- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Cerita 'Manusia Super' Berlari ke Puncak Tertinggi Indonesia


TS
kemalls
Cerita 'Manusia Super' Berlari ke Puncak Tertinggi Indonesia
Quote:

Hendra Wijaya berbagi cerita berlari ke Carstensz
Jakarta - Sosoknya kurus dan kecil, tapi dia telah berlari selama 3 hari menuju Puncak Carstensz di Papua setinggi 4.884 mdpl. Mari kenalan dengannya, Hendra Wijaya.
Traveler yang suka olahraga lari, baik ultra, trial atau marathon pasti tidak asing dengan Hendra Wijaya. Sejak tahun 2013, dirinya sudah mengikuti banyak perlombaan ultra baik ultra marathon atau ultra trail run yang jaraknya ratusan kilometer di berbagai belahan dunia.
"Saya habiskan biayanya sampai Rp 2 M untuk ikut semua perlombaan itu. Dari beli tiket, pendaftaran, pakaian dan logistik. Ini kesenangan saya, hobi saya," ujarnya saat berbincang dengan detikTravel, Kamis (26/5/2016) sore kemarin di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.
Beberapa perlombaan yang diikutinya seperti lari lintas gurun pasir di TransOmania 300 km, lomba Hyperman (berenang 10 km, bersepeda 300 km, dan berlari 100 km) di Hongkong, Likeys 6633 Ultra 2015 di Kutub Utara, Ultra-Trail du Mont Blanc (168 km) di Prancis dan masih banyak lagi.

TransOmania 300km, Desert Challenge yang diikutinya di tahun 2013 (Facebook/Hendra Wijaya)

Lari melintasi Kutub Utara Likeys 6633 Ultra 2015 (Facebook/Hendra Wijaya)
Dirinya pun menjadi pengagas kegiatan ultra di Indonesia, seperti Rinjani 100 Trail Ultramarathon di Lombok dan Gede Pangrango Ultra Marathon. Kemampuannya berlari lintas alam melewati jarak ratusan kilometer, pantas menjadi alasan dirinya disebut 'manusia super'.
Berlari ke Puncak Carstensz
Dari banyak kisahnya yang ikut perlombaan ultra di berbagai negara, mungkin kisah Hendra Wijaya yang berikut ini belum banyak orang tahu. Semua diawali dari perjalanan detikTravel di pertengahan tahun lalu, saat mengikuti Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015. Kala itu, ketua tim pemandu, Hendricus Mutter bercerita tentang 'gilanya' seorang Hendra Wijaya.
"Mau tahu siapa orang 'gila' yang kuat, namanya Hendra Wijaya. Dia lari dari Sugapa sampai ke Basecamp Danau-danau cuma hitungan hari. Badannya enteng banget, larinya cepat dan lompat-lompat di batu," ujarnya saat perjalanan pendakian Ekspedisi Jurnalis ke Carstensz 2015 Puncak Carstensz.
Sekitar nyaris satu tahun setelah itu, akhirnya detikTravel bertemu langsung dengan orang yang dimaksud, Hendra Wijaya. Sambil tersenyum dia pun mengiyakan, kalau dirinya pernah berlari ke Puncak Carstensz dan kebetulan juga bersama Hendricus Mutter.
"Iya waktu itu April 2014. Saya lari ke Carstensz dari Sugapa bareng rombongan Bang Hendricus dan poter. Tapi dibagi beberapa hari, totalnya hanya 3 hari," katanya.

Perbukitan dan hutan belantara menuju Puncak Carstensz (Afif/detikTravel)
Hendra memulai perjalanan dari Desa Sugapa ke Desa Ugimba yang sama-sama masih di Kabupaten Intan Jaya. Perjalanannya selama satu hari dan dirinya pun langsung mau lanjut masuk ke hutan, tapi sayang harus mengisi keperluan logistik serta menunggu porter di belakangnya. Asal tahu saja, selepas Desa Ugimba yang merupakan desa terdekat di Puncak Carstensz, tidak ada desa lagi yang artinya hutan belantara yang tidak terjamah manusia!
"Pertama dari Sugapa ke Ugimba satu hari. Terus lanjut dari Ugimba ke Basecamp Danau-danau dua hari satu malam," ujar Hendra.

Hutan belantara selepas Desa Ugimba yang jarang dilewati manusia (Afif/detikTravel)
Begini, mungkin Anda belum mendapat gambaran. Desa Sugapa-Desa Ugimba-Basecamp Danau-danau merupakan jalur pendakian perkampungan menuju ke Puncak Carstensz. Jaraknya sekitar 80 sampai 100 km dengan trek naik turun, tebing yang terjal, sungai, rawa-rawa dan di beberapa titik, tanah-tanahnya tertutup ranting pepohonan.
Para pendaki yang melalui jalur tersebut, biasanya menghabiskan waktu sekitar 6-7 hari berjalan kaki. Apalagi belum ada jalan setapak dan penunjuk arah di jalur pendakian, sehingga harus menerka-nerka dan mengandalkan kompas atau peta. Tapi Hendra Wijaya, hanya membutuhkan waktu selama 3 hari 2 malam saja!
Melihat Serigala dan Tidak Berani Tidur
Selama berlari, Hendra megenang banyak cerita. Salah satunya adalah, pengalaman yang mungkin tidak terlupakan karena bertemu serigala!
"Saya melihat serigala, warnanya putih besar. Bukan, bukan anjing itu serigala," kata peria asal Bogor ini.
Saat itu, dia memilih untuk terus berlari dan tidak mengacuhkannya. Dirinya terus berlari memasuki hutan belantara yang sangat lebat. Satu hal yang bikin salut, adalah mentalnya yang sudah teruji. Sebab hutan selepas Desa Ugimba sampai ke Puncak Carstensz tersebut sangat-sangat jarang dilalui manusia.
"Saya juga kesulitan cari jalur, apalagi sampai ketinggian 4.000 mdpl. Itu kan treknya batu-batu dan tebing, lebih sulit lagi. Naik turunnya benar-benar bikin capek," kenangnya.

Beginilah gambaran suasana 4.000 mdpl sebelum Puncak Carstensz (Afif/detikTravel)
Ketika sudah sampai di ketinggian 4.000 mdpl, nasib kurang beruntung dialami Hendra. Rombongan Hendricus Mutter dan para porter belum sampai di titik yang sudah dijanjikan (yang disebutnya sudah di sekitar Basecamp Danau-danau).
"Wah di situ saya kebingungan, stress. Ke mana ini orang-orang belum datang dan tidak ada sinyal telefon pula. Makanan saya pun sudah habis, sehingga malam tiba saya duduk saja di batu, nggak berani tidur. Dinginnya luar biasa," paparnya.
Untuk perbekalan, Hendra masih mendapat air dari sungai-sungai. Dirinya pun tidak membawa perlengkapan seperti tenda atau sleeping bag, sehingga harus bisa bertahan dari suhu udara yang dingin. Biasanya di ketinggian 4.000 mdpl di sekitar Puncak Carstensz, suhunya dapat mencapai 1 hingga minus 5 derajat Celcius.
Sendirian di ketinggian 4.000 mdpl dengan suhu yang sangat dingin dan oksigen yang tipis, membuat Hendra harus ekstra waspada. Apalagi setelah melihat serigala dan sekelilingnya yang gelap gulita, membuatnya harus terjaga. Sulit sekali membayangkan, kalau diri kita ada di posisinya saat itu.
Hari berikutnya, beruntung rombongan Hendricus Mutter telah sampai. Rasa lega pun membuncah luar biasa dari diri Hendra. Dia bisa melanjutkan berlari di sekitar Basecamp Danau-danau yang berada di ketinggian 4.330 mdpl.
Hendra kemudian melanjutkan perjalanan mendaki ke Puncak Carstensz, dengan perlengkapan panjat tebing yang lengkap dari cows tail, harness dan helm pelindung. Lengkap sudah dia berlari sampai ke Carstensz, sekaligus menapakan kaki di salah satu puncak dari Seven Summit dunia tersebut.

Dirinya pun berhasil berdiri di Puncak Carstensz (Facebook/Hendra Wijaya)
Pengalaman Hendra berlari ke Puncak Carstensz patut diberi dua acungan jempol. Belum ada pelari Indonesia bahkan dunia yang melakukan apa yang dia lakukan. Satu pertanyaan yang mungkin juga ada di benak Anda, mengapa berani sekali Kang Hendra?
"Lari ultra itu yang penting mental. Fisik yang oke tapi mentalnya kurang, itu tidak bagus. Apalagi berlari ke Carstensz yang belum ada jalur setapak, harus punya feeling untuk menentukan jalan dan sendirian di alam. Harus banyak latihan dan pengalaman," terangnya.
Beri tepuk tangan untuk 'manusia super' ini!
SUMUR
0
1.9K
Kutip
21
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan