Bank BRI Akan Menjadi Bank Pertama Di Dunia Yang Memiliki dan Mengoperasikan Satelit
TS
nexturl
Bank BRI Akan Menjadi Bank Pertama Di Dunia Yang Memiliki dan Mengoperasikan Satelit
Sejarah baru di dunia perbankan Indonesia segera terukir. Besok, satelit BRI atau disebut BRIsat akan diluncurkan ke orbit dengan menggunakan roket Ariane 5 dari Kourou, Guyana Prancis, Amerika Selatan. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (Bank BRI) akan menjadi satu-satunya bank di dunia yang memiliki dan mengoperasikan satelit sendiri.
Selain BRIsat, roket Ariane 5 juga akan mengankut satelit EchoStar 18, satelit yang memberikan layanan siaran televisi untuk wilayah Amerika Utara melalui jaringan EchoStar dan Dish Network.
Proses pembuatan BRIsat sendiri memakan waktu sekitar 2 tahun, tepatnya 25 bulan. Perakitan satelit dilakukan Space Systems / Loral di Palo Alto – California. Sementara untuk kendaraan peluncurnya menggunakan Arianespace 5 buatan Prancis.
Satelit BRIsat sendiri akan memakai konfigurasi platform SSL 1300 dan posisi satelit BRIsat nantinya di 150,5° bujur timur, di orbit geostasioner. Satelit BRIsat nanti akan membawa 45 transponder, di mana terbagi 9 untuk Ku-Band dan 36 untuk C-Band.
Direncanakan nantinya pemerintah Indonesia akan memperoleh 4 transponder dan 23 untuk BRI sendiri.
BRI juga sudah membangun primary satellite control facility di Ragunan, Jakarta Selatan dan Tabanan, Bali. Saat ini BRI tengah mendidik 15 sampai 18 orang ahli satelit Indonesia di Amerika Serikat.
Spoiler for BERITA:
BRI Luncurkan Satelit Bernama BRIsat di Amerika Selatan
Setelah tertunda, jadwal peluncuran satelit PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) akhirnya ditetapkan. Roket VA320 dijadwalkan lepas landas di French Guiana, Amerika Selatan, pada 16 Juni 2016 waktu setempat atau 17 Juni 2016 waktu Indonesia.
"Setelah dilakukan evaluasi menyeluruh, akhirnya Arianespace menetapkan BRIsat dapat diluncurkan setelah tertunda selama delapan hari," kata Direktur Utama BRI Asmawi Syam saat konferensi pers di gedung BRI Pusat, Jakarta, Kamis, 9 Juni 2016. Peluncuran direncanakan berlangsung pada pukul 05.30 hingga 06.35 sore waktu French Guiana atau pukul 03.30 hingga 04.15 waktu Indonesia.
Satelit BRI sempat ditunda karena kendala teknis. Situs Arianespace melaporkan keanehan terlihat selama persiapan transfer roket ke zona peluncuran ELA-3. Masalah terjadi pada cairan konektor peluncur.
Penetapan waktu peluncuran, menurut Asmawi, diambil setelah pertemuan intens lewat satelit di tiga lokasi berbeda. "Kami sedang di pesawat menuju Jakarta dan berbincang dengan Arianespace di Prancis dan pihak Echostar di Amerika," ujarnya. Selain BRIsat, Echostar XVIII milik perusahaan asal Amerika juga turut ditetapkan waktu peluncurannya.
Asmawi mengatakan peluncuran satelit tetap sesuai perkiraan waktu perbaikan dari Arianespace, yaitu 5-10 hari. Peluncuran juga sesuai dengan target awal. "BRIsat sejak awal diproyeksikan akan diluncurkan pada Juni dan Juli 2016," tuturnya.
Ia mengatakan sangat menghargai upaya Arianespace untuk mengatasi kendala teknis dan tetap mengutamakan keamanan. "Mereka tak hanya responsif, tapi juga komunikatif," ucap Asmawi.
Asmawi mengatakan peluncuran satelit yang disebut sebagai financial satellite oleh Arianespace ini merupakan yang pertama di dunia. "Ini satelit pertama yang diluncurkan untuk perbankan," katanya.
BRIsat nantinya menghubungkan 10.350 kantor unit kerja BRI di berbagai pelosok Tanah Air. BRI saat ini memakai 40 transponder satelit. Sisa transponder satelit buatan perusahaan Amerika Serikat, Space System Loral (SSL), ini akan digunakan untuk cadangan pengembangan sepuluh transponder dan yang diserahkan ke negara empat transponder.
Peluncuran satelit PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRISat dipastikan mundur dari rencana semula pada tanggal 8 Juni 2016 menjadi tanggal 16 Juni 2016 atau tanggal 17 Juni 2016 pukul 3.30 WIB. Mundurnya jadwal peluncuran dikarenakan kendala teknis.
Direktur Utama Bank BRI Asmawi Syam mengatakan, setelah melakukan evaluasi maka diambil keputusan jika peluncuran dilakukan pada tanggal 16 Juni 2016.
"Tentunya saya sampaikan syukur setelah dilakukan evaluasi secara menyeluruh akhirnya penundaan sudah bisa dilakukan menjadi tanggal 16 Juni 2016," kata dia di Kantor PusatBRI,Jakarta, Kamis (9/6/2016).
BRIsat akan diluncurkan menggunakan roket Ariane 5 milik perusahaan Arianespace. Roket tersebut akan diluncurkan di Kourou, Frech Guiana, Amerika Selatan.
Mulanya Arianespace menargetkan penundaan 5-10 hari dari jadwal semula. Setelah melakukan pertemuan dengan pihak-pihak terkait maka diambil keputusan jika peluncuran roket mundur 8 hari dari jadwal semula.
"Mereka memang menunda sekitar 5-10 hari dan final meeting itu akhirnya diambil keputusan penundaan dilakukan sampai 8 hari. Tidak sampai 10 hari," jelas dia.
Asmawi mengatakan, setelah diluncurkan BRISat akan mencari titik orbit selama 10-12 hari di langit Papua. Setelah itu, dalam waktu 90 hari baru akan diserahterimakan ke Bank BRI. "Tentunya kami sangat menghargai Arianespace repsonsif menyikapi masalah ini," tandas dia.
Langkah BRI meluncurkan satelit sendiri ini untuk memangkas biaya operasional perseroan. BRI mengklaim, dengan adanya satelit tersebut akan mengurangi biaya operasional BRI hingga Rp 200 miliar per tahun.
Sebelumnya pada 31 Mei 2016, Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, saat ini BRI masih menyewa satelit dengan biaya Rp 500 miliar per tahun. Dengan BRISat maka BRI akan mendapatkan penghematan Rp 200 miliar.
"Pengehematannya itu 40 persen dari sebelumnya sewa Rp 500 miliar berkurang menjadi Rp 300 miliar. Kurang lebih secara kasar Rp 40 persen," kata dia di Kantor Pusat BRI Jalan Sudirman Jakarta, Selasa (31/5/2016).
Saat ini BRI mengucurkan Rp 500 miliar per tahun untuk 23 transponder. "Jadi sampai sekarang kita masih sewa transponder. Kira-kira biayanya Rp 500 miliar. Itu hanya 23 transponder, jadi untuk 23 transponder more or less Rp 500 miliar per tahun," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan nilai investasi untuk BRISat sekitar Rp 3,375 triliun. Kendati mengeluarkan biaya yang cukup besar pihaknya mengaku tidak rugi lantaran satelit tersebut lebih murah jika dibandingkan biaya sewa yang dikeluarkan tiap tahun.
"Kita hanya Rp 3,375 triliun berarti hanya 3,5 tahun kurang. Padahal masa pakai satelit ini 15 tahun, extending 2 tahun, jadi 17 tahun. Taruhlah tadi 4 tahun dan ini Rp 500 miliar per tahun,"tandas dia.
Hingga saat ini, satelit milik Indonesia yang masih beroperasi adalah satelit Indostar II, Telkom-1, Telkom-2, Palapa-D dan Garuda-1. Jadi besok akan ada satelit milik Indonesia ke-6 yang mengorbit.