Singapura merupakan kota dengan transportasi publik paling memadai di ASEAN. Untuk transportasi utamanya, Singapura mengandalkan Mass Rapid Transit (MRT) yang terdiri dari 5 jalur. Mayoritas stasiunnya berada dibawah tanah. Jalur MRT di Singapura memiliki panjang total 153,2 km. Penumpang hariannya mencapai 2,879 juta penumpang. Selain MRT, Singapura juga memiliki 3 jalur LRT yang memiliki panjang total 28,8 km. LRT ini difungsikan sebagai feeder atau pengumpang bagi MRT.

Singapura tidak memiliki sistem BRT (Bus Rapid Transit) seperti di Jakarta. Namun Bus di Singapura memiliki tingkat kenyamanan yang jauh diatas Jakarta. Jumlah armadanya juga sangat memadai. Ada sekitar 4.200 bus yang dioperasikan di Singapura dengan 3 operator.

Kuala Lumpur mengandalkan 2 jalur LRT sebagai transportasi utamanya. Kedua jalur ini memiliki panjang total 77,6 km. Daya angkut perharinya 465.813 penumpang.

Selain LRT, Kuala Lumpur juga memiliki 1 jalur monorel dan satu jalur BRT (Bus Rapid Transit). BRT di Kuala Lumpur ini berbeda dengan yang di Jakarta. BRT di sana menggunakan jalur khusus yang dibuat melayang dengan bus yang menggunakan tenaga listrik. Sementara untuk bus biasa, kualitas bus di Kuala Lumpur tidak jauh berbeda dengan Singapura.

Bangkok memiliki 2 sistem transportasi andalan, yaitu BTS Skytrain dan Mass Rapid Transit (MRT). BTS Skytrain merupaka sebuah sistem angkutan cepat (rapid transit) yang keseluruhan lintasannya dibuat melayang yang terdiri dari 2 jalur. Sementara Mass Rapid Transit (MRT) lintasannya dibuat dibawah tanah dengan memiliki 1 jalur. Kedua sistem transportasi ini mampu mengangkut 853.255 penumpang perhari.

Bangkok juga memiliki satu jalur Bus Rapid Transit (BRT). Panjang jalurnya mencapai 16,5 km. Diluar itu Bangkok juga memiliki bus-bus kota yang kondisinya tidak jauh berbeda dengan Jakarta.

Manila memiliki 2 jalur LRT sebagai transportasi utamanya yang memiliki panjang lintasan 33,4 km. Setiap harinya LRT ini mampu mengangkut 1,3 juta penumpang. Selain itu Manila juga memiliki 1 jalur MRT. Daya angkut perharinya mencapai 540.000 penumpang.

Manila tidak memiliki BRT seperti di Jakarta dan Bangkok, sehingga untuk transportasi berbasis bus hanya mengandalkan bus-bus dengan layanan biasa.

Ada perbedaan mencolok antara Jakarta dengan kota-kota diatas. Kalau kota-kota diatas mengandalkan angkutan cepat berbasis rel sebagai transportasi utamanya, Jakarta justru mengandalkan Bus Rapid Transit (BRT) yang dinamai Transjakarta. Bahkan Transjakarta ini merupakan BRT dengan jalur terpanjang di dunia. Sayangnya BRT ini memiliki sejumlah kelemahan dibandingkan angkutan cepat berbasis rel. Salah satunya dalam hal kapasitas. Makanya penumpang perhari transjakarta ini hanya mencapai 350.000 penumpang. Di Jakarta memang ada angkutan berbasis rel, tapi berupa kereta komuter. Jadi bukan sebagai transportasi dalam kota.

Selain BRT, Di Jakarta juga terdapat bus-bus biasa yang menjadi andalan masyarakat dalam bertransportasi. Sayangnya kualitas busnya masih jauh dibawah harapan. Namun untungnya pemerintah Jakarta mulai melakukan sejumlah pembenahan terhadap transportasi publik berbasis bus, khususnya yang non BRT. Salah satunya menyediakan layanan bus gratis untuk berkeliling kota Jakarta dengan kondisi bus yang cukup nyaman.