- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ilmuwan Amerika Kembangkan Embrio Persilangan Manusia dan Babi


TS
ari.boental
Ilmuwan Amerika Kembangkan Embrio Persilangan Manusia dan Babi
Ilmuwan Amerika sedang melakukan penelitian kontroversial dalam upaya membantu menumbuhkan organ untuk transplantasi. Namun, mendengar penelitian yang melibatkan gen babi dan manusia, ini agak membuat bulu kuduk merinding. Seolah kisah dalam Novel Fiksi horor terbitan tahun 1896 berjudul “The Island Of Dr. Moreau” karya H.G. Wells, dimana persilangan spesies manusia dan hewan menjadi kenyataan tapi kemudian menebar ketakutan.
Para peneliti dari University of California, berhasil menyuntikkan sel induk manusia ke dalam embrio babi untuk menghasilkan embrio persilangan manusia-babi, yang dikenal sebagai Chimera. Seperti dilaporkan situs BBC, hasil rekayasa genetika ini berpotensi tumbuh menjadi babi yang berisi organ tubuh manusia. Sebagaimana diketahui, manusia dan babi memiliki kemiripan secara genetik.
Tujuan dari penelitian ini bukan untuk membuat makhluk setengah babi-setengah manusia, melainkan untuk membantu memecahkan masalah kurangnya pasokan organ transplantasi di seluruh dunia. Meski demikian, penelitian ini tetap saja mengundang kontroversi, kemarahan dan kritik moral atas kekhawatiran terjadinya gangguan genetik. Termasuk ketakutan paling paranoid soal kemungkinan menghasilkan babi yang mampu berpikir seperti manusia.
Sejauh ini Dewan Etika Penelitian dan Pemerintah Amerika hanya mengizinkan embrio hasil persilangan gen babi dangan gen manusia itu berkembang sampai usia 28 hari. Kemudian proses perkembangan embrio harus dihentikan dan jaringan diangkat untuk proses analisis.

Sebagian besar gen dalam percobaan persilangan ini berasal dari babi, dari sisi manusia hanya gen bagian pankreas saja yang disilangkan degan gen babi itu. “Dengan percobaan ini kami berharap embrio babi ini akan berkembang normal, kemudian menghasilkan organ pankreas yang secara eksklusif berasal dari sel manusia dan bisa kompatibel dengan pasien untuk transplantasi,” kata Pablo Ross, Ahli Biologi Reproduksi yang memimpin penelitian ini.
Namun, para kritikus mengkhawatirkan kemungkinan sel-sel manusia bisa bermigrasi dan berkembang di otak babi dan bisa membuat babi lebih memiliki kepekaan manusiawi. Namun ketakutan ini masih terbukti tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. “Kami pikir potensi itu sangat rendah, tapi ini adalah sesuatu yang akan terus kami dalami,” kata Ross.
Proses persilangan gen ini memungkinkan berkat terobosan proses editing gen berdasarkan metodologi CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats) atau pengelompokan gen secaea teratur dengan pengulangan palindromic secara singkat. Intinya, dalam proses ini embrio babi yang hampir terbentuk direkayasa, dengan mematikan bagian DNA yang akan berkembang membangun organ pankreas babi. Dalam tahap ini, sel induk manusia kemudian disuntikkan untuk mengisi kesenjangan dan kekosongan DNA, sehingga memberikan petunjuk alternatif untuk membangun pankreas yang merupakan Pankreas dari jenis manusia sebagai gantinya.

Tak hanya dari sisi kekhawatiran dan ketakutan pada dampak negarif penelitian, para aktivis hak-hak hewan juga mempertanyakan keabsahan metodologi yang menjadikan hewan sebagai inkubator untuk organ tubuh manusia. Selain itu, ada juga kekhawatiran medis bagi mereka yang mungkin menerima salah satu transplantasi organ Pankreas dengan cara ini. Misalnya, bisa terjangkit virus babi dan membentuk penyakit baru pada populasi manusia.
Para Peneliti yang terlibat dalam penelitian ini berjanji bahwa semua kekhawatiran ini benar-benar dipertimbangkan. Namun, mereka sangat yakin bahwa metodologi CRISPR sangat handal dalam menghapus dan mengantisipasi masalah virus. “Editing Gen bisa memastikan organ yang sangat bersih, tersedia sesuai permintaan dan sehat, sehingga dihasilkan organ unggul sebagai organ donor bagi pasien manusia,” kata Profesor George Church, seorang peneliti di Harvard Medical School, yang dalam penelitian lain telah mempraktikkan metode CRISPR untuk menghapus lebih dari 60 retrovirus babi.
Meski daftar tunggu pasien yang membutuhkan transplantasi organ Pankreas sudah sangat panjang, namun dalam pemikiran banyak kalangan, pendekataan ini masih dianggap menabrak banyak sendi moral dan etika juga ceruk psikologis orang awam. Sehingga, mungkin para ilmuwan harus memikirkan pendekatan lain.
Bagi kaum muslimin, mungkin ada hikmah lain dari penelitian ini. Yang seolah sekali lagi membuktikan bahwa larangan memakan daging babi bukan sesuatu yang tak memiliki alasan. Dimana gen manusia dan gen babi terbukti bisa dan memungkinkan untuk menyatu.
sumber
Para peneliti dari University of California, berhasil menyuntikkan sel induk manusia ke dalam embrio babi untuk menghasilkan embrio persilangan manusia-babi, yang dikenal sebagai Chimera. Seperti dilaporkan situs BBC, hasil rekayasa genetika ini berpotensi tumbuh menjadi babi yang berisi organ tubuh manusia. Sebagaimana diketahui, manusia dan babi memiliki kemiripan secara genetik.
Tujuan dari penelitian ini bukan untuk membuat makhluk setengah babi-setengah manusia, melainkan untuk membantu memecahkan masalah kurangnya pasokan organ transplantasi di seluruh dunia. Meski demikian, penelitian ini tetap saja mengundang kontroversi, kemarahan dan kritik moral atas kekhawatiran terjadinya gangguan genetik. Termasuk ketakutan paling paranoid soal kemungkinan menghasilkan babi yang mampu berpikir seperti manusia.
Sejauh ini Dewan Etika Penelitian dan Pemerintah Amerika hanya mengizinkan embrio hasil persilangan gen babi dangan gen manusia itu berkembang sampai usia 28 hari. Kemudian proses perkembangan embrio harus dihentikan dan jaringan diangkat untuk proses analisis.

Sebagian besar gen dalam percobaan persilangan ini berasal dari babi, dari sisi manusia hanya gen bagian pankreas saja yang disilangkan degan gen babi itu. “Dengan percobaan ini kami berharap embrio babi ini akan berkembang normal, kemudian menghasilkan organ pankreas yang secara eksklusif berasal dari sel manusia dan bisa kompatibel dengan pasien untuk transplantasi,” kata Pablo Ross, Ahli Biologi Reproduksi yang memimpin penelitian ini.
Namun, para kritikus mengkhawatirkan kemungkinan sel-sel manusia bisa bermigrasi dan berkembang di otak babi dan bisa membuat babi lebih memiliki kepekaan manusiawi. Namun ketakutan ini masih terbukti tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. “Kami pikir potensi itu sangat rendah, tapi ini adalah sesuatu yang akan terus kami dalami,” kata Ross.
Proses persilangan gen ini memungkinkan berkat terobosan proses editing gen berdasarkan metodologi CRISPR (Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats) atau pengelompokan gen secaea teratur dengan pengulangan palindromic secara singkat. Intinya, dalam proses ini embrio babi yang hampir terbentuk direkayasa, dengan mematikan bagian DNA yang akan berkembang membangun organ pankreas babi. Dalam tahap ini, sel induk manusia kemudian disuntikkan untuk mengisi kesenjangan dan kekosongan DNA, sehingga memberikan petunjuk alternatif untuk membangun pankreas yang merupakan Pankreas dari jenis manusia sebagai gantinya.

Tak hanya dari sisi kekhawatiran dan ketakutan pada dampak negarif penelitian, para aktivis hak-hak hewan juga mempertanyakan keabsahan metodologi yang menjadikan hewan sebagai inkubator untuk organ tubuh manusia. Selain itu, ada juga kekhawatiran medis bagi mereka yang mungkin menerima salah satu transplantasi organ Pankreas dengan cara ini. Misalnya, bisa terjangkit virus babi dan membentuk penyakit baru pada populasi manusia.
Para Peneliti yang terlibat dalam penelitian ini berjanji bahwa semua kekhawatiran ini benar-benar dipertimbangkan. Namun, mereka sangat yakin bahwa metodologi CRISPR sangat handal dalam menghapus dan mengantisipasi masalah virus. “Editing Gen bisa memastikan organ yang sangat bersih, tersedia sesuai permintaan dan sehat, sehingga dihasilkan organ unggul sebagai organ donor bagi pasien manusia,” kata Profesor George Church, seorang peneliti di Harvard Medical School, yang dalam penelitian lain telah mempraktikkan metode CRISPR untuk menghapus lebih dari 60 retrovirus babi.
Meski daftar tunggu pasien yang membutuhkan transplantasi organ Pankreas sudah sangat panjang, namun dalam pemikiran banyak kalangan, pendekataan ini masih dianggap menabrak banyak sendi moral dan etika juga ceruk psikologis orang awam. Sehingga, mungkin para ilmuwan harus memikirkan pendekatan lain.
Bagi kaum muslimin, mungkin ada hikmah lain dari penelitian ini. Yang seolah sekali lagi membuktikan bahwa larangan memakan daging babi bukan sesuatu yang tak memiliki alasan. Dimana gen manusia dan gen babi terbukti bisa dan memungkinkan untuk menyatu.
sumber
0
3.8K
27


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan