- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Miris! Anto Selalu Diusir Warga Karena Autis, Terakhir Sang Ibu Meninggalkannya


TS
pascrot
Miris! Anto Selalu Diusir Warga Karena Autis, Terakhir Sang Ibu Meninggalkannya

Quote:
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Sungguh menyedihkan nasib yang dialami Erwantoni (44). Ia harus hidup terkatung-katung karena selalu diusir warga tempatnya tinggal.
Penyebabnya, warga tidak terima dengan keberadaan Erwansyah Febrianto alias Anto (17), anaknya yang menyandang autisme.
Dalam setahun terakhir, Erwantoni harus pindah rumah delapan kali.
Terakhir, terjadi Jumat (20/5/2016) lalu. Pemilik kontrakan tempatnya menetap meminta Erwantoni angkat kaki karena Anto dianggap meresahkan warga sekitar.
“Baru sehari saya tinggal di kontrakan itu tapi saya sudah diminta pergi oleh pemilik kontrakan,” ujarnya kepada Tribun Lampung, Minggu (22/5/2016).
Kini Erwantoni dan Anto tidak punya tempat tinggal. Erwantoni tidak tahu harus tinggal dimana.
“Ini saya lagi berusaha cari kontrakan yang mau menerima anak saya,” kata dia.
Anto lahir pada 9 November 1998 lalu dari rahim ibunya Uwarsin. Kelahiran Anto disambut bahagia pasangan Erwantoni dan Urwasin yang baru satu tahun menikah.
Menginjak usia tiga tahun, Anto mulai menunjukkan gejala tidak wajar. Menurut Erwantoni, bicara Anto tidak fokus, tidak bisa dimengerti dan perilakunya yang sangat aktif.
Erwantoni awalnya menganggap biasa. Namun itu terus terjadi hingga Anto berusia lima tahun.
Erwantoni membawa anaknya ke dokter. “Dokter bilang anak saya menderita autis,” ujarnya.
Untuk kesembuhan anaknya, tutur Erwantoni, dokter menganjurkan Anto menjalani terapi selama 3,5 tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk terapi ternyata sangat besar.
Penghasilan Erwantoni sebagai kanvaser makanan ringan tidak cukup untuk membiayai terapi Anto.
Erwantoni mengurungkan niatnya untuk mengobati anak sulungnya itu. Erwantoni dan keluarga sempat pindah ke Bengkulu di tahun 2001.
Tujuh tahun di Bengkulu, Erwantoni bekerja sebagai penjual makanan ringan.
Selama di Bengkulu, Erwantoni mengaku menyekolahkan Anto di sekolah luar biasa (SLB). Masa kontrak kerja habis, Erwantoni pulang kembali ke Lampung.
Ia tak memiliki pekerjaan tetap. Untuk menyambung hidup istri dan dua anaknya, Erwantoni menjadi juru parkir di daerah Telukbetung.
Tahun lalu, kata dia, istrinya pergi meninggalkan dirinya dan Anto. Alasannya, sang istri sudah tidak sanggup mengurus Anto.
“Istri membawa anak saya yang kecil pulang ke rumah orangtuanya di Pringsewu,” kata Erwantoni.
Tinggallah Erwantoni seorang diri mengurus Anto yang hingga kini tidak bisa bicara lancar. Anto hanya bisa mengeluarkan kata ha.. ha…
Kesehariannya, Anto memang sering teriak-teriak. Perilaku Anto ini dianggap warga mengganggu. Karena itulah, mereka tinggal berpindah-pindah karena warga tidak menerima kehadiran Anto.
Pada saat tinggal di rumah kontrakan di Gang Sumur 3, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Telukbetung Utara, Erwantoni disuruh pergi oleh warga sekitar sekitar dua minggu lalu. Erwantoni bingung.
Kebetulan ada temannya yang menyarankan Erwantoni membawa anaknya ke panti Rumah Harapan Baru.
Erwantoni membawa anaknya ke tempat itu untuk sementara. Pada saat itu, tutur dia, pihak Dinas Sosial Bandar Lampung sempat berjanji akan membawa Anto ke panti milik pemerintah dan merawat Anto.
“Kepala dinasnya ngomong di koran mau membantu pengobatan anak saya di panti pemerintah. Tapi sampai sekarang tidak pernah terjadi. Jujur saya kecewa,” ungkapnya. Karena tidak ada respons dari pemerintah, Erwantoni mencari kontrakan baru.
Dapatlah ia rumah kontrakan di Jalan Pangeran Diponegoro, Gang KKB, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Telukbetung Utara. Erwantoni mengatakan, ia masuk ke rumah kontrakan itu pada Jumat (20/5/2016) siang.
Erwantoni mengaku, sudah memberitahu ke pemilik kontrakan akan tinggal dengan anaknya yang menderita autis. Pemilik kontrakan menerima dirinya tinggal. Erwantoni meninggalkan Anto seorang diri terkunci di rumah tersebut sementara dia pergi bekerja menjaga parkir.
Beberapa jam kemudian, Erwantoni dihampiri oleh istri pemilik kontrakan bernama Maya. Menurut Erwantoni, Maya memberitahu bahwa Anto teriak-teriak di dalam rumah dan jadi tontonan warga.
Erwantoni pulang ke rumah menenangkan Anto. Sore harinya, Maya meminta Erwantoni pindah dari rumah kontrakan itu.
“Saya disuruh pindah dengan alasan anak saya teriak-teriak. Maya juga mengembalikan uang yang sudah saya bayar,” tuturnya.
Keesokan harinya, Erwantoni dan Anto pergi. Tak punya tujuan, Erwantoni membawa Anto ke istrinya di rumah mertuanya di Pringsewu. Erwantoni berharap istri mau menerima Anto dan mengurusnya. Hasilnya nihil. Istri dan nenek Anto tidak bersedia mengurus Anto.
Kini bapak anak ini masih tidak punya tujuan. Erwantoni membawa Anto keliling naik sepeda motor mencari tempat yang mau menampungnya. “Semoga saya dapat tempat tinggal yang mau menerima Anto,” ucap dia.(*)
Penyebabnya, warga tidak terima dengan keberadaan Erwansyah Febrianto alias Anto (17), anaknya yang menyandang autisme.
Dalam setahun terakhir, Erwantoni harus pindah rumah delapan kali.
Terakhir, terjadi Jumat (20/5/2016) lalu. Pemilik kontrakan tempatnya menetap meminta Erwantoni angkat kaki karena Anto dianggap meresahkan warga sekitar.
“Baru sehari saya tinggal di kontrakan itu tapi saya sudah diminta pergi oleh pemilik kontrakan,” ujarnya kepada Tribun Lampung, Minggu (22/5/2016).
Kini Erwantoni dan Anto tidak punya tempat tinggal. Erwantoni tidak tahu harus tinggal dimana.
“Ini saya lagi berusaha cari kontrakan yang mau menerima anak saya,” kata dia.
Anto lahir pada 9 November 1998 lalu dari rahim ibunya Uwarsin. Kelahiran Anto disambut bahagia pasangan Erwantoni dan Urwasin yang baru satu tahun menikah.
Menginjak usia tiga tahun, Anto mulai menunjukkan gejala tidak wajar. Menurut Erwantoni, bicara Anto tidak fokus, tidak bisa dimengerti dan perilakunya yang sangat aktif.
Erwantoni awalnya menganggap biasa. Namun itu terus terjadi hingga Anto berusia lima tahun.
Erwantoni membawa anaknya ke dokter. “Dokter bilang anak saya menderita autis,” ujarnya.
Untuk kesembuhan anaknya, tutur Erwantoni, dokter menganjurkan Anto menjalani terapi selama 3,5 tahun. Biaya yang dibutuhkan untuk terapi ternyata sangat besar.
Penghasilan Erwantoni sebagai kanvaser makanan ringan tidak cukup untuk membiayai terapi Anto.
Erwantoni mengurungkan niatnya untuk mengobati anak sulungnya itu. Erwantoni dan keluarga sempat pindah ke Bengkulu di tahun 2001.
Tujuh tahun di Bengkulu, Erwantoni bekerja sebagai penjual makanan ringan.
Selama di Bengkulu, Erwantoni mengaku menyekolahkan Anto di sekolah luar biasa (SLB). Masa kontrak kerja habis, Erwantoni pulang kembali ke Lampung.
Ia tak memiliki pekerjaan tetap. Untuk menyambung hidup istri dan dua anaknya, Erwantoni menjadi juru parkir di daerah Telukbetung.
Tahun lalu, kata dia, istrinya pergi meninggalkan dirinya dan Anto. Alasannya, sang istri sudah tidak sanggup mengurus Anto.
“Istri membawa anak saya yang kecil pulang ke rumah orangtuanya di Pringsewu,” kata Erwantoni.
Tinggallah Erwantoni seorang diri mengurus Anto yang hingga kini tidak bisa bicara lancar. Anto hanya bisa mengeluarkan kata ha.. ha…
Kesehariannya, Anto memang sering teriak-teriak. Perilaku Anto ini dianggap warga mengganggu. Karena itulah, mereka tinggal berpindah-pindah karena warga tidak menerima kehadiran Anto.
Pada saat tinggal di rumah kontrakan di Gang Sumur 3, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Telukbetung Utara, Erwantoni disuruh pergi oleh warga sekitar sekitar dua minggu lalu. Erwantoni bingung.
Kebetulan ada temannya yang menyarankan Erwantoni membawa anaknya ke panti Rumah Harapan Baru.
Erwantoni membawa anaknya ke tempat itu untuk sementara. Pada saat itu, tutur dia, pihak Dinas Sosial Bandar Lampung sempat berjanji akan membawa Anto ke panti milik pemerintah dan merawat Anto.
“Kepala dinasnya ngomong di koran mau membantu pengobatan anak saya di panti pemerintah. Tapi sampai sekarang tidak pernah terjadi. Jujur saya kecewa,” ungkapnya. Karena tidak ada respons dari pemerintah, Erwantoni mencari kontrakan baru.
Dapatlah ia rumah kontrakan di Jalan Pangeran Diponegoro, Gang KKB, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Telukbetung Utara. Erwantoni mengatakan, ia masuk ke rumah kontrakan itu pada Jumat (20/5/2016) siang.
Erwantoni mengaku, sudah memberitahu ke pemilik kontrakan akan tinggal dengan anaknya yang menderita autis. Pemilik kontrakan menerima dirinya tinggal. Erwantoni meninggalkan Anto seorang diri terkunci di rumah tersebut sementara dia pergi bekerja menjaga parkir.
Beberapa jam kemudian, Erwantoni dihampiri oleh istri pemilik kontrakan bernama Maya. Menurut Erwantoni, Maya memberitahu bahwa Anto teriak-teriak di dalam rumah dan jadi tontonan warga.
Erwantoni pulang ke rumah menenangkan Anto. Sore harinya, Maya meminta Erwantoni pindah dari rumah kontrakan itu.
“Saya disuruh pindah dengan alasan anak saya teriak-teriak. Maya juga mengembalikan uang yang sudah saya bayar,” tuturnya.
Keesokan harinya, Erwantoni dan Anto pergi. Tak punya tujuan, Erwantoni membawa Anto ke istrinya di rumah mertuanya di Pringsewu. Erwantoni berharap istri mau menerima Anto dan mengurusnya. Hasilnya nihil. Istri dan nenek Anto tidak bersedia mengurus Anto.
Kini bapak anak ini masih tidak punya tujuan. Erwantoni membawa Anto keliling naik sepeda motor mencari tempat yang mau menampungnya. “Semoga saya dapat tempat tinggal yang mau menerima Anto,” ucap dia.(*)
Sumur
Cuma bisa blang kasian doank

0
5.4K
Kutip
49
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan