- Beranda
- Komunitas
- Story
- B-Log Personal
Diary Psikopat


TS
pparampa
Diary Psikopat
Peringatan!
Jika anda tidak cukup paham maksud thread ini maka silahkan report admin atau kirim bata.
Jika anda tidak cukup paham maksud thread ini maka silahkan report admin atau kirim bata.
Spoiler for Perkenalan:
Setiap orang punya batas toleransi ketika marah. Setiap orang bisa memiliki dendam. Sekalipun Ms.X, dia memang bukan wanita luar biasa. Dia tidak pernah masuk rumah sakit jiwa, tidak pernah sekalipun terindikasi gangguan jiwa. Ms.X seperti wanita yanga nda temui ketika berangkat kerja, belanja di pasar, diskusi soal berita terkini, atau menyambut anda dengan sapaan ketika masuk ke minimarket. Badannya tidak gemuk, tidak juga kurus, senyumnya manis. Namun dia seorang psikopat.
Cerita 1 : Abang Ojek
Spoiler for abang ojek #1:
Sudah lumayan larut, terlalu telat untuk mencari angkot. Bus juga sudah tidak beroperasi. Ia menggigit bibir, haruskan naik ojek? Ia melirik isi dompet. Jika naik taksi, uang makan sehari akan habis percuma. Sambil berjalan ke perempatan ia kembali menimbang, dilihatnya langit, cerah. Sepertinya ojek pun tidak apa-apa.
Di perempatan terlihat lampu temaram menerangi sebuah saung, biasanya cukup ramai tapi kali ini sepi. Ia kembali ragu mendapatkan tumpangan pulang. Namun dilihatnya sebuah motor matic terparkir, masih ada harapan. Seorang pria berjaket kumal sedang merokok di saung. Tangannya sesekali meraih handphone dan berbalas pesan singkat. Ia segera memberi kode pada lelaki itu, yang dibalas hanya dengan lirikan.
"Mas, Ojek kampung baru" ujarnya cepat. Pria itu dengan malas beranjak, menawarkan helm, lalu menyalakan motor. Tidak ada obrolan apapun. Ia duduk menghadap depan, merasa beruntung memakai celana. Tas ia dekap di depan dadanya. Motor berjalan lambat memasuki jalan besar yang lengang. Tukang ojek itu sesekali bersiul ketika melewati gerombolan banci yang mangkal di pinggir jalan. Selera yang aneh, pikirnya.
Sampai jalan masuk kampung lama, jalan mulai rusak dan benar-benar sepi. Di depan sudah menunggu jajaran pohon bambu, jalan tercepat tapi paling malas ia lewati. Akan ada satu kilo jauhnya bambu-bambu ini berjajar dan jalanan yang hampir gelap. Ini membuatnya khawatir.
"Pak, lewat jalan besar saja " katanya sedikit memohon.
"Lebih cepet neng. Paling ada setan lewat" kata tukang ojek santai. Si ojek memang sepertinya ingin bergegas, tangannya memacu motor dengan kasar di jalanan rusak.
Ia meremas tasnya yang ia taruh di depan dada. Kembali ia usir perasaan aneh di kepalanya.
"Tidak.. Tidak.. Tidak... Jangan.. jangan.." batinnya. Mereka berlalu melewati sebuah pos jaga yang sudah lama rusak. Ia memejamkan mata. Kemudian motor terasa berat, jalan mulai menanjak dan tanjakan itu sangat panjang, motor menderu kelelahan.
" Sialan! " raung tukang ojek itu sambil memaksakan laju motornya.
Kemudian tukang ojek itu merasakan sensasi berbeda. Lehernya gatal, kaos dan jaketnya basah. Kemudian nafasnya tercekat, ia kehilangan keseimbangan. Motor beserta para penumpangnya jatuh dan berguling menuruni tanjakan terjal. Ia ingin berteriak tapi tak ada suara yang keluar, kecuali suara mengorok seperti babi. Sekejap kemudian si tukang ojek tak sadarkan diri.
Ia tersadar dengan tangan basah, dihadapannya tukang ojek terkapar dengan belati menancap di lehernya. Ia menutupi mukanya, namun ia sadar tangannya penuh darah. Disampingnya ada sebilah bambu entah darimana, dengan dua daun telinga berserakan di sekitarnya.
"Ia tidak mau mendengarkan" gumamnya. Kemudia ia berlalu ke arah parit, membersihkan diri. Malam makin larut, ia melanjutkan perjalanan pulang seorang diri, berjalan kaki.
"Tau gini, tadi naik taksi " umpatnya sambil berlalu.
Di perempatan terlihat lampu temaram menerangi sebuah saung, biasanya cukup ramai tapi kali ini sepi. Ia kembali ragu mendapatkan tumpangan pulang. Namun dilihatnya sebuah motor matic terparkir, masih ada harapan. Seorang pria berjaket kumal sedang merokok di saung. Tangannya sesekali meraih handphone dan berbalas pesan singkat. Ia segera memberi kode pada lelaki itu, yang dibalas hanya dengan lirikan.
"Mas, Ojek kampung baru" ujarnya cepat. Pria itu dengan malas beranjak, menawarkan helm, lalu menyalakan motor. Tidak ada obrolan apapun. Ia duduk menghadap depan, merasa beruntung memakai celana. Tas ia dekap di depan dadanya. Motor berjalan lambat memasuki jalan besar yang lengang. Tukang ojek itu sesekali bersiul ketika melewati gerombolan banci yang mangkal di pinggir jalan. Selera yang aneh, pikirnya.
Sampai jalan masuk kampung lama, jalan mulai rusak dan benar-benar sepi. Di depan sudah menunggu jajaran pohon bambu, jalan tercepat tapi paling malas ia lewati. Akan ada satu kilo jauhnya bambu-bambu ini berjajar dan jalanan yang hampir gelap. Ini membuatnya khawatir.
"Pak, lewat jalan besar saja " katanya sedikit memohon.
"Lebih cepet neng. Paling ada setan lewat" kata tukang ojek santai. Si ojek memang sepertinya ingin bergegas, tangannya memacu motor dengan kasar di jalanan rusak.
Ia meremas tasnya yang ia taruh di depan dada. Kembali ia usir perasaan aneh di kepalanya.
"Tidak.. Tidak.. Tidak... Jangan.. jangan.." batinnya. Mereka berlalu melewati sebuah pos jaga yang sudah lama rusak. Ia memejamkan mata. Kemudian motor terasa berat, jalan mulai menanjak dan tanjakan itu sangat panjang, motor menderu kelelahan.
" Sialan! " raung tukang ojek itu sambil memaksakan laju motornya.
Kemudian tukang ojek itu merasakan sensasi berbeda. Lehernya gatal, kaos dan jaketnya basah. Kemudian nafasnya tercekat, ia kehilangan keseimbangan. Motor beserta para penumpangnya jatuh dan berguling menuruni tanjakan terjal. Ia ingin berteriak tapi tak ada suara yang keluar, kecuali suara mengorok seperti babi. Sekejap kemudian si tukang ojek tak sadarkan diri.
Ia tersadar dengan tangan basah, dihadapannya tukang ojek terkapar dengan belati menancap di lehernya. Ia menutupi mukanya, namun ia sadar tangannya penuh darah. Disampingnya ada sebilah bambu entah darimana, dengan dua daun telinga berserakan di sekitarnya.
"Ia tidak mau mendengarkan" gumamnya. Kemudia ia berlalu ke arah parit, membersihkan diri. Malam makin larut, ia melanjutkan perjalanan pulang seorang diri, berjalan kaki.
"Tau gini, tadi naik taksi " umpatnya sambil berlalu.
Cerita 2 : Catlady
Spoiler for Catlady #2:
Disesapnya teh sore itu, semburat lelah perlahan memudar. Beberapa pakaian hitam terayun angin di jemuran. Ia tersenyum, tidak ada yang terlihat bernoda. Kali ini ia tidak perlu membakar atau membuang bajunya lagi. Yup, pengiritan. Sekarang ia begitu suka dengan warna hitam, cukup mudah untuk dibersihkan. Disesapnya lagi teh hangatnya, sambil berjalan di atas rumput, ia menikmati hangatnya cahaya matahari.
"Meong.. Meong..Meong.."
Suara kucing terdengar dibalik semak. Ia bergegas mendatanginya, dan kemudian bersorak riang. Ada kejutan paket kucing hitam rupanya, bukan hanya satu tapi tiga. Kucing-kucing itu sepertinya masih kecil. Tanpa ragu Ia merengkuh ketiganya dan dibawanya masuk. Seketika ia sibuk mencari kotak dan beberapa kaos bekas. Jadilah ketiga anak kucing itu penghuni baru di rumah.
"Meong.. Meong..Meong.."
Kucing-kucing itu mengubah kesehariannya. Sekarang ia punya rutinitas baru. Setiap pagi dan sore Ia menyempatkan untuk memberi ketiga anak kucing itu makan. Susu atau ikan, hanya ada dua pilihan. Setiap ia datang, kucing-kucing itu mengeong kencang. Terkadang ia sempatkan untuk membersihkan kotak atau menyeka bulu-bulunya supaya bersih dan mengkilat. Sungguh menyenangkan.
"Meong.. Meong..Meong.."
Tak terasa sudah hampir sebulan ketiga kucing itu berada di rumahnya. Dan sekarang banyak kejadian aneh menyambutnya ketika pulang. Seketika rumah berantakan, barang-barang berjatuhan, pot hias berserakan. Lelah rasanya membayangkan mengurus tiga anak kucing yang mulai nakal. Namun jika mereka sedang jinak, ternyata masih menyenangkan.
"Meong.. Meong..Meong.."
Sore itu ketiga kucingnya kembali berulah. Entah untuk keberapa kalinya ia berusaha menghela mereka untuk kembali ke kotaknya. Nafasnya sudah setengah, sungguh lelah. Ia kemudian beranjak ke kebun belakang, diambilnya segagang kayu. Kucing-kucing itu seketika diam. Mereka berlari ketakutan menuju kotaknya, berebutan mengambil tempat paling sudut.
"Kalian mulai nakal, aku lelah " katanya sambil mengayun ayun gagang kayu kearah kucing-kucing yang ketakutan.
"Ampun.. Ampun.. Ampun" lolongan lirih terdengar. Ia berhenti sebentar.
"Kalian kuminta menjadi kucing yang manis, supaya kurawat dan kuberi makan. namun sekarnag kalian menyebalkan. Enyahlah!" katanya sambil terus mengayun gagang kayunya ke tubuh-tubuh kecil itu.
"Ampun, lepaskan kami.. lepaskan.. kami akan jadi kucing yang baik" lolongnya lagi.
"Baiklah, kalian kucingku.. anak-anak kucingku..besok atau lusa jika aku ingin anak anjing juga.. kalian juga akan jadi anak anjingku..".
Ia menghentikan ayunan kayunya, lalu memasang simpul di ketiga leher anak-anak itu. Kemudian ia ke dapur, mengambil sekotak susu dan menuangkannya di sebuah ember. Ketiganya dengan takut berebut meminumnya, mengabaikan lebam-lebam biru di tubuh kehitaman mereka. Ia tersenyum meliha 'peliharaannya' kembali jinak. Ia menutup kotaknya, namun kali ini berbeda. Ia mengunci mereka di dalam kotak, tidak seperti sebelumnya. Sebulan berikutnya ia mulai lupa pada ketiga 'peliharaannya'. Pun lolongan tidak terdengar lagi. Ia berpikir, mungkin memang bukan bakatnya menjadi seorang catlady.
"Meong.. Meong..Meong.."
Suara kucing terdengar dibalik semak. Ia bergegas mendatanginya, dan kemudian bersorak riang. Ada kejutan paket kucing hitam rupanya, bukan hanya satu tapi tiga. Kucing-kucing itu sepertinya masih kecil. Tanpa ragu Ia merengkuh ketiganya dan dibawanya masuk. Seketika ia sibuk mencari kotak dan beberapa kaos bekas. Jadilah ketiga anak kucing itu penghuni baru di rumah.
"Meong.. Meong..Meong.."
Kucing-kucing itu mengubah kesehariannya. Sekarang ia punya rutinitas baru. Setiap pagi dan sore Ia menyempatkan untuk memberi ketiga anak kucing itu makan. Susu atau ikan, hanya ada dua pilihan. Setiap ia datang, kucing-kucing itu mengeong kencang. Terkadang ia sempatkan untuk membersihkan kotak atau menyeka bulu-bulunya supaya bersih dan mengkilat. Sungguh menyenangkan.
"Meong.. Meong..Meong.."
Tak terasa sudah hampir sebulan ketiga kucing itu berada di rumahnya. Dan sekarang banyak kejadian aneh menyambutnya ketika pulang. Seketika rumah berantakan, barang-barang berjatuhan, pot hias berserakan. Lelah rasanya membayangkan mengurus tiga anak kucing yang mulai nakal. Namun jika mereka sedang jinak, ternyata masih menyenangkan.
"Meong.. Meong..Meong.."
Sore itu ketiga kucingnya kembali berulah. Entah untuk keberapa kalinya ia berusaha menghela mereka untuk kembali ke kotaknya. Nafasnya sudah setengah, sungguh lelah. Ia kemudian beranjak ke kebun belakang, diambilnya segagang kayu. Kucing-kucing itu seketika diam. Mereka berlari ketakutan menuju kotaknya, berebutan mengambil tempat paling sudut.
"Kalian mulai nakal, aku lelah " katanya sambil mengayun ayun gagang kayu kearah kucing-kucing yang ketakutan.
"Ampun.. Ampun.. Ampun" lolongan lirih terdengar. Ia berhenti sebentar.
"Kalian kuminta menjadi kucing yang manis, supaya kurawat dan kuberi makan. namun sekarnag kalian menyebalkan. Enyahlah!" katanya sambil terus mengayun gagang kayunya ke tubuh-tubuh kecil itu.
"Ampun, lepaskan kami.. lepaskan.. kami akan jadi kucing yang baik" lolongnya lagi.
"Baiklah, kalian kucingku.. anak-anak kucingku..besok atau lusa jika aku ingin anak anjing juga.. kalian juga akan jadi anak anjingku..".
Ia menghentikan ayunan kayunya, lalu memasang simpul di ketiga leher anak-anak itu. Kemudian ia ke dapur, mengambil sekotak susu dan menuangkannya di sebuah ember. Ketiganya dengan takut berebut meminumnya, mengabaikan lebam-lebam biru di tubuh kehitaman mereka. Ia tersenyum meliha 'peliharaannya' kembali jinak. Ia menutup kotaknya, namun kali ini berbeda. Ia mengunci mereka di dalam kotak, tidak seperti sebelumnya. Sebulan berikutnya ia mulai lupa pada ketiga 'peliharaannya'. Pun lolongan tidak terdengar lagi. Ia berpikir, mungkin memang bukan bakatnya menjadi seorang catlady.
Diubah oleh pparampa 31-05-2016 10:24




someshitness dan tata604 memberi reputasi
2
1.8K
Kutip
5
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan