Apa sih yang ada di pikiran agan ketika mendengar kata euthanasia?? Depresi? Putus asa?? ga menghargai nyawa?? atau, harga diri?? kebahagiaan? pengorbanan???
Seperti lazimnya banyak hal di dunia ini yang selalu memiliki dua sisi, begitu juga dengan euthanasia. Ada yang berpendapat itu salah, dosa, melangkahi kekuasaan Tuhan. Ada pula yang berpendapat sebaliknya, itu hak yang sepenuhnya dimiliki manusia untuk memilih sendiri cara kematiannya yang menurutnya paling bermartabat. Kontroversi boleh-boleh saja, manusiawi sih, tergantung kita menggunakan cara pandang apa.
Tapi dalam postingan ini ane ga akan membahas kontroversi euthanasia, tapi ingin berbagi informasi terkait kasus-kasus yang paling kontroversi terkait keputusan meminta hak mati ini. Apa saja sih kasus-kasusnya, yang jelas kasusnya bukan di Indonesia sih Gan. Cekidot langsung spoilernya ya, gan.
Spoiler for 1. Valentina Maureira, Chili:
Spoiler for fotonya:
Valentina adalah anak perempuan dari Chili yang menderita penyakit cystic fibrosis, penyakit yang menyumbat paru-paru dan organ lainnya dengan selaput lendir yang tebal dan belum ditemukan obatnya hingga saat ini. Saudara laki-lakinya juga menderita penyakit yang serupa dan meninggal saat usia 6 tahun. Gadis ini membuat video yang berisi permohonan ijin melakukan euthanasia karena tidak sanggup menahan sakit. Video yang diunggahnya di youtube pada Februari 2015 ini ditujukan kepada Presiden Chili, Michele Bachelet. Meski ditolak oleh sang Presiden, yang sempat mengunjunginya di rumah sakit, video ini menjadi viral dan menimbulkan perdebatan di Chili mengenai kemungkinan melakukan euthanasia dinegeri yang penduduknya adalah penganut Katolik taat. Hanya beberapa bulan setelah memposting videonya, gadis manis ini akhirnya meninggal pada bulan Mei 2015 di rumah sakit, bukan karena euthanasia
Spoiler for 2. Brittany Maynard, Oregon USA:
Spoiler for fotonya:
Penderitaan karena kanker glioblastoma stadium 4 mendorong Brittany Maynard untuk mengajukan permohonan euthanasia. Brittany yang didiagnosa kanker pada Januari 2014, dan diperkirakan oleh dokter hanya memiliki kesempatan hidup selama 6 bulan, memutuskan pindah bersama suaminya Dan Diaz dari California ke Oregon, yang telah mengadopsi ketentuan mengenai euthanasia. Brittany menganggap euthanasia membuatnya bisa menjalani kematian yang bermartabat. Meski telah melewati masa 6 bulan yang diperkirakan dokter, Brittany memutuskan melakukan euthanasia pada 1 November 2014, sesuai keinginannya bahwa ingin menghadapi kematian dikelilingi orang-orang yang dicintainya. Kematiannya menimbulkan perdebatan dan akhirnya berujung pada lahirnya UU mengenai Pilihan Mengakhiri hidup atau End of Life Option Act yang akan berlaku di akhir 2016 di negara bagian California.
Spoiler for 3. George dan Betty Coumbias, Canada:
Spoiler for fotonya:
Setia sampai maut memisahkan. Itu prinsip yang dipegang oleh sepasang suami istri asal Kanada, George dan Betty Coumbias. Pasangan yang telah menikah selama 50 tahun ini ingin menjadi pasangan pertama yang bisa menjalani kematian bersama-sama melalui euthanasia yang sah secara hukum. Karena hukum di Kanada tidak mengijinkan, pasangan ini mencoba mendapat persetujuan dari otoritas di Swiss. Perjalanan pasangan ini pada tahun 2007 untuk mencari ijin euthanasia secara legal didokumentasikan oleh John Zaritsky dan difilmkan dalam sebuah dokumenter "The Suicide Tourist" Keinginan pasangan ini untuk menjemput maut bersama-sama tidak mendapat persetujuan, karena kesehatan Betty dalam kondisi baik meski George didiagnosa menderita penyakit yang menggerogoti hatinya. Pada akhirnya, Betty terlebih dahulu meninggal di tahun 2009 karena kanker dan George tetap hidup dengan kondisi hatinya yang semakin memburuk. Takdir pada akhirnya memisahkan mereka.
Spoiler for 4. Marc dan Eddy Verbessem, Belgia:
Spoiler for fotonya:
Kelekatan sebagai saudara kembar identik membuat Marc dan Eddy yang terlahir tuli tidak ingin berpisah satu sama lain. Ketika didiagnosa bahwa keduanya akan mengalami kebutaan, keduanya memutuskan untuk melakukan euthanasia secara legal. Mereka tidak ingin menderita karena tidak bisa melihat satu sama lain. Keputusannya kontroversial karena sebenarnya mereka tidak mengalami penyakit berat yang biasanya diderita oleh orang yang meminta euthanasia. Namun akhirnya permohonan keduanya disetujui dan pada 14 Desember 2012 keduanya menjalani suntik mati oleh dokter di Rumah Sakit Universitas Brussel.
Spoiler for 5. Frank Van Den Bleeken, Belgia:
Spoiler for fotonya:
Pada September 2014, terpidana seumur hidup karena kasus rudapaksaan dan pembunuhan ini meminta euthanasia karena tidak tahan menjalani kehidupan di penjara. Permintaan Frank yang telah dipenjara selama 30 tahun ini pada awalnya dikabulkan dan tindakan euthanasia semula akan dilakukan pada Januari 2015, namun dibatalkan karena permohonan dari 2 kakak perempuan Christine Remacle, korban rudapaksaan dan pembunuhan yang dilakukan oleh Frank. Mereka menganggap keputusan euthanasia tidak sesuai dengan penderitaan yang dialami oleh keluarga korban. Meski dibatalkan, permohonan Frank ini membuka jalan bagi para narapidana lain untuk meminta euthanasia daripada menghabiskan hidup di penjara.
Spoiler for 6. Timothy Bowers, Indiana USA:
Spoiler for fotonya:
Timothy atau Tim yang baru 3 bulan menikah sebelum mengalami kecelakaan fatal saat berburu rusa yang membuatnya mengalami kelumpuhan dari bahu ke bawah. Tidak hanya lumpuh, Tim yang terjatuh dari pohon setinggi 16 kaki juga harus bergantung pada ventilator untuk bisa bernafas. Kisah Tim ini kontroversi karena keputusan untuk melakukan euthanasia dengan mencabut alat penunjang hidupnya, dilakukan hanya 2 hari setelah Tim mengalami kecelakaan. Menurut keluarganya, sebelum kecelakaan Tim pernah berpesan pada istrinya yang sedang hamil saat ditinggalkannya bahwa dia tidak ingin menghabiskan hidup di kursi roda.
Spoiler for 7. Nathan Verhelst, Belgia:
Spoiler for fotonya:
Nathan, yang terlahir sebagai Nancy Verhelst, adalah transgender yang memutuskan melakukan operasi hormon pada 2009 dan pengangkatan payudara serta penggantian kelamin pada 2012. Namun ternyata, Nathan mengalami tekanan psikologis paska operasi dan merasa bahwa operasi yang dilakukannya tidak seperti yang diharapkannya. Beban psikologis yang terlalu berat dirasakannya membuatnya mengajukan ijin euthanasia dan menjalani suntik mati pada 2013.
Spoiler for 8. Chantal Sebire, Perancis:
Spoiler for fotonya:
Pensiunan guru bahasa Perancis ini didiagnosa mengalami esthesioneuroblastoma, jenis kanker langka yang pada akhirnya merusak struktur wajahnya, pada tahun 2000. Sejak awal didiagnosa, Chantal menolak segala jenis pengobatan dan mulai berjuang untuk mendapatkan hak untuk mati melalui euthanasia.Pengadilan Perancis menolak permohonannya untuk mendapatkan bantuan untuk mati pada Maret 2008. Namun, beberapa hari setelah keputusan penolakan dikeluarkan oleh Pengadilan, perempuan berusia 52 tahun ini ditemukan meninggal dirumahnya. Tes darah jenazahnya menunjukkan bahwa ibu dari 3 anak ini bukan meninggal secara wajar namun karena zat Pentobarbital, zat kimia yang tidak tersedia di apotik-apotik di Perancis, namun dikenal sebagai zat yang biasa diberikan pada orang yang meminta bantuan untuk mati (assisted to die).
Itulah 8 kasus euthanasia yang tercatat kontroversial, terlepas dari soal dosa atau tidak, yang jelas ane sendiri tidak bisa membayangkan betapa beratnya beban hidup yang harus mereka tanggung. Ane ga pernah mau nge-judge tindakan orang karena ane ga merasakan ada di posisi mereka. Semoga kita semua dikaruniai kesehatan, karena itulah rizki dari Tuhan yang tidak ternilai. Amin.