- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Peneliti: Sebelum Menyerang Indonesia, Jepang Gandeng Organisasi Islam


TS
distrubiaa
Peneliti: Sebelum Menyerang Indonesia, Jepang Gandeng Organisasi Islam
Jurnalekonomi.co.id
Jurnalekonomi.co.id – Jakarta, Kerajaan Jepang secara sadar telah mempelajari gerakan Islam di dunia, mendukung dan menggandeng para pemimpin Muslim Indonesia sebagai persiapan mendarat ke Indonesia pada Perang Dunia II.
Pada tahun 1922, para ahli Jepang sudah melakukan penelitian tentang Indonesia, khususnya mengenai ciri khas Islam di Indonesia. Sebelum Perang Dunia II, Jepang banyak melakukan banyak hubungan dengan organisasi prgerakan Islam di Indonesia.
“Kemudian sebelum memulai Perang Dunia II, Jepang pada 1938 bahkan mengundang utusan Muslim Indonesia ke pertemuan Muslim Internasional di Tokyo. Jepang harus melakukan hubungan dengan organisasi pergerakan Islam di Indonesia, karena pada umumnya organisasi Islam memiliki banyak pendukung dan para pemimpinnya memiliki pengaruh yang kuat di masyarakat,” tutur Erni Puspitasari, dosen sastra Jepang Universitas Darma Persada.
Kesimpulan Erni Puspitasari dalam paparan bertajuk “Jepang dan Pergerakan Islam di Indonesia” yang disajikan pada Simposium Internasional Jepang-Indonesia pada 3-4 Juni 2016 yang digelar Universitas Darma Persada dihadiri banyak peneliti Jepang dan Indonesia.
Erni memaparkan bahwa kampanye rahasia melalui agama ini muncul sejak 1901 ketika di Jepang lahir ultranasionalis bernama Black Dragon Society yang melakukan hubungan dengan negara-negara Muslim.
Setelah itu Jepang juga mendirikan organisasi The Society of Light di Shanghai pada 1923 yang merupakan organisasi Islam tingkat Asia. Untuk melakukan hubungan dengan negara-negara Muslim, Jepang menggunakan retorika anti komunis dan anti barat terutama di negara-negara di Asia Tenggara.
Selain Erni, Araki Ryo, peneliti asal Universitas Metropolitan Tokyo yang memaparkan temuannya yang menarik dalam makalah bertajuk “Apa yang Saya Pelajari melalui Melakukan Kuliah: Mengajar Budaya Islam dan Diajarkan oleh Mahasiswa.”
Araki yang merupakan peneliti Japan Society for the Promotion of Science itu menghabiskan waktu untuk mengungkap pengaruh modernisasi budaya Barat seperti budaya konsumerisme di Indonesia, terutama berfokus pada tren penyebaran jilbab modis.
Sementara itu dosen Univesitas Al-Azhar Sandra Herlina dalam kajiannya bertajuk “Agama dan Orang Jepang” menemukan temuan menarik tentang premis bahwa agama kini tidak penting dalam kehidupan Jepang.
“Pada kenyataannya agama adalah bagian dari kehidupan beragama dalam perilaku mereka sebagai “penjaga tradisi” yang terjaga secara harmonis,” papar Sandra yang meneliti pola beragama orang Jepang yang unik karena bersifat sinkretis.
Rektor Universitas Darma Persada Dr. Dadang Solihin, mengharapkan acara ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian yang mengkaji isu-isu terkini tentang bahasa Indonesia dan Jepang yang menjadi unsur penting budaya kedua negara.
“Unsada sebagai trilingual campus, mengajarkan kepada semua mahasiswa tiga bahasa, Inggris, Jepang dan Indonesia. Konsep trilingual diharapkan dapat menyiapkan mahasiswa masuk ke era Masyarakat Ekonomi Asean,” tutur Dadang.
Spoiler for MIAI:
Jurnalekonomi.co.id – Jakarta, Kerajaan Jepang secara sadar telah mempelajari gerakan Islam di dunia, mendukung dan menggandeng para pemimpin Muslim Indonesia sebagai persiapan mendarat ke Indonesia pada Perang Dunia II.
Pada tahun 1922, para ahli Jepang sudah melakukan penelitian tentang Indonesia, khususnya mengenai ciri khas Islam di Indonesia. Sebelum Perang Dunia II, Jepang banyak melakukan banyak hubungan dengan organisasi prgerakan Islam di Indonesia.
“Kemudian sebelum memulai Perang Dunia II, Jepang pada 1938 bahkan mengundang utusan Muslim Indonesia ke pertemuan Muslim Internasional di Tokyo. Jepang harus melakukan hubungan dengan organisasi pergerakan Islam di Indonesia, karena pada umumnya organisasi Islam memiliki banyak pendukung dan para pemimpinnya memiliki pengaruh yang kuat di masyarakat,” tutur Erni Puspitasari, dosen sastra Jepang Universitas Darma Persada.
Kesimpulan Erni Puspitasari dalam paparan bertajuk “Jepang dan Pergerakan Islam di Indonesia” yang disajikan pada Simposium Internasional Jepang-Indonesia pada 3-4 Juni 2016 yang digelar Universitas Darma Persada dihadiri banyak peneliti Jepang dan Indonesia.
Erni memaparkan bahwa kampanye rahasia melalui agama ini muncul sejak 1901 ketika di Jepang lahir ultranasionalis bernama Black Dragon Society yang melakukan hubungan dengan negara-negara Muslim.
Setelah itu Jepang juga mendirikan organisasi The Society of Light di Shanghai pada 1923 yang merupakan organisasi Islam tingkat Asia. Untuk melakukan hubungan dengan negara-negara Muslim, Jepang menggunakan retorika anti komunis dan anti barat terutama di negara-negara di Asia Tenggara.
Selain Erni, Araki Ryo, peneliti asal Universitas Metropolitan Tokyo yang memaparkan temuannya yang menarik dalam makalah bertajuk “Apa yang Saya Pelajari melalui Melakukan Kuliah: Mengajar Budaya Islam dan Diajarkan oleh Mahasiswa.”
Araki yang merupakan peneliti Japan Society for the Promotion of Science itu menghabiskan waktu untuk mengungkap pengaruh modernisasi budaya Barat seperti budaya konsumerisme di Indonesia, terutama berfokus pada tren penyebaran jilbab modis.
Sementara itu dosen Univesitas Al-Azhar Sandra Herlina dalam kajiannya bertajuk “Agama dan Orang Jepang” menemukan temuan menarik tentang premis bahwa agama kini tidak penting dalam kehidupan Jepang.
“Pada kenyataannya agama adalah bagian dari kehidupan beragama dalam perilaku mereka sebagai “penjaga tradisi” yang terjaga secara harmonis,” papar Sandra yang meneliti pola beragama orang Jepang yang unik karena bersifat sinkretis.
Rektor Universitas Darma Persada Dr. Dadang Solihin, mengharapkan acara ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian yang mengkaji isu-isu terkini tentang bahasa Indonesia dan Jepang yang menjadi unsur penting budaya kedua negara.
“Unsada sebagai trilingual campus, mengajarkan kepada semua mahasiswa tiga bahasa, Inggris, Jepang dan Indonesia. Konsep trilingual diharapkan dapat menyiapkan mahasiswa masuk ke era Masyarakat Ekonomi Asean,” tutur Dadang.
0
2.2K
14


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan