Kaskus

News

BeritagarIDAvatar border
TS
BeritagarID
Pimpinan Tarekat Naqsyabandiyyah: Islam mainstream tidak punya imam

Kemilau cahaya mentari pagi menembus kaca sebuah musala. Cahayanya jatuh di peci putih lelaki tua yang tampak sibuk dengan buku usangnya, sembari duduk.

"Ini kesibukan saya disela ibadah. Mengelola julo-julo (arisan)," kata lelaki tua itu, bernama Syafri Malin Mudo, Rabu (09/06/2016), di lantai satu Musala Baitul Makmur, Jalan Mohammad Hatta Nomor 6, Kota Padang.

Di usia 76, Syafri terlihat bugar. Aktivitasnya sebagai guru Tarekat Naqsabandiyyah terbilang aktif. Saban hari, disinggasananya, yakni ruang imam dan mimbar musala, ia selalu bersentuhan dengan buku-buku tasawuf, kitab gundul, dan Alquran.

Ketika Yose Hendra, penulis lepas untuk Beritagar.id menemuinya, Syafri sedang bersama sang istri, Mariana. Sudah 22 tahun mereka menghuni musala yang disebut juga sebagai surau itu. "Ini tanah saya, saya juga yang jadi tukang untuk mendirikannya (musala)," ujar Syafri.

Musala itu dibangun 1989, dan selesai pada 1994. Dinamakan Baitul Makmur, karena Syafri berharap surau ini akan diangkat ke surga nantinya.

Letak surau itu sendiri tidak jauh dari surau lama yakni Surau Baru. Beradius sekitar 500 meter. Lokasinya di gang sempit, tapi tidak jauh dari ruas jalan menuju Universitas Andalas.

Syafri, yang biasa disapa Buya Piri adalah orang berpengaruh di Pauh, bahkan satu Sumatera Barat. Ia adalah pemimpin Tarekat Naqsyabandiyyah yang memiliki jamaah 1500 orang. Jamaahnya tersebar di beberapa daerah. Selain di Sumatera Barat, ada juga di Riau, Jambi, dan Bengkulu.

Saban akhir bulan Syakban, tarekat yang dipimpinnya selalu jadi pembicaraan. Bagi kalangan tertentu ia dianggap kontroversial, bahkan sesat. Sebab, selalu lebih dahulu melaksanakan puasa Ramadan dibanding penetapan pemerintah dan organisasi Islam yang memiliki massa lebih besar.

Dia merupakan khalifah (kepala agama) ke-5 Tarekat Naqsyabandiyyah di Pasar Baru, Kecamatan Pauh. Tarekat ini pertama kali dikembangkan oleh Syekh Muhammad Thaib tahun 1906.

Sedari kecil Syafri memang telah tumbuh dalam lingkungan tarekat. Ketika itu keluarganya memang pengikut Thaib, yang merupakan guru Tarekat Naqsyabandiyyah di sekitar Pauh dan Lubuk Kilangan.

Umur 8 tahun ia sudah menjadi piatu. Setelah ayahnya beristri kembali, ia dititipkan ke bibinya hingga remaja. Bersama sang bibi, yang ia panggil Mak Ketek, dia tumbuh di sebuah surau sekitar Limau Manis.

Di kemudian hari, Syafri yang berprofesi sebagai pandai besi sejak muda, tidak bisa mengelak dari panggilan jalan tasawuf--mendekatkan diri kepada Tuhan.

Dan, sejak 1992, dia resmi diangkat menjadi khalifah di Surau Baru menggantikan Buya Munyar yang meninggal dunia. Hanya dua tahun di Surau Baru, ia lalu pindah dan memusatkan tarekat di Musala Baitul Makmur.

Sejenak Syafri menghentikan pencatatan julo-julonya--untuk memulai tanya jawab soal kontroversi tarekatnya, sejarah, serta dinamika yang ia hadapi sebagai pimpinan jemaah selama ini. Berikut petikannya:
Pimpinan Tarekat Naqsyabandiyyah: Islam mainstream tidak punya imam
Pimpinan Naqsyabandiyyah Syafri Malin Mudo ketika diwawancara Yose Hendra untuk Beritagar.id di Musala Baitul Makmur, Jalan Mohammad Hatta Nomor 6, Kelurahan Cupak Tengah, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Rabu (09/06/2016).

Sebenarnya mengapa awal Ramadan dan 1 Syawal tarekat Anda selalu berbeda, apakah tidak pernah dilibatkan dalam sidang isbat ?Saya pernah dilibatkan sebanyak tiga kali yakni tahun 2009, 2014 dan 2015. (Dia mengambil foto dokumentasi keterlibatannya dalam sidang isbat di Jakarta tahun 2015 yang terpampang di dinding surau).

Ketika itu saya diterbangkan ke Jakarta oleh Kementerian Agama, padahal sudah puasa hari pertama. Mereka mengundang karena mempertanyakan kenapa Naqsyabandiyyah puasa duluan.

Pertanyaan itu saya jawab bahwa keputusan kami berpuasa itu sudah istiqamah. Metode hisab yang kami pakai adalah metode yang dipakai ulama-ulama terdahulu. Bahkan sudah dibawa ke tanah suci untuk perlombaan hisab ruqyat pada 25 November 1911, oleh Haji Rasul (Ayah Hamka), H. Munir, Labai Zainuddin, Inyiak Djambek.

Dalam lomba itu, metode hisab menang, dan diakui Raja Syarif Husain (Raja Husain yang dimaksud adalah Gubernur Mekah tahun 1908 sebelum ditumbangkan oleh Ibnu Saud).

Apa buktinya bahwa metode itu menang. Anda memiliki arsipnya?Saya tidak tahu karena Raja Husain saat itu digulung Raja Saud, yang menjadikan Negara Arab Saudi--sehingga bisa saja dokumennya hilang.

Lalu, kenapa tahun ini Anda tidak diundang dalam sidang isbat....Saya tidak tahu alasannya.

Dari Kementerian Agama menerima alasan yang Anda berikan soal penentuan awal Ramadan dan 1 Syawal itu?Pada 3 Juni lalu ada orang dari Kementerian Agama datang ke surau. Dia mengajak supaya kita dapat bersatu. Saya jawab, kita kan sudah bersatu, hanya di amalannya saja yang beda.

Kalau ingin mempersatukan paham yang beda, saya bilang, kembalilah ke Alquran dan Hadis.

Ketika datang ke sidang isbat itu sejauh apa keterlibatan Anda dalam pengambilan keputusan?Saya kecewa dengan pengalaman sidang isbat 2015 di Jakarta. Pada saat saya dikasih kesempatan melihat bulan dengan teropong, saya melihat bulan sudah 7 derajat, sementara puasa belum dimulai.

Yang saya tanyakan apakah itu bulan Ramadan atau Syakban. Kalau berpegang pada Hadis, kan berbunyi "puasalah kamu kalau sudah melihat bulan". Tapi saya tidak didengarkan, dan tidak juga mendapat jawabannya.

Jadi apa metode yang tarekat Anda pakai untuk melihat hilal?Sebenarnya metode hisab (perhitungan) yang kita pakai itu sama dengan umum. Penentuan puasa kami juga melihat bulan. Tapi berbeda. Kita melakukannya secara siklus. Sudah dimulai dari Muharram (bulan pertama dalam kalender Hijriyah)

Siklus yang dimaksud adalah dengan perhitungan 8 hari bulan, 15 hari bulan dan 22 hari bulan.

Begini penjelasannya: 8 hari jalannya bulan, maka bulan baru masuk separuh lingkaran. Kemudian 15 hari bulan, maka sudah lingkaran penuh. Lalu 22 hari (8 hari lagi), maka akan kembali separuh lingkaran. Nah, dari sini kita menghisab.

Saya contohkan seperti puasa yang dijalankan Tarekat Naqsyabandiyyah sekarang. Kita lihat tahun kemarin, puasa itu dimulai hari Selasa. Ini diambil dari hitungan hari ke-5. Artinya puasa tahun besoknya (yang tahun sekarang), hari ke-5 setelah puasa sebelumnya.

Coba perhatikan; Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu. Artinya, puasa tahun ini jatuhnya pada hari Sabtu. Maka kita berpuasa pada Sabtu (4 Juni 2016). Coba kita lihat penanggalan Pemerintah, di mana dulunya Kamis. Dan lihat jatuhnya puasa kan pada Senin (seperti tahun ini). Tetap selang lima hari. Kan tidak berbeda.

Dari mana Anda menguasai pelajaran hisab itu?Saya mendapatkan penghitungan ini dari Syekh H Munir. Dia guru saya, dan saya tentunya berpegangan pada hadis yang mengatakan "berpegang kamu pada sunahmu dan sunah kalifahmu."

Itu yang dijalani sekarang. Saya menjalankan sunah yang diterima dari guru saya. Yang lain menerima dari gurunya. Kita tidak mencari-cari kesalahan.

Kapan tarekat Anda mengakhiri Ramadan dan masuk bulan Syawal pada tahun ini. Usia puasanya 29 hari atau 30 hari?Kalau Islam mainstream puasanya itu 30 hari, kadang 29 hari. Dalil yang kami pegang soal ini cukup kuat, yakni ucapan Rasul yang mengatakan, barang siapa yang puasa 30 hari Ramadan, 6 hari Syawal, maka pahalanya sama dengan puasa 1 tahun.

Puasa 30 hari menurut kami akan terhitung setahun dengan melakukan salat tarawih berakaat 23 ditambah witir 3 rakaat. Dengan melakukan itu, ada 12 kali salam tiap malam selama 30 hari.

Jadi 30 x 12 sama dengan 360 kali salam kan. Jadi sama saja dengan puasa 360 kali dalam setahun.

Pada saat Lebaran, kami melakukan 12 takbir (pertama 7, kedua 5). Jadi berjumlah 12. Itu sama artinya dengan 1 tahun sama dengan 12 bulan.

Apa-apa saja sebenarnya ajaran-ajaran dasar tasawuf Naqsyabandiyyah yang berbeda dari Islam mainstream?Islam mainstream itu tidak dilantik dan dituntun guru, kalau Tarekat Naqsyabandiyyah sebaliknya.

Ada orang menuntut ilmu, tapi tidak dengan berguru. Saya tidak ingin menunjuk kelompok tertentu. Tapi ada.

Mereka hanya membaca buku dan kitab. Ya memang dia salat, puasa, taat belajar, menghafal, tapi mereka tidak mempunyai silsilah ajaran. Islam mainstream itu seperti tidak punya imam.

Jadi apa beda yang paling menonjol?Yang membedakan, orang tarekat itu tidak ubahnya seperti pegawai, polisi atau tentara, bahkan Presiden. Misalnya Presiden, ya kalau sudah dipilih kan harus dilantik. Sebelum dilantik, apa sudah resmi menjadi presiden?

Jadi orang yang mengamalkan Islam seperti salat dan ibadah lain, harus ada gurunya. Kalau tidak, ibadah itu percuma karena tidak ada guru yang melantik.

Bagi orang-orang Tarekat Naqsyabandiyyah, sebelum dilantik gurunya, belum bisa dinamakan pengikut. Pun, dalam prosesinya patuh pada guru adalah hal yang utama.

Ada syarat tertentu untuk bisa masuk tarekat?Untuk masuk tidak mudah, karena dibaiat terlebih dahulu. Baiat adalah perjanjian atau sumpah murid kepada guru (mursyid), agar murid benar-benar mengikuti dan mengamalkan ajaran.
Pimpinan Tarekat Naqsyabandiyyah: Islam mainstream tidak punya imam
Jemaah Naqsyabandiyyah di Musala Baitul Makmur, Jalan Mohammad Hatta Nomor 6, Kelurahan Cupak Tengah, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Rabu (09/06/2016).

Siapa orang yang pertama memperkenalkan Tarekat Naqsyabandiyyah di Padang?Kakek saya bernama Syekh H. Muhammad Thaib Bin Ismail. Ia mamak (paman) dari Ibu saya yang bernama Jaliha. Lahir tahun 1870 di Pauh, Kota Padang, dan wafat tahun 1949 di Pauh.

Pada usia muda, bapak dan ibunya ke Mekah. Ia minta ikut, lalu dibawa. Setelah bapak dan ibunya berhaji dan kemudian pulang, ia tidak mau ikut pulang, karena ingin belajar agama di Arab.

Kemudian dia belajar di sebuah pengajian di Jabal Kubis. Nama guru beliau Syekh Sulaiman Zuhudi. Tahun 1906, beliau pulang kampung ke Padang. Sampai di kampung, Thaib mengembangkan tarekat di sana, persisnya di Surau Kandang.

Bagaimana persebaran ajaran Naqsyabandiyyah, apakah masyarakat saat itu mau menerima terhadap tarekat ini?Setibanya Syekh Thaib di Piai, Pauh, tahun 1906, ia langsung mengajarkan ilmu agama dengan pendekatan tarekat di Surau Kandang. Ia membaiat orang-orang sekitar Piai dan mengajarkan suluk (berkhalwat).

Perkembangan jamaah sangat pesat karena belum ada organisasi Islam seperti Muhammadiyah. Sehingga surau sampai tidak bisa menampung jumlah jemaah yang terus meningkat.

Selama ini masyarakat tidak ada yang membantah. Karena hampir tidak pernah ada gangguan saat kami sedang ibadah.

Untuk persebaran, tarekat tidak pernah mencari jamaah, tapi orang-orang sendiri yang datang dan ingin menjadi jemaah. Saat ini, ada 50 surau di Padang yang mengamalkan Tarekat Naqsyabandiyyah.

Apakah mereka juga tersebar sampai ke luar Sumatra? Saya tidak tahu. Di awal masuk dan dikembangkan di Padang, jumlahnya sudah ratusan jemaah, lalu berkembang ribuan. Saya memperkirakan saat ini berjumlah 1500.

Walau jemaah kami tidak tercatat secara administrasi, tetapi kalau bertemu di jalan mereka saling tahu satu sama lain. Saya tidak mau menguraikan itu, karena itu rahasia kami.

Bagaimana hubungan antara tiap bagian atau posisi yang ada pada tarekat dalam menjalin kegiatan, ada struktur organisasinya?Kita tidak punya itu. Kita tidak mengenal yang namanya ketua atau kepala, dan sekretaris secara terstruktur seperti organisasi.

Dalam tarekat hanya dikenal pimpinannya yang disebut guru, kadang mursyid, kadang buya. Masyarakat biasanya bertanya siapa gurunya? Dan suraunya di mana?

Dengan jumlah yang tidak sedikit apakah tidak tertarik menjadikannya sebuah organisasi keagamaan?Tidak. Kalau dijadikan organisasi, mungkin timbul keinginan menjadi calon anggota dewan atau jabatan lainnya ha-ha.

Apakah Naqsyabandiyyah pernah diteror kelompok Islam lain?Kalau teror karena keinginan negara atau kelompok tertentu agar jadi seragam itu sudah biasa. Sejak 1982 saya sudah dipanggil ke kantor urusan agama Pauh, soal penetapan Ramadan, karena hampir tiap tahun perwakilan Kemenag juga datang ke surau ini.

Bagaimana tarekat mempertahankan diri dari misalnya sindiran masyarakat yang melihat jamaah Anda puasa lebih dulu?Ada juga laporan dari pengikut tarekat tentang sindiran itu ketika bertemu warga di jalan. Saya sering sampaikan kepada jemaah, bahwa perjuangan ketika mendapat pertentangan itu ibarat "di mana ada Nabi Muhammad, disana ada Abu Jahal".

Setiap sesuatu pasti ada pertentangan. Karena surga itu pagarnya duri, neraka pagarnya onde-onde. Kami pernah mengajak berdebat langsung dengan penentang langsung di sini (surau), tapi kan si penentang tidak berani.

Apakah si penentang ini berasal dari Islam garis keras?Kalau didalam praktik agama yang saya lakukan saya tidak menerima cara-cara mereka (garis keras). Karena Tuhan mengatakan, hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri mu, dan keluarga mu, daripada api neraka.

Jadi yang penting bereskan dulu masalah diri, baru keluarga dan selanjutnya masyarakat. Kita perlu mengetahui, mana diri yang zahir (terang) dan mana diri yang batil (rusak). Kalau tidak, kita tidak bisa menuntut orang untuk salat dan beramal ibadah, karena sama saja kita orang yang tidak tahu diri. Alias gila he-he.

Kalau mereka menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar, menurut saya, hanya orang yang berlengan besi yang bisa melakukan itu. Apa itu besi? Itu istilah Minang. Besi dalam bahasa Minang disebut basi.

Dalam istilah Minang, untuk kata sifat banyak yang berawalan basi seperti basipakak, basibanak, basianok, dan banyak lagi. Tapi bukan basi itu yang bisa menegakan amar ma'ruf nahi mungkar. Basi yang diperlukan adalah basibana (memegang teguh kebenaran).

Tapi bagaimana dengan tuduhan sesat terhadap tarekat Anda oleh beberapa kelompok Islam?Darimana sesatnya? Saya berpegang pada prinsip saya sendiri. Saya yakin, orang yang menentang itu ada pihak lain dibelakangnya.

Saya coba uraikan, perselisihan ini bermula dari Syaikh Ahmad Khatib al- Minangkabawi (1860-1916), ulama asal Minangkabau yang berpengaruh di Mekah. Ia bilang ajaran soal rabitah (mengaitkan perjalanan rohani dengan guru yang membimbing) itu sesat.

Jika rabitah dikatakan sesat, artinya orang itu awam, karena belum mengetahui apa itu rabitah. Mereka menganggap rabitah mengultuskan guru. Padahal bukan mengultuskan, hanya menghormati, dan yang dihormati adalah ajarannya.

Saya umpamakan jalan. Kita tidak akan pernah melupakan siapa orang yang merintis jalan lebih dulu. Agama Islam sendiri tidak melupakan perintis. Maka disebutlah Nabi Ibrahim dalam Alquran saat salat, karena ia merintis Islam.

Anda sudah coba jelaskan itu kepada yang menuduh tarekat Anda sesat?Kadang ingin kita jelaskan dengan duduk satu meja. Kita sudah siap, tapi mereka sepertinya tidak siap. Tak mau datang langsung ke kami.
Pimpinan Tarekat Naqsyabandiyyah: Islam mainstream tidak punya imam


Sumber : https://beritagar.id/artikel/bincang...dak-punya-imam

---

anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.9K
4
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan