco, semua dijegal dan belum lagi sindiran hebat mereka. Saking sombongnya mereka foto-foto dan sebar,” pungkasnya.
SUMUR
Ini foto-fotonya Gan
Ternyata lagi rame ya gan operator seluler. Saingannya keras banget di lapangan. Gimana menurut agan-agan dengan kondisi seperti itu? Agan njagoin siapa? Hehehehe
UPDATE:
SANGGAHAN TELKOMSEL
Kasus serangan Indosat terhadap Telkomsel lewat spanduk sindiran tarif mahal yang memanas pada pekan lalu masih berlanjut. Alexander Rusli, Chief Executive Officer Indosat Ooredoo, berdalih hal itu dilakukan sebagai reaksi dari perusahaan terhadap persaingan yang tidak sehat. Ia menganggap Telkomsel selalu dilindungi regulasi sehingga tidak ada environment kompetisi yang fair. Bahkan perusahaan ini juga menuduh adanya isu monopoli di pasar luar Jawa oleh operator dominan, siapa lagi kalau bukan Telkomsel.
BACA: Indosat Ooredoo Ungkap Alasan Di Balik Spanduk Sindir Tarif Mahal TSEL
Tak terima dituduh seperti itu, Telkomsel pun angkat bicara. Menanggapi pemberitaan yang berkembang seperti itu, anak perusahaan Telkom Group ini secara resmi menegaskan bahwa dominasinya di luar Pulau Jawa bukan merupakan praktik monopoli.
Vice President Corporate Communications Telkomsel, Adita Irawati mengatakan bahwa penguasaan pasar oleh perusahaannya di luar Pulau Jawa diraih melalui sebuah proses yang panjang dan jatuh bangun yang luar biasa sejak berdirinya di tahun 1995. “Semangat membangun hingga ke pelosok merupakan semangat yang dimiliki oleh Telkomsel untuk menyatukan nusantara, dimana pada saat itu operator lain lebih fokus membangun di Pulau Jawa dan kota besar yang secara bisnis lebih menguntungkan,” ujar Adita.
Ia menuturkan lokasi-lokasi pembangunan jaringan di luar pulau Jawa memiliki pasar yang tidak besar, dan pada saat yang bersamaan CAPEX (Capital Expenditure / biaya modal) yang dikeluarkan sangat besar. Begitu pula ketika dioperasikan, juga lebih mahal karena biaya produksi dan operasional jauh lebih tinggi dibandingkan di Pulau Jawa.
Namun operator ini tetap membangun, karena merupakan bagian dari komitmen membangun di seluruh Indonesia yang juga sudah tertuang dalam Modern Licensing, seperti yang diamanatkan dalam UU Nomor 36/1999 tentang Telekomunikasi.
Mobile Combat BTS TelkomselHingga saat ini Telkomsel mengklaim merupakan satu-satunya operator yang berkomitmen untuk melakukan pembangunan infrastruktur telekomunikasi seluler hingga ke berbagai daerah pelosok, perbatasan dan pulau terluar Indonesia, guna membuka akses telekomunikasi bagi masyarakat Indonesia.
Hal ini dapat terlihat dari tergelarnya 116.000 BTS yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, dimana angka penambahan jaringan ini dilakukan secara konsisten dengan rata-rata sebesar 25% setiap tahunnya.
“Konsistensi pembangunan jaringan ke berbagai daerah ini sudah merupakan semangat Telkomsel dan ke depannya komitmen ini pun akan terus dijaga sehingga lebih banyak lagi masyarakat Indonesia di berbagai lokasi yang dapat menikmati layanan telekomunikasi yang berkualitas,” ujar wanita yang sebelumnya pernah bekerja menjadi humas Indosat ini.
SUMUR
Quote:
Foto Spanduk Indosat






Gimana, vulgar banget ya gan nyerangnya? Hehehhee.
Nah, ternyata setelah baca-baca, itu ada penyebabnya mengapa Indosat dengan berani menyerang seperti itu.
Quote:
Indosat Ooredoo Ungkap Alasan Spanduk Sindir Tarif Mahal Telkomsel
Industri telekomunikasi kembali memanas. Pasalnya, beredar foto di media sosial dengan spanduk Indosat Ooredoo yang langsung menyerang tarif mahal Telkomsel. Namun bukan tanpa maksud, operator ini ternyata memiliki alasan atas spanduk tarif yang dianggap melecehkan tarif mahal Telkomsel tersebut.
Saat dikonfirmasi ArenaLTE.com, Alexander Rusli, Chief Executive Officer Indosat Ooredoo, menyatakan bahwa sebenarnya hal itu bukanlah iklan. ”Itu betul (foto pelanggan dengan spanduk Indosat yang menyindir Telkomsel –red), tetapi bukan iklan. Melainkan sebagai bagian dari kampanye Below the Line yang sedang dijalankan,” jelas Alex.
Seperti diketahui Below the Line (BTL) adalah aktivitas marketing atau promosi yang dilakukan di tingkat retail/ konsumen dengan tujuan untuk merangkul konsumen itu sendiri, sehingga mereka aware atau mengerti dengan produk yang sedang dijual perusahaan.
Kampanye yang digaungkan Indosat Ooredoo adalah tentang pernyataan biaya tarif yang diberlakukan sebagai paket menelfon Rp 1 untuk IM3 Ooredo ke semua operator. Di media sosial, anak perusahaan Ooredoo (Qatar) tersebut menggunakan tagar #BuktikanRp1 untuk mendukung aktivitas kampanye tersebut.
Pada paket tarif menelepon Rp 1 tersebut, dikatakan berlaku untuk semua operator (all net), jauh dari biaya yang ditetap operator lain dan juga biaya standar tarif ritel yang telah ditetapkan yakni Rp 1.500 – Rp 2.000. Pun demikian, bukan berarti bahwa pemberlakuan tarif ini sekadar sebagai mendongkrak nama perusahaan belaka, tetapi bagian dari subsidi.
“Ini adalah cross subsidi, karena on net tidak gratis. Naik saja tidak banyak paling hanya Rp 1. Ini juga bukan produknya yang dianggap perang, tapi kegiatan di lapangan yang caranya dianggap buat perang,” jelas Alex.
Reaksi Persaingan Tidak Sehat
Indosat TelkomselIa juga menuturkan bahwa kampanye itu sebenarnya adalah sebagai bagian dari reaksi perusahaan, terutama atas persaingan yang dianggap tidak sehat di pasar. “Tapi ini bentuk komunikasi kita bahwa dengan Telkomsel selalu dilindungi regulasi. Mereka selalu lobi dan jegal semua proposal perubahan regulasi sehingga tidak ada environment kompetisi yang fair,” ungkap Alex.
Bahkan disebutkannya pernah ada tindakan dari karyawan Telkomsel yang mencoba untuk menghilangkan peredaran kartu Indosat Ooredoo dari pasar, sehingga kartu yang ada dalam outlet di beli habis untuk ditahan.
Dirinya menyesalkan akan tindakan yang dilakukan dalam persaingan yang tidak sehat tersebut, bahkan penekanan itu juga dilakukan Telkomsel dengan mendorong agar tidak ada biaya interkoneksi turun.
Dalam pesan singkatnya, Alex Rusli juga menampilkan jajaran foto dan broadcast pesan tentang strategi penjegalan yang dilakukan Telkomsel ke Indosat. ”Kartu yang mereka borong kartu siapa, sekarang mereka dorong hak mau interkoneksi turun menolak netco, semua dijegal dan belum lagi sindiran hebat mereka. Saking sombongnya mereka foto-foto dan sebar,” pungkasnya.
SUMUR
Ini foto-fotonya Gan
Quote:
Foto yang Diduga dari Telkomsel




Ternyata lagi rame ya gan operator seluler. Saingannya keras banget di lapangan. Gimana menurut agan-agan dengan kondisi seperti itu? Agan njagoin siapa? Hehehehe

UPDATE:
SANGGAHAN TELKOMSEL
Quote:
Kasus serangan Indosat terhadap Telkomsel lewat spanduk sindiran tarif mahal yang memanas pada pekan lalu masih berlanjut. Alexander Rusli, Chief Executive Officer Indosat Ooredoo, berdalih hal itu dilakukan sebagai reaksi dari perusahaan terhadap persaingan yang tidak sehat. Ia menganggap Telkomsel selalu dilindungi regulasi sehingga tidak ada environment kompetisi yang fair. Bahkan perusahaan ini juga menuduh adanya isu monopoli di pasar luar Jawa oleh operator dominan, siapa lagi kalau bukan Telkomsel.
BACA: Indosat Ooredoo Ungkap Alasan Di Balik Spanduk Sindir Tarif Mahal TSEL
Tak terima dituduh seperti itu, Telkomsel pun angkat bicara. Menanggapi pemberitaan yang berkembang seperti itu, anak perusahaan Telkom Group ini secara resmi menegaskan bahwa dominasinya di luar Pulau Jawa bukan merupakan praktik monopoli.
Vice President Corporate Communications Telkomsel, Adita Irawati mengatakan bahwa penguasaan pasar oleh perusahaannya di luar Pulau Jawa diraih melalui sebuah proses yang panjang dan jatuh bangun yang luar biasa sejak berdirinya di tahun 1995. “Semangat membangun hingga ke pelosok merupakan semangat yang dimiliki oleh Telkomsel untuk menyatukan nusantara, dimana pada saat itu operator lain lebih fokus membangun di Pulau Jawa dan kota besar yang secara bisnis lebih menguntungkan,” ujar Adita.
Ia menuturkan lokasi-lokasi pembangunan jaringan di luar pulau Jawa memiliki pasar yang tidak besar, dan pada saat yang bersamaan CAPEX (Capital Expenditure / biaya modal) yang dikeluarkan sangat besar. Begitu pula ketika dioperasikan, juga lebih mahal karena biaya produksi dan operasional jauh lebih tinggi dibandingkan di Pulau Jawa.
Namun operator ini tetap membangun, karena merupakan bagian dari komitmen membangun di seluruh Indonesia yang juga sudah tertuang dalam Modern Licensing, seperti yang diamanatkan dalam UU Nomor 36/1999 tentang Telekomunikasi.
Mobile Combat BTS TelkomselHingga saat ini Telkomsel mengklaim merupakan satu-satunya operator yang berkomitmen untuk melakukan pembangunan infrastruktur telekomunikasi seluler hingga ke berbagai daerah pelosok, perbatasan dan pulau terluar Indonesia, guna membuka akses telekomunikasi bagi masyarakat Indonesia.
Hal ini dapat terlihat dari tergelarnya 116.000 BTS yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia, dimana angka penambahan jaringan ini dilakukan secara konsisten dengan rata-rata sebesar 25% setiap tahunnya.
“Konsistensi pembangunan jaringan ke berbagai daerah ini sudah merupakan semangat Telkomsel dan ke depannya komitmen ini pun akan terus dijaga sehingga lebih banyak lagi masyarakat Indonesia di berbagai lokasi yang dapat menikmati layanan telekomunikasi yang berkualitas,” ujar wanita yang sebelumnya pernah bekerja menjadi humas Indosat ini.
SUMUR
Diubah oleh mrbink 20-06-2016 07:58
0
65.2K
Kutip
410
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan