- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Puisi Taufiq Ismail dan Kebiadaban PKI, Sebuah Realitas Sejarah


TS
Faizalam
Puisi Taufiq Ismail dan Kebiadaban PKI, Sebuah Realitas Sejarah
Taufiq Ismail adalah sosok budayawan dan sastrawan yang paham akan sejarah dan kekejaman PKI. Dengan lantang dan jelas sosok yang pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkap fakta dan realitas kekejaman PKI.
Karena itulah, Taufiq Ismail gencar melakukan penjelasan kepada masyarakat di media massa tentang kekejaman dan tindakan keji yang dilakukan PKI.
Sebelum Tragedi G 30 S/PKI, Taufiq Ismain dikenal sebagai pegiat budaya yang memang sangat anti PKI.
Berikut petikan puisi Taufiq Ismail :
Dua orang cucuku, bertanya tentang angka-angka
Datuk-datuk, aku mau bertanya tentang angka-angka
Kata Aidan, cucuku laki-laki
Aku juga, aku juga, kata Rania cucuku yang perempuan
Aku juga mau bertanya tentang angka-angka
Rupanya mereka pernah membaca bukuku tentang angka-angka dan ini agak mengherankan
Karena mestinya mereka bertanya tentang puisi
Tetapi baiklah,
Rupanya mereka di sekolahnya di SMA ada tugas menulis makalah
Mengenai puisi, dia sudah banyak bertanya ini itu, sering berdiskusi
Sekarang Aidan dan Rania datang dengan ide mereka menulis makalah tentang angka-angka
Begini datuk,
Katanya ada partai di dunia itu membantai 120 juta orang, selama 74 tahun di 75 negara
Kemudian kata Aida dan Rania, ya..ya..120 juta orang yang dibantai
Setiap hari mereka membantai 4500 orang selama 74 tahun di 75 negara
Kemudian cucuku bertanya
Datuk-datuk, kok ada orang begitu ganas..?
Kemudian dia bertanya lagi,
kenapa itu datuk? Mengapa begitu banyak?
Mereka melakukan kerja paksa, merebut kekuasaan di suatu negara
Kerja paksa
Kemudian orang-orang di bangsanya sendiri berjatuhan mati
Kerja paksa
Kemudian yang ke dua
Sesudah kerja paksa,
Program ekonomi diseluruh negara komunis tidak ada satupun yang berhasil
Mati kelaparan, bergelimpangan di jalan-jalan
Kemudian yang ketiga,
Sebab jatuhnya Puisi ini
Sebabnya adalah mereka membantai bangsanya sendiri,
Mereka membantai bangsanya sendiri
Di Indonesia
Pertamakali di bawa oleh Musso, di bawa Musso.
Di Madiun mereka mendengarkan pembantaian
Dalam puisi tersebut, Taufiq Ismail ingin mengungkapkan dengan fakta dan realitas tentang kekejaman PKI di seantero dunia. Karena itulah, kita sebagai bagian dari elemen bangsa harus paham dan mengetahui tentang kekejaman PKI.
Bahkan, Ryamizard pun meminta istilah ‘bahaya laten komunis’ tak disepelekan. “Dulu seringkali kita dengar ‘bahaya laten’, lalu ditertawakan. Katanya, enggak ada itu bahaya laten. Komunis enggak ada lagi, ngapain disebut-sebut. Ternyata sekarang muncul.”
Sebab, ideologi komunisme selama tidak dilarang dan dihancurkan tentunya akan berkembang dan berbahaya. Karena itulah, jangan berikan kehidupan terhadap ideologi komunisme di bumi Indonesia.
sumber : http://www.suara-islam.com/read/inde...m-Tragedi-1965
Karena itulah, Taufiq Ismail gencar melakukan penjelasan kepada masyarakat di media massa tentang kekejaman dan tindakan keji yang dilakukan PKI.
Sebelum Tragedi G 30 S/PKI, Taufiq Ismain dikenal sebagai pegiat budaya yang memang sangat anti PKI.
Berikut petikan puisi Taufiq Ismail :
Dua orang cucuku, bertanya tentang angka-angka
Datuk-datuk, aku mau bertanya tentang angka-angka
Kata Aidan, cucuku laki-laki
Aku juga, aku juga, kata Rania cucuku yang perempuan
Aku juga mau bertanya tentang angka-angka
Rupanya mereka pernah membaca bukuku tentang angka-angka dan ini agak mengherankan
Karena mestinya mereka bertanya tentang puisi
Tetapi baiklah,
Rupanya mereka di sekolahnya di SMA ada tugas menulis makalah
Mengenai puisi, dia sudah banyak bertanya ini itu, sering berdiskusi
Sekarang Aidan dan Rania datang dengan ide mereka menulis makalah tentang angka-angka
Begini datuk,
Katanya ada partai di dunia itu membantai 120 juta orang, selama 74 tahun di 75 negara
Kemudian kata Aida dan Rania, ya..ya..120 juta orang yang dibantai
Setiap hari mereka membantai 4500 orang selama 74 tahun di 75 negara
Kemudian cucuku bertanya
Datuk-datuk, kok ada orang begitu ganas..?
Kemudian dia bertanya lagi,
kenapa itu datuk? Mengapa begitu banyak?
Mereka melakukan kerja paksa, merebut kekuasaan di suatu negara
Kerja paksa
Kemudian orang-orang di bangsanya sendiri berjatuhan mati
Kerja paksa
Kemudian yang ke dua
Sesudah kerja paksa,
Program ekonomi diseluruh negara komunis tidak ada satupun yang berhasil
Mati kelaparan, bergelimpangan di jalan-jalan
Kemudian yang ketiga,
Sebab jatuhnya Puisi ini
Sebabnya adalah mereka membantai bangsanya sendiri,
Mereka membantai bangsanya sendiri
Di Indonesia
Pertamakali di bawa oleh Musso, di bawa Musso.
Di Madiun mereka mendengarkan pembantaian
Dalam puisi tersebut, Taufiq Ismail ingin mengungkapkan dengan fakta dan realitas tentang kekejaman PKI di seantero dunia. Karena itulah, kita sebagai bagian dari elemen bangsa harus paham dan mengetahui tentang kekejaman PKI.
Bahkan, Ryamizard pun meminta istilah ‘bahaya laten komunis’ tak disepelekan. “Dulu seringkali kita dengar ‘bahaya laten’, lalu ditertawakan. Katanya, enggak ada itu bahaya laten. Komunis enggak ada lagi, ngapain disebut-sebut. Ternyata sekarang muncul.”
Sebab, ideologi komunisme selama tidak dilarang dan dihancurkan tentunya akan berkembang dan berbahaya. Karena itulah, jangan berikan kehidupan terhadap ideologi komunisme di bumi Indonesia.
sumber : http://www.suara-islam.com/read/inde...m-Tragedi-1965
0
5.1K
11


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan