- Beranda
- Komunitas
- News
- Beritagar.id
Empat penyebab lonjakan uang saat Ramadan dan Idulfitri


TS
BeritagarID
Empat penyebab lonjakan uang saat Ramadan dan Idulfitri

Petugas mengecek kondisi uang untuk di distribusikan di Bank Indonesia, Jakarta, Senin (6/6/2016).
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan kebutuhan uang atau outflow pada Ramadan dan IdulFitri 2016 mencapai Rp160,4 triliun dan uang disimpan atau inflow sebesar Rp29,9 triliun.
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI, Suhaedi, mengatakan proyeksi tersebut meningkat 14,5 persen dari jumlah uang yang beredar pada Ramdan dan Idulfitri 2015 dengan total Rp140 triliun untuk outflow dan Rp26,2 triliun untuk inflow.
Menyisir dari Liputan6.com,setidaknya ada empat faktor yang menyebabkan naiknya kebutuhan uang di masyarakat pada Ramadan dan Idulfitri 2016 ini.
Pertama, adanya pembayaran gaji ke-13 dan 14 bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi pekerja non-PNS yang dijadwalkan akan cair pada Juni hingga Juli mendatang.
Kedua, banyaknya jumlah hari libur yang membuat masyarakat makin sering membelanjakan uang mereka.
Ketiga, bertepatan juga dengan liburan sekolah. Suhaedi mengatakan liburan sekolah membuat kebutuhan akan uang semakin tinggi.
Keempat, banyaknya titik-titik penukaran uang yang disediakan BI dan perbankan lain. Titik-titik penukaran itu membuat akses bagi masyarakat dalam mendapatkan uang menjadi lebih mudah.
Kebutuhan uang diprediksi akan didominasi oleh uang pecahan besar atau dengan nominal dari Rp20.000 ke atas yang jumlahnya mencapai 92 persen dari total outflow. Sisanya, atau sebesar 8 persen, merupakan pecahan kecil dengan nominal dari Rp10.000 ke bawah.
Pulau Jawa diprediksi akan menjadi wilayah dengan permintaan uang terbesar sebesar 33 persen atau dengan nominal sekitar Rp55,7 triliun. Khusus untuk Jabodetabek, kebutuhan uang diprediksi mencapai 28 persen atau sekitar Rp41,5 triliun.
Untuk wilayah Sumatra, kebutuhan uang sekitar 20 persen atau sekitar Rp32,6 triliun. Wilayah Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara diprediksi mencapai sekitar 11 persen atau Rp17,6 triliun. Kebutuhan uang paling kecil diprediksi terjadi di Kalimantan yang hanya 7 persen atau sekitar Rp11,3 triliun.
BI mengaku telah mengantisipasi kebutuhan uang oleh masyarakat dengan mempersiapkan pelayanan sistem pembayaran tunai dan nontunai.
Untuk kebutuhan uang tunai, BI akan mengoptimalkan distribusi dan persediaan uang tunai di kantor pusat dan kantor perwakilannya di daerah. Selain itu, mengoptimalkan kerja sama dengan perbankan dan pihak terkait lainnya untuk menambah titik atau loket penukaran uang.
Ada juga penyediaan kegiatan layanan kas keliling di pasar-pasar dan tempat keramaian masyarakat lainnya untuk penukaran uang pecahan kecil.
Dari sisi nontunai, seperti yang dipaparkan dalam Katadata.co.id, BI telah mempersiapkan infrastruktur dan layanan sistem pembayaran agar mampu mengantisipasi peningkatan transaksi melalui sistem Real Time Gross Settlement (RGTS) maupun Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI).
BI-RTGS adalah sistem transfer dana elektronik yang penyelesaian setiap transaksinya dilakukan dalam waktu seketika. BI juga akan memastikan seluruh perangkat cadangan berfungsi baik.
Hingga 31 Mei 2016, jumlah uang beredar sudah mencapai Rp534,7 triliun yang terdiri dari uang kertas senilai Rp527,6 triliun uang kertas dengan jumlah 16 miliar bilyet atau lembar. Sementara untuk uang logam senilai Rp7,1 triliun atau 19 miliar keping.
Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-dan-idulfitri
---


anasabila memberi reputasi
1
943
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan