jendlapAvatar border
TS
jendlap
Inilah yang Terjadi di Balik Kemenangan Setya Novanto
RMOL.Banyak yang mencibir atas terpilihnya Setya Novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar dalam Munaslub yang digelar beberapa waktu lalu. Tidak sedikit yang menyimpulkan bahwa kemenangan Setya Novanto tidak terlepas dari campur tangan Istana. Bahkan banyak yang menuduh bahwa Presiden Joko Widodo sengaja menyandera Partai Golkar dengan mendukung kandidat yang terjerat kasus hukum. Selain itu ada juga yang menghembuskan isu politik uang sebagai salah satu faktor penentu kemenangan Setya Novanto.

Hal ini diungkapkan Sya'roni, Sekretaris Jenderal Humanika (Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan, dalam rilis yang diterima redaksi Rakyat Merdeka Online Sumsel, Jumat (20/5).

"Sayang tidak ada yang melihat bagaimana proses demokratisasi yang terjadi dalam tubuh Partai Golkar berjalan dengan sangat kompetitif dan bisa dibilang yang paling demokratis diantara perhelatan serupa dalam parpol-parpol lainnya. Dilihat dari jumlah kandidat yang tampil jelas parpol lain jauh tertinggal dibanding Partai Golkar karena hampir semua parpol lainnya saat ini sengaja ramai-ramai mengusung politik aklamasi, sebut saja PDIP, Partai Demokrat, Partai Gerindra, Partai Nasdem, PKB, Partai Hanura, PPP," ujarnya.

Sementara dalam Munaslub Partai Golkar kandidat yang tampil sebanyak 8 orang yang kesemuanya memiliki kualifikasi dan kompetensi yang tidak jauh berbeda antar satu kandidat dengan kandidat lainnya. Iklim kompetisi sudah sangat terasa jauh hari sebelum perhelatan Munaslub dan puncaknya adalah voting demokratis yang akhirnya memunculkan Setya Novanto sebagai pemenang.

"Pertarungan demokratis inilah yang tidak bisa disaksikan dalam pemilihan pucuk pimpinan parpol lainnya, hanya PAN saja yang bisa mengikuti Partai Golkar dalam menghadirkan iklim kompetisi meskipun hanya menghadirkan dua kandidat.
Atas terpilihnya Setya Novanto maka patut diselidiki kenapa kader Partai Beringin lebih memilih Setya Novanto padahal yang bersangkutan terjerat kasus ‘Papa Minta Saham’. Ternyata kader Partai Golkar memiliki rasionalisasi tersendiri dalam menentukan pemimpinnya. Partai Golkar adalah partai besar dan partai yang paling dinamis sehingga harus dipimpin oleh figur yang benar-benar sudah teruji dalam melalui berbagai badai polemik," paparnya.

Dalam perjalanannya, kata dia, memang nama Setya Novanto sudah beberapa kali dikaitkan dengan berbagai kasus mulai kasus cessie Bank Bali (1999) hingga yang teranyar kasus ‘Papa Minta Saham’. Aneh bin ajaib, Setya Novanto selalu berhasil lolos dari lubang jarum dan selalu menemukan solusi atas berbagai kasus tersebut. Maka tak berlebihan jika kemudian menyandingkan Setya Novanto sejajar dengan Akbar Tandjung, mantan Ketua Umum Partai Golkar yang sudah lebih dahulu dikenal licin bak belut dan yang berhasil membawa Partai Golkar keluar dari krisis politik di awal-awal era reformasi dan akhirnya membawa Partai Golkar menjadi terunggul di Pemilu 2004 dengan memperoleh 120 kursi atau 22,44% penguasaan di parlemen.

"Para kader Partai Golkar pasti memiliki cita-cita agar Partai Golkar kembali menduduki peringkat teratas dalam perhelatan Pemilu. Maka tidak ada jalan lain kecuali harus memiliki pemimpin yang ulet dan licin bak belut. Dan harapan tersebut ada dalam diri Setya Novanto yang diharapkan mampu mengatasi krisis merosotnya perolehan kursi dari Pemilu ke Pemilu. Fenomena Akbar Tandjung pada Pemilu 1999 dan Pemilu 2004, ingin kembali diulang pada Pemilu 2019 yang kali ini di bawah kepemimpinan Setya Novanto," lanjutnya.

Selengkapnya silahkan buka link berikut ini :
http://m.rmolsumsel.com/news.php?id=51184
0
3.6K
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan