- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Alangkah Lucunya Negeri Ini


TS
kingenzo
Alangkah Lucunya Negeri Ini

Quote:
Hai semuanyaa!
Akhirnya, ane mencoba untuk membuat thread lagi setelah sekian lama menghilang dari dunia The Lounge. Ada satu hal yang mendorong ane untuk menulis lagi. Jadi, beberapa waktu terakhir ini ane agak geli saat menyadari kelucuan yang ada di sekitar kita. Bukan lucu ngakak gitu loh ya, tapi lucu karena banyak keanehan yang terjadi begitu aja di negeri kita tercinta ini. Bingung? Yuk scroll ke bawah!
Akhirnya, ane mencoba untuk membuat thread lagi setelah sekian lama menghilang dari dunia The Lounge. Ada satu hal yang mendorong ane untuk menulis lagi. Jadi, beberapa waktu terakhir ini ane agak geli saat menyadari kelucuan yang ada di sekitar kita. Bukan lucu ngakak gitu loh ya, tapi lucu karena banyak keanehan yang terjadi begitu aja di negeri kita tercinta ini. Bingung? Yuk scroll ke bawah!

Quote:
Quote:
Nilai > Proses
Quote:

image courtesy of infobarrel.com
"Kalian hidup di zaman di mana nilai lebih dihargai daripada proses."
Pernah denger atau baca kalimat di atas? Ane yakin pasti banyak dari kalian yang udah nggak asing sama kalimat itu. Ane sendiri udah beberapa kali baca di media sosial, dan menurut ane memang bener. Nggak cuma ane sih, banyak yang berpikiran kayak gitu juga.
Kita ambil contoh di sekolah. Coba perhatiin deh, murid yang nilainya bagus biasanya lebih disayang guru daripada yang nilainya biasa aja. Padahal, belum tentu yang nilainya bagus itu ngerjain tugas atau ulangan dengan jujur. Belum tentu juga yang nilainya biasa itu kurang belajar. Kemampuan otak setiap orang kan beda-beda, jadi wajar aja kalo ada yang nilainya tetep pas-pasan walaupun udah belajar serius.
Permasalahannya, kenapa yang lebih dipandang itu orang yang nilainya tinggi? Ya karena itu tadi, nilai lebih dihargai daripada proses. Kenyataan yang ada di sekitar kita adalah banyak orang yang cuma liat hasil akhir doang tanpa ngeliat gimana usahanya.
Menurut ane, inilah yang menjadi titik awal kenapa banyak murid yang berjuang mati-matian untuk nyontek. Karena nilai punya kedudukan di atas segalanya, mulai deh banyak orang yang mencoba berbagai cara untuk ngejar nilai tinggi. Salah satunya caranya ya nyontek. Mereka nggak peduli pake cara curang, yang penting hasil akhirnya baik.
Pernah denger atau baca kalimat di atas? Ane yakin pasti banyak dari kalian yang udah nggak asing sama kalimat itu. Ane sendiri udah beberapa kali baca di media sosial, dan menurut ane memang bener. Nggak cuma ane sih, banyak yang berpikiran kayak gitu juga.
Kita ambil contoh di sekolah. Coba perhatiin deh, murid yang nilainya bagus biasanya lebih disayang guru daripada yang nilainya biasa aja. Padahal, belum tentu yang nilainya bagus itu ngerjain tugas atau ulangan dengan jujur. Belum tentu juga yang nilainya biasa itu kurang belajar. Kemampuan otak setiap orang kan beda-beda, jadi wajar aja kalo ada yang nilainya tetep pas-pasan walaupun udah belajar serius.
Permasalahannya, kenapa yang lebih dipandang itu orang yang nilainya tinggi? Ya karena itu tadi, nilai lebih dihargai daripada proses. Kenyataan yang ada di sekitar kita adalah banyak orang yang cuma liat hasil akhir doang tanpa ngeliat gimana usahanya.
Menurut ane, inilah yang menjadi titik awal kenapa banyak murid yang berjuang mati-matian untuk nyontek. Karena nilai punya kedudukan di atas segalanya, mulai deh banyak orang yang mencoba berbagai cara untuk ngejar nilai tinggi. Salah satunya caranya ya nyontek. Mereka nggak peduli pake cara curang, yang penting hasil akhirnya baik.
Quote:
Quote:
MOS dengan Kekerasan
Quote:

image courtesy of fokusjabar.com
MOS(Masa Orientasi Siswa) adalah salah satu kegiatan yang bertujuan agar siswa baru bisa mengenal sekolahnya lebih deket lagi. Caranya pun bisa bermacam-macam, tergantung dari panitia setiap sekolah/universitas. Sayangnya, masih banyak orang yang belum tau esensi dari kegiatan ini. Maksudnya, ada sebagian panitia yang nggak bener-bener membantu adek angkatannya untuk mengenal sekolahnya. Malahan banyak yang menggunakan kegiatan ini sebagai ajang balas dendam.
Yang mau ane bahas di sini adalah MOS yang sering dilakukan dengan kekerasan fisik. Hampir setiap tahun kita mendengar berita kalo ada mahasiswa/i yang meninggal karena ulah seniornya. Ada yang dipukuli, ditendang, dan masih banyak lagi. Pertanyaannya adalah, apa mengenal lingkungan sekolah harus dengan cara kekerasan?
Berbeda seandainya kita diminta ngerjain banyak tugas dan harus selesai tepat waktu. Menurut ane itu malah penting karena kita dilatih untuk bisa me-manage waktu kapan tidur, makan, dan ngerjain tugas. Tapi apa yang bisa kita ambil kalo memakai kekerasan? Itu malah membuat kita terlihat tidak menghormati keluarga sendiri(keluarga di sini maksudnya warga satu sekolah/universitas). Coba deh pikir dulu apa alasan ente melakukan kekerasan kepada adek angkatan ente? Apa ada hubungannya dengan tujuan MOS itu sendiri?
Yang mau ane bahas di sini adalah MOS yang sering dilakukan dengan kekerasan fisik. Hampir setiap tahun kita mendengar berita kalo ada mahasiswa/i yang meninggal karena ulah seniornya. Ada yang dipukuli, ditendang, dan masih banyak lagi. Pertanyaannya adalah, apa mengenal lingkungan sekolah harus dengan cara kekerasan?
Berbeda seandainya kita diminta ngerjain banyak tugas dan harus selesai tepat waktu. Menurut ane itu malah penting karena kita dilatih untuk bisa me-manage waktu kapan tidur, makan, dan ngerjain tugas. Tapi apa yang bisa kita ambil kalo memakai kekerasan? Itu malah membuat kita terlihat tidak menghormati keluarga sendiri(keluarga di sini maksudnya warga satu sekolah/universitas). Coba deh pikir dulu apa alasan ente melakukan kekerasan kepada adek angkatan ente? Apa ada hubungannya dengan tujuan MOS itu sendiri?
Quote:
Quote:
Ironinya Hukum Indonesia
Quote:

image courtesy of faktariau.com
Jujur, sampai saat ini ane masih bingung dengan hukum di negeri tercinta ini. Harusnya, semakin berat kesalahannya, maka hukuman yang diterima pelaku semakin berat. Iya, kan? Tapi kenyataan berkata lain, gan.
Masih inget kasus nenek Minah yang mencuri 3 buah kokoa? Kejadian itu terjadi 2009 lalu. Hanya karena mencuri 3 kokoa yang nggak lebih dari 10.000 rupiah, nenek yang berumur 55 dan buta huruf ini harus datang ke pengadilan dengan meminjam 30.000 rupiah untuk biaya transportasi.
Satu lagi, kasus AAL yang mencuri sandal jepit milik Brigadir Satu, Ahmad Rusdi Harahap. Akibatnya, dia yang berumur 15 tahun itu diancam dipenjara 5 tahun. Memang perbuatan AAL dan nenek Minah itu salah karena telah mencuri barang milik orang lain. Tapi, apa adil ketika mereka yang mencuri barang seperti itu dihukum lebih berat daripada koruptor?
Sekarang kita liat para koruptor deh. Ada yang dihukum hanya 1,5 tahun; bahkan ada yang dibebaskan. Ini nih yang bikin ane bingung. Sebenernya, berat hukuman itu diliat dari mana sih? Dari tingkat kesalahan? Atau malah dari tingkat jabatan?
Masih inget kasus nenek Minah yang mencuri 3 buah kokoa? Kejadian itu terjadi 2009 lalu. Hanya karena mencuri 3 kokoa yang nggak lebih dari 10.000 rupiah, nenek yang berumur 55 dan buta huruf ini harus datang ke pengadilan dengan meminjam 30.000 rupiah untuk biaya transportasi.
Satu lagi, kasus AAL yang mencuri sandal jepit milik Brigadir Satu, Ahmad Rusdi Harahap. Akibatnya, dia yang berumur 15 tahun itu diancam dipenjara 5 tahun. Memang perbuatan AAL dan nenek Minah itu salah karena telah mencuri barang milik orang lain. Tapi, apa adil ketika mereka yang mencuri barang seperti itu dihukum lebih berat daripada koruptor?
Sekarang kita liat para koruptor deh. Ada yang dihukum hanya 1,5 tahun; bahkan ada yang dibebaskan. Ini nih yang bikin ane bingung. Sebenernya, berat hukuman itu diliat dari mana sih? Dari tingkat kesalahan? Atau malah dari tingkat jabatan?
Quote:
Quote:
Sensor yang Berlebihan
Quote:

image courtesy of youtube.com
Sensor itu emang perlu, tapi nggak berlebihan juga. Contohnya kayak ilustrasi di atas. Itu cuma merah susu sapi loh, gan. Nggak ada joroknya sama sekali, tapi disensor. Aneh kan? Banget. Sampai detik ini ane masih bingung kenapa itu disensor. Masak kita bakal "mikir aneh-aneh" kalo liat gituan? 
Selain itu masih ada lagi. Kalo ente perhatiin, gambar yang terbuka dikit(masih wajar) aja disensor. Kalo tujuan disensor itu supaya anak-anak nggak liat hal-hal berbau terbuka, menurut ane kurang tepat. Biasanya anak malah cenderung mencoba ketika dilarang. Maksudnya, ketika gambar tersebut disensor, kemungkinan besar doi malah mencari tau apa sebenarnya yang disensor. Kebanyakan anak-anak punya rasa ingin tau yang tinggi, makanya mereka bakal nyari tau.
Ironisnya, yang seharusnya disensor malah nggak disensor, gan. Contohnya? Coba liat sinetron deh. Kebanyakan isinya berantem, balap liar, kekerasan gitulah. Tapi, apa ada sensor? Nggak ada sama sekali. Aneh, kan? Kekerasan nggak disensor, tapi memerah susu sapi yang nggak ada unsur membahayakan aja disensor.

Selain itu masih ada lagi. Kalo ente perhatiin, gambar yang terbuka dikit(masih wajar) aja disensor. Kalo tujuan disensor itu supaya anak-anak nggak liat hal-hal berbau terbuka, menurut ane kurang tepat. Biasanya anak malah cenderung mencoba ketika dilarang. Maksudnya, ketika gambar tersebut disensor, kemungkinan besar doi malah mencari tau apa sebenarnya yang disensor. Kebanyakan anak-anak punya rasa ingin tau yang tinggi, makanya mereka bakal nyari tau.
Ironisnya, yang seharusnya disensor malah nggak disensor, gan. Contohnya? Coba liat sinetron deh. Kebanyakan isinya berantem, balap liar, kekerasan gitulah. Tapi, apa ada sensor? Nggak ada sama sekali. Aneh, kan? Kekerasan nggak disensor, tapi memerah susu sapi yang nggak ada unsur membahayakan aja disensor.

Quote:
Apa ada juga yang merasa "geli" sama seperti ane?
Kalo ada yang mau nambahin, nanti ane masukin di post #2
Kalo ada yang mau nambahin, nanti ane masukin di post #2

Quote:
Sumber isi thread:
Semua tulisan murni buatan TS
Semua tulisan murni buatan TS
Quote:

0
24.6K
Kutip
242
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan