- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Muhammad Ali: Indonesia Negara Unik, Penduduknya Selalu Tersenyum


TS
si.tamfan
Muhammad Ali: Indonesia Negara Unik, Penduduknya Selalu Tersenyum
Quote:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Legenda tinju kelas berat Muhammad Ali dua kali berkunjung ke Indonesia. Ali pertama kali menginjakkan kaki di bumi Indonesia pada 1973. Dalam kunjungan ke Indonesia, Ali juga menyempatkan diri untuk bertanding tinju secara resmi yang dipromotori Raden Sumantri.
Pada 20 Oktober 1973, Ali 'menyiksa' lawannya, Rudi Lubbers, selama 12 ronde dalam pertandingan kelas berat tanpa gelar di Istora Senayan, Jakarta. Oleh publik dan pers Indonesia, pertandingan Ali versus Lubbers disebutkan sebagai pertandingan eksibisi. Namun, nyatanya ini adalah pertandingan resmi, walau tidak memperebutkan gelar.
Kesan pertama berkunjung ke Indonesia pada 1973, Ali menyatakan, "Sebuah negara yang unik, di mana penduduknya sangat bersahabat, dan selalu tersenyum kepada siapa pun."
Setelah pensiun dari dunia tinju pada 1981, Ali untuk kedua kalinya menginjakkan kaki di bumi Indonesia pada 23 Oktober 1996, dan sempat bertemu pejabat tinggi negeri ini. Di antaranya adalah menteri penerangan saat itu Harmoko.
Ali meninggal pada usia 74 tahun di sebuah rumah sakit di Phoenix, Arizona, Amerika Serikat. Seorang sumber yang dekat dengan keluarga Ali mengatakan, sang petinju legendaris tersebut berada di ambang kematian.
"Ini kondisi yang luar biasa. Mereka sedang menyiapkan kuburan dalam hitungan jam," ucap sumber tersebut seperti dikutip Reuters, Sabtu (4/6).
Sumber itu mengatakan ia telah berbicara dengan istri Ali, Lonnie. "Ini bisa lebih dari beberapa jam, tapi itu tidak akan lama. Pengaturan pemakaman sudah dibuat," ungkap sumber tersebut.
Pada 1967-1970, Ali diskors oleh Komisi Tinju karena menolak program wajib militer pemerintah Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Ungkapannya yang terkenal dalam menolak wamil ini, "Saya tidak ada masalah dengan orang-orang Vietcong, dan tidak ada satupun orang Vietcong yang memanggilku dengan sebutan Nigger!"
http://www.republika.co.id/berita/ol...ersenyum-part1
Mike Tyson: Selamat Jalan Sosok Hebat, Muhammad Ali...

Liputan6.com, Phoenix- Mantan petinju juara dunia, Mike Tyson turut berduka atas meninggalnya sang legendaris Muhammad Ali. Hal tersebut ia lontarkan melalui akun twitter resminya.
"Tuhan telah memanggil sang juara untuk kembali kepada-Nya. Selamat jalan sosok hebat," demikian kicauan Tyson, mengutip Sports Illustrated, Sabtu (4/6/2016).
Tyson mulai terjun ke dunia tinjua 7 tahun setelah Ali pensiun. Ia pertama kali meraih posisi juara dunia pada tahun 1988.
Mike Tyson, seperti Ali, juga dipandang sebagai petarung hebat yang disegani oleh lawannya.
Tak dapat dipungkiri bahwa Muhammad Ali yang tutup usia pada usia 74 tahun itu merupakan yang paling legendaris di antara lainnya. Ia sempat memenangkan 3 pertarungan kelas berat berskala internasional, bahkan sudah lama menjadi kiblat bagi para petarung hebat lain seperti Mike Tyson.
Muhammad Ali meninggal di rumah sakit di Phoenix, negara bagian Arizona, AS pada Jumat 3 Juni 2016 waktu setempat. Ia sempat dirawat intensif karena mengalami gangguan pada pernapasan. Segala upaya telah dilakukan tim medis, tapi nyawanya tak tertolong.
Sejak pensiun tahun 1981, Ali memang kerap keluar masuk rumah sakit. Terakhir, ia mendapat perawatan pada awal tahun 2015 karena didiagnosis pneumonia.
Selain itu sang petinju legendaris itu juga sudah lama mengidap parkinson. Namun, hal itu tidak mengganggunya untuk terus berkegiatan amal di seluruh dunia.
Rencananya, jenazah Muhammad Ali akan dimakamkan di kampung halamannya di Louisville. Namun pihak keluarga belum menyebutkan kapan pemakaman itu akan dilakukan.
http://global.liputan6.com/read/2523...adline_click_1
Sosok Muhammad Ali, 'Wajah' Perlawanan Parkinson

Liputan6.com, New York - Muhammad Ali berhasil melawan pentolan-pentolan dunia tinju. Tapi pertarungan terbesarnya berada di luar arena itu, melawan musuh yang tak bisa dibuat KO hingga akhir hayatnya.
Dikutip dari New York Daily News pada Sabtu (4/6/2016), selama 3 dekade terakhir ini, pria yang dahulunya bernama Cassius Marcellus Clay, Jr berperang melawan penyakit Parkinson. Meski didera keterbatasan fisik yang merampas kemampuan berbicaranya, ia tak malu tampil di muka umum.
Leslie Chambers, presiden dan CEO untuk American Parkinson Disease Association, mengatakan, "Tidak mementingkan diri dan berani, itulah dua hal yang ia wariskan."
Berulang kali di depan kamera, Ali memainkan peran penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan penyakit syaraf yang belum dapat disembuhkan ini.
Chambers melanjutkan, "Ia menarik perhatian khalayak Amerika kepada penyakit ini. Kami sangat bersyukur memilikinya. Sekian lamanya ia telah membantu masyarakat dalam cara yang mengagumkan.”
Ali baru berusia 42 tahun ketika pertama kali mendapat diagnosa penyakit degeneratif yang menyerang tubuh dan merampas kemampuan berbicara, Parkinson pada 1984. Hanya 3 tahun setelah pertandingan terakhir dalam karirnya yang mengagumkan, perlahan tapi pasti fungsi beberapa organ tubuhnya menurun.
Orang-orang di sekitarnya mengamati bahwa bicaranya mulai melantur, gerak tubuhnya pun melamban bahkan sebelum laga terakhirnya pada 1981. Sekitar 10 tahun kemudian, ia tampil dalam kondisi tubuh menurun dalam wawancara dengan Bryant Gumbel melalui acara ‘Today Show’ di stasiun NBC.

Tiada lagi senyumnya yang menggetarkan, wajahnya tampak kaku. Tiada lagi celoteh-celoteh singkatnya karena kalimat-kalimat dari mulutya melantur dan tak dapat dimengerti oleh Gumbel.
Tapi, ia tetap menampilkan hati seorang juara. Gumbel bertanya, "Apakah kamu terganggu kalau orang bilang kamu seharusnya mundur lebih dini dan mengira kamu sakit karena tonjokan-tonjokan?"
Ali menjawab, "Kalau saya melakukan itu, saya tidak akan ada di acara kamu ini."
Ali berperan penting untuk suatu momen paling berharga dalam sejarah olahraga 5 tahun kemudian. Salah satu rahasia paling terjaga sebelum Summer Games 1996 di Atlanta, Georgia, saat ia terpilih menjadi wakil yang menyalakan api di kawah Olimpiade.
Kemudian rahasia Ali menderita Parkinson tersingkap kala dirinya muncul di bawah kawah api, di hadapan perenang AS, Janet Evans, yang kemudian menyerahkan obor kepadanya.
Penonton terkesima kemudian menjadi riuh setelah Ali, dengan tangan kiri yang bergetar dan tubuh gemetar, ia berhasil menyulut kabel yang membawa api hingga ke kawah.

Kolumnis Ken Rosenthal dari harian Baltimore Sun mengatakan, "Ini adalah momen Olimpiade paling langka, momen kesedihan tak terhingga, tapi sungguh anggun."
"Kita tidak mengetahui harus bersorak atau menangis. Kita hanya bisa menyaksikan dan terpana sekali lagi untuk Muhammad Ali."
Leslie Chambers kemudian mengaku ia masih memiliki kenangan yang jelas tentang saat-saat Ali berjuang dengan Parkinson.
"Ini semua adalah tentang keberanian. Tertulis di sekujur tubuhnya dan dia tidak membiarkan penyakit itu mengalahkannya. Ia masih tetap yang terbaik," ungkap kolumnis itu.
Dalam beberapa tahun ke depan, Ali menjadi semakin lunglai dan penampilannya di depan umum juga berkurang. Tapi ia muncul lagi 2 bulan lalu dalam acara Celebrity Fight Night, yaitu acara gala penggalangan dana di kota Phoenix, Arizona, untuk penanganan penyakit Parkinson.
Saat itu, Ali mengenakan kacamata gelap. Tubunya sudah bungkuk dan ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Walaupun begitu, ia tetap mengundang rasa hormat hadirin yang kemudian berdiri untuk menghormatinya.
Selamat jalan, Muhammad Ali.

http://global.liputan6.com/read/2523...anan-parkinson
RIP Muhammad Ali..

Diubah oleh si.tamfan 04-06-2016 18:15
0
5.9K
Kutip
41
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan